Oleh :
Meithiana Indrasari
Instruktur Women ICT Frontier Initiative (WIFI DX) Kementerian Kominfo RI
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unitomo
Indonesia mengalami pertumbuhan pesat dalam infrastruktur digital, namun kesenjangan digital berbasis gender tetap menjadi tantangan besar. Perempuan, khususnya di pedesaan dan wilayah terpencil, sering kali tertinggal dalam akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Hambatan seperti terbatasnya infrastruktur, rendahnya literasi digital, serta norma-norma budaya yang menghambat partisipasi perempuan dalam ekonomi digital memperparah masalah ini. Dalam konteks ini, modal sosial-termasuk jaringan, kepercayaan, dan dukungan komunitas-memiliki potensi besar untuk membantu perempuan mengatasi tantangan tersebut dan memperkuat pemberdayaan mereka melalui ekosistem digital.
Kesenjangan Digital Perempuan di Indonesia
Kesenjangan digital di Indonesia merupakan masalah struktural yang tidak hanya terbatas pada akses teknologi, tetapi juga mencakup bagaimana perempuan dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial mereka. Salah satu hambatan terbesar adalah kurangnya akses infrastruktur digital yang merata, terutama di wilayah pedesaan. Akses internet yang terbatas dan tidak merata menjadi penghalang utama bagi perempuan di wilayah terpencil untuk mengakses peluang ekonomi dan pendidikan yang ada secara online.
Tidak hanya itu, biaya tinggi untuk mengakses teknologi juga menjadi masalah yang krusial. Di banyak rumah tangga yang dipimpin oleh perempuan, prioritas sering kali diberikan pada kebutuhan sehari-hari dibandingkan dengan investasi dalam teknologi. Akibatnya, meskipun perangkat seperti smartphone atau komputer tersedia, banyak perempuan yang tidak dapat memanfaatkan teknologi sepenuhnya.
Selain itu, literasi digital perempuan di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat pedesaan dan berpenghasilan rendah, masih tergolong rendah. Literasi digital bukan hanya soal kemampuan menggunakan perangkat teknologi, tetapi juga mencakup bagaimana perempuan dapat memanfaatkan internet untuk belajar, mencari informasi, dan berpartisipasi dalam ekonomi digital. Literasi digital yang rendah sering kali diperparah oleh norma-norma sosial yang membatasi perempuan dalam ruang belajar dan berkarir, terutama di masyarakat yang masih memegang teguh peran tradisional perempuan.
Modal Sosial: Jembatan Menuju Pemberdayaan Digital
Modal sosial, yang mencakup jaringan sosial, kepercayaan, dan dukungan komunitas, merupakan salah satu faktor kunci yang dapat mempercepat pemberdayaan digital perempuan. Dalam ekosistem digital, modal sosial memungkinkan perempuan untuk saling mendukung dalam proses pembelajaran teknologi dan memperluas akses mereka terhadap peluang ekonomi dan sosial.
Penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang terlibat dalam jaringan sosial yang kuat lebih mungkin mengalami pemberdayaan digital yang signifikan. Jaringan sosial ini memungkinkan mereka untuk mendapatkan informasi tentang pelatihan literasi digital, berbagi pengalaman, dan membangun kepercayaan diri dalam menggunakan teknologi. Dalam konteks pemberdayaan ekonomi, jaringan sosial juga memainkan peran penting dalam mendukung perempuan untuk memulai bisnis online atau bergabung dengan platform e-commerce.
Inisiatif digital berbasis komunitas di Indonesia telah menunjukkan bahwa perempuan yang memiliki dukungan komunitas yang kuat dapat mengatasi keterbatasan akses teknologi. Sebagai contoh, program literasi digital yang diluncurkan di Jakarta untuk perempuan di daerah urban dan semi-urban telah menghasilkan peningkatan keterampilan digital sebesar 60% di antara peserta program. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa ketika perempuan diberi kesempatan untuk belajar dan didukung oleh lingkungan sosial yang kondusif, mereka mampu meningkatkan keterampilan mereka secara signifikan.
Selain itu, dukungan sosial juga membantu perempuan mengatasi hambatan budaya yang sering kali membatasi mereka untuk terlibat dalam ekonomi digital. Modal sosial membantu membangun kepercayaan diri perempuan, sehingga mereka merasa lebih nyaman dalam mengeksplorasi teknologi baru dan berpartisipasi dalam aktivitas digital, baik untuk keperluan bisnis maupun partisipasi sosial.
Ekosistem Digital yang Mengintegrasikan Modal Sosial
Untuk menjembatani kesenjangan digital berbasis gender, diperlukan pendekatan ekosistem digital yang komprehensif. Salah satu model yang bisa diterapkan di Indonesia adalah mengintegrasikan modal sosial ke dalam strategi pembangunan infrastruktur digital dan program literasi. Pemerintah, LSM, serta sektor swasta perlu bekerja sama untuk menciptakan inisiatif-inisiatif yang melibatkan komunitas dalam memberikan akses teknologi dan pelatihan keterampilan digital kepada perempuan.
Model ekosistem digital yang didasarkan pada modal sosial tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur fisik, tetapi juga pada penguatan jaringan sosial yang ada. Dengan demikian, perempuan dapat lebih mudah terhubung dengan peluang yang ada melalui teknologi. Misalnya, e-commerce dapat menjadi jembatan antara perempuan pengrajin di desa-desa dengan pasar yang lebih luas, yang sebelumnya tidak terjangkau oleh mereka.
Inisiatif yang mengedepankan peran modal sosial dalam ekosistem digital juga terbukti efektif dalam meningkatkan pendapatan perempuan. Studi kasus yang melibatkan platform e-commerce di pedesaan Indonesia menunjukkan bahwa perempuan yang menggunakan platform ini dapat meningkatkan pendapatan mereka hingga 20%. Keberhasilan ini didukung oleh komunitas yang aktif dalam memberikan pelatihan serta membantu para perempuan untuk mengelola produk mereka secara digital, mulai dari pemasaran hingga pengelolaan keuangan.
Kebijakan yang Mendukung Pemberdayaan Digital Perempuan
Pemerintah memegang peran penting dalam menciptakan kebijakan yang mendukung terciptanya ekosistem digital yang inklusif. Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan adalah memberikan insentif bagi perusahaan teknologi dan telekomunikasi untuk memperluas jaringan internet di daerah-daerah yang sulit dijangkau secara ekonomi. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan subsidi untuk akses internet bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, termasuk perempuan di daerah pedesaan.
Pengembangan literasi digital juga harus menjadi prioritas dalam kebijakan pendidikan nasional. Program pelatihan literasi digital, terutama yang ditujukan untuk perempuan di daerah pedesaan, harus mencakup aspek-aspek keterampilan teknologi yang lebih luas, termasuk kewirausahaan digital, keamanan siber, dan kemampuan analisis data. Pemerintah dapat bekerja sama dengan sektor swasta dan LSM dalam mengembangkan program-program pelatihan yang relevan dan mudah diakses oleh semua kalangan.
Selain kebijakan dalam negeri, kerja sama internasional juga perlu diperkuat. Banyak inisiatif global yang berfokus pada peningkatan akses internet dan keterampilan digital di negara berkembang, yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Program hibah teknologi dari organisasi internasional atau proyek internet berbasis satelit dapat membantu mempercepat akses internet di daerah terpencil, yang pada akhirnya akan memperkecil kesenjangan digital.
Kolaborasi Lintas Sektor: Kunci Keberhasilan
Kolaborasi lintas sektor sangat diperlukan untuk mengatasi kesenjangan digital perempuan di Indonesia. Pemerintah, sektor swasta, dan komunitas internasional harus bekerja sama dalam menciptakan solusi yang berkelanjutan. Perusahaan teknologi seperti Google dan Microsoft telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk meningkatkan literasi digital dan akses internet di negara-negara berkembang. Inisiatif seperti ini perlu terus didorong, dengan melibatkan sektor swasta dalam tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang berfokus pada pemberdayaan digital perempuan.
Kolaborasi ini juga mencakup kerja sama antara pemerintah dan LSM lokal dalam mengembangkan program literasi digital berbasis komunitas. Program-program ini harus dirancang untuk melibatkan perempuan dari berbagai latar belakang, terutama mereka yang berada di daerah pedesaan, untuk memastikan inklusi digital yang merata.
———– *** ————