32 C
Sidoarjo
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Resolusi Santri Untuk Indonesia Emas 2045

Oleh:
Zainal Muttaqin
Founder Komunitas SAKTI Indonesia / Kabag Humas Pemprov Jatim

Impian Indonesia untuk menjadi bangsa yang maju dan sejahtera pada 2045 adalah tantangan yang harus diwujudkan bersama. Di balik mimpi besar itu, terdapat tugas besar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), memperkuat ekonomi, dan menjaga persatuan di tengah keberagaman. Salah satu kelompok yang memiliki peran strategis dalam mewujudkan visi ini adalah santri. Dengan kekayaan ilmu agama, keteladanan moral, dan semangat kemandirian yang diwariskan para ulama, santri memiliki potensi besar untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Peran Santri dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Peringatan Hari Santri Nasional 2024 dengan tema “Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan” menegaskan pentingnya kontribusi santri dalam menjaga kesinambungan perjuangan menuju masa depan yang lebih baik. Tema ini sangat relevan dalam menyongsong visi Indonesia Emas 2045. Dengan semangat kemandirian, santri diharapkan dapat menjadi penggerak perubahan yang mendukung kemajuan ekonomi, sosial, dan budaya, sambil tetap memegang teguh nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Namun, bagaimana santri bisa menjalankan peran ini dengan optimal?

Menghidupkan Kembali Semangat Resolusi Jihad
Sejarah Hari Santri yang diperingati setiap 22 Oktober mengingatkan pada peran penting Resolusi Jihad yang dicetuskan KH Hasyim Asy’ari pada 1945. Fatwa ini menggerakkan santri untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari kembalinya penjajah. Semangat ini menginspirasi pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, di mana santri dan rakyat bersatu mempertahankan kedaulatan bangsa. Bung Tomo, melalui pidatonya, menyulut semangat jihad yang diusung para ulama.

Semangat perjuangan ini adalah warisan moral bagi santri masa kini. Saat ini, medan perjuangannya adalah tantangan global yang menuntut santri untuk menjaga nilai kebangsaan sambil memperkuat peran mereka di kancah internasional. Di era globalisasi, santri memiliki tanggung jawab untuk membawa wajah Islam yang damai ke dunia, menjadi penjaga persatuan dan toleransi dalam masyarakat majemuk.

Berita Terkait :  Cinta dalam Gempuran Medsos

Santri sebagai Penjaga Toleransi dan Diplomasi Global
Tema Hari Santri 2024 juga menegaskan peran santri dalam membangun harmoni sosial. Mereka tidak hanya menjadi penjaga nilai-nilai keislaman di dalam negeri tetapi juga duta perdamaian di dunia. Tokoh santri seperti KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah contoh nyata dalam menjaga toleransi. Sebagai Presiden keempat Indonesia, Gus Dur memperjuangkan hak kelompok minoritas dan menjadi juru damai dalam konflik antaragama, mengajarkan bahwa perbedaan adalah kekayaan bangsa.

Di sisi lain, KH Mustofa Bisri (Gus Mus) mengajak hidup rukun melalui karya sastra dan ceramahnya yang penuh kasih. Sementara KH Yahya Cholil Staquf memperkenalkan Islam Nusantara yang moderat ke dunia internasional. Dengan ini, santri tidak hanya menjaga persatuan di dalam negeri, tetapi juga memperkuat citra Indonesia sebagai negara Muslim yang menghargai keberagaman.

Kemandirian Ekonomi: Wujudkan “Santri Berdaya, Masyarakat Sejahtera”
Santri juga perlu memiliki keterampilan ekonomi untuk mencapai kemandirian. Program One Pesantren One Product (OPOP) di Jawa Timur mendorong pesantren untuk mengembangkan produk unggulan lokal, baik agribisnis, kerajinan, maupun kuliner. Program ini membantu santri menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi masyarakat.

Contoh keberhasilan program ini adalah Pesantren Mambaul Ulum di Jombang yang mengembangkan kopi lokal sebagai produk unggulan. Santri di sana belajar tentang pengolahan kopi, manajemen bisnis, dan strategi pemasaran. Pesantren Lirboyo di Kediri juga sukses mengembangkan kerajinan batik. Dengan keterampilan ini, santri dapat menciptakan perubahan di lingkungannya dan mengurangi pengangguran.

Berita Terkait :  Tantangan Rezim Baru Prabowo Gibran

Melek Digital: Mempersiapkan Santri di Era Teknologi
Selain kemandirian ekonomi, literasi digital menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh santri di era modern ini. Di tengah dunia yang serba digital, santri perlu memahami bagaimana teknologi dapat digunakan sebagai alat untuk memperluas dakwah dan mengembangkan potensi diri. Program Pesantren Go Digital di Jawa Timur menjadi salah satu inisiatif yang memberikan pelatihan teknologi kepada santri.

Pesantren Nurul Jadid di Probolinggo, misalnya, memanfaatkan teknologi untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar dan dakwah online. Santri di sana diajarkan cara membuat dan mengelola website, serta memproduksi konten dakwah yang inspiratif. Dengan keterampilan ini, santri dapat berperan dalam melawan narasi negatif dan ekstremisme di dunia maya, serta menyebarkan nilai-nilai Islam yang damai dan menyejukkan.

Salah satu momentum penting dalam gerakan literasi digital bagi santri adalah terbentuknya Komunitas Santri Melek Teknologi (SAKTI) di Indonesia. SAKTI menjadi ruang bagi santri untuk belajar dan mengembangkan keterampilan digital, seperti coding, pembuatan website, dan pengelolaan media sosial. Komunitas ini mempertemukan santri dari berbagai pesantren untuk berkolaborasi dan membangun proyek berbasis teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Melalui SAKTI, santri tidak hanya belajar menggunakan teknologi, tetapi juga memanfaatkannya untuk berdakwah dan menyebarkan pesan Islam yang damai di dunia maya. Keterampilan digital ini memungkinkan santri berkontribusi dalam ekonomi digital, memulai usaha berbasis teknologi, atau menciptakan konten edukatif.

Keterampilan digital santri juga membuka peluang bagi mereka untuk berpartisipasi dalam ekosistem ekonomi digital yang sedang berkembang pesat. Mereka bisa mengembangkan usaha online, menjadi content creator yang positif, atau bahkan menjadi developer aplikasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Ini menjadi bagian penting dari peran santri dalam membangun Indonesia yang lebih maju, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.

Berita Terkait :  Mengawal Dana Pendidikan

Menjaga Tradisi di Tengah Inovasi
Kemandirian santri dalam menghadapi era modern tidak berarti meninggalkan tradisi pesantren. Justru, kekuatan pesantren terletak pada kemampuannya mempertahankan nilai-nilai tradisional, seperti pengajaran kitab kuning, sambil tetap berinovasi. Pesantren seperti Tebuireng di Jombang mempertahankan tradisi ini sambil mengembangkan pendekatan yang lebih terbuka, seperti diskusi isu-isu sosial kontemporer.

Sinergi antara tradisi dan inovasi ini membuat pesantren tetap relevan di tengah perubahan zaman. Santri yang terlibat dalam proses ini memiliki pemahaman agama yang mendalam sekaligus keterampilan untuk menghadapi tantangan dunia modern. Pesantren adaptif dan santri mandiri akan menjadi motor penggerak dalam menciptakan masyarakat sejahtera, sesuai dengan semangat Hari Santri 2024.

Semangat Santri untuk Indonesia Emas 2045
Peringatan Hari Santri 2024 mengingatkan kita bahwa kemandirian santri adalah kunci untuk masa depan. Dengan ilmu, keterampilan, dan nilai-nilai yang kuat, santri siap berkontribusi dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Santri yang mandiri tidak hanya mampu berdiri di atas kaki sendiri, tetapi juga membawa manfaat bagi masyarakat dan bangsa.

Semangat perjuangan santri dalam Resolusi Jihad menjadi inspirasi bagi santri masa kini untuk terus berjuang, bukan lagi dengan senjata, tetapi dengan pengetahuan, kearifan, dan semangat melayani masyarakat. Dengan ini, santri tidak hanya menjadi penerus tradisi keilmuan, tetapi juga agen perubahan (game changer) yang siap membangun Indonesia yang lebih maju, adil, dan berkeadaban. Inilah santri mandiri, yang siap membawa Indonesia menuju Indonesia Emas 2045: negara yang makmur, damai, dan penuh kebaikan. Baldatun thoyibatun wa robbun ghofur. Wallahu a’lam.

———— *** ————-

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img