Tanaman pangan di wilayah Kab Malang yang bisa menjadikan desa yang sebelumnya rentan rawan pangan menjadi desa tahan pangan. foto : cahyono/Bhirawa
Kab Malang, Bhirawa.
Luasnya wilayah Kabupaten Malang yang meliputi 378 desa ditambah 12 kelurahan yang tersebar di 33 kecamatan, tentunya masih ada desa yang rentan rawan pangan. Sehingga dengan masih adanya desa rentan rawan pangan tersebut, maka Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang terus berupaya agar desa-desa di Kabupaten Malang zero rawan pangan dan bisa berubah menjadi desa tahan pangan.
Berdasarkan Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Malang, mencatat jika tahun 2024 ini, Kabupaten Malang sudah masuk katagori tahan pangan, dan status itu berubah dari yang sebelumnya berstatus desa rentan rawan pangan di tahun 2023. Kini menjadi desa tahan pangan di tahun ini.
Kepala DKP Kabupaten Malang Mahila Surya Dewi, Rabu (4/9), kepada wartawan mengaku, jika di tahun 2023, masih terdapat tiga desa di dua Kecamatan masuk kategori rentan rawan pangan. Salah satunya adalah desa di wilayah Kecamatan Dau dan Kecamatan Pakis. Namun di tahun ini, tiga desa yang rawan pangan, kini menjadi desa tahan pangan.
Sedangkan perubahnya desa rentan rawan pangan menjadi desa tahan pangan, karena juga ada intervensi dari dinas-dinas terkait. Diantaranya, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga (DPUBM) Kabupaten Malang. “Yang mana akses jalan rusak menuju wilayah tersebut dipoles dan dipermudah,” ujarnya.
Sebab, lanjut dia, jalan rusak bisa berpengaruh lambatnya pendistribusian pangan ke masyarakat. Dan selain itu, pihaknya juga berkordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Malang untuk menghidupkan lahan tidur. Sehingga masyarakat bisa menghidupkan lahan tidur dalam mendukung terpenuhinya pangan, terutama untuk bisa mencukupi pangan di daerahnya. Dengan begitu, dirinya berharap agar desa yang berkolaborasi dengan DKP, bisa kita lakukan konseling hingga bisa digunakan untuk ketahanan pangan.
“Ketersediaan pangan merupakan salah satu isu paling sentral dalam rembangunan pertanian dan pembangunan nasional, terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia yang berpenduduk besar,” tutur Mahila.
Perlu diketahui, melansir dari Dr Sosiawan Nusifera dengan judul disertasi Mencapai Ketahanan Pangan Melalui Diversifikasi Dan Eksplorasi Pangan Alternatif, bahwa ketahanan pangan sangat terkait erat dengan ketahanan sosial, stabilitas sosial, ketahanan nasional serta stabilitas ekonomi.
Sedangkan permasalahan utama dalam mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia saat ini berkaitan dengan adanya fakta, bahwa peningkatan permintaan pangan yang lebih cepat dibandingkan penumbuhan penyediaannya. Permintaan yang meningkat cepat tersebut merupakan akibat dari peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya beli masyarakat, dan perubahan selera.
“Di lain pihak, kapasitas produksi pangan nasional penumbuhannya lambat yang disebabkan oleh adanya kompetisi dalam pemanfaatan sumber daya lahan dan ai, serta stagnannya pertumbuhan produktivitas lahan dan tenaga kerja pertanian,” terangnya. (cyn.hel).