Tuntuntan untuk menghadapi ancaman krisis pangan global maka mau tidak mau, hampir semua negara di dunia tanpa terkecuali Indonesia perlu sigap mewujudkan swasembada pangan. Menjadi logis jika pemerintah melalui Menteri Pertanian (Mentan) perlu sigap menyiapkan upaya untuk mewujudkan target swasembada pangan. Pasalnya, jika tidak maka bisa dipastikan negeri ini akan terus menjalani ketergantungan impor pangan. Sebaliknya, bila swasembada pangan tercapai maka menurut hitungan pemerintah, Indonesia bisa menekan impor.
Selain itu, upaya mewujudkan swasembada pangan perlu mendapat dukungan agar negeri ini terbebas dari ancaman kelaparan. Terlebih, sekarang ada 59 negara yang terancam kelaparan dan ada 970 juta penduduk dunia kekurangan gizi dan kelaparan. Jumlah tersebut, diprediksi akan meningkat sampai 2050. Saat yang sama, Indonesia juga menghadapi el nino yang mengakibatkan kekeringan dan risiko kekurangan pangan sekarang Indonesia impor pangan 3,6 juta di tahun 2024,(Republika,30/7/2024).
Berangkat dari kenyataan potensi ancaman krisis pangan dunia tersebut, maka semua stakeholder pertanian perlu terlibat mewujudkan kedaulatan pangan, sekaligus demi sinergi untuk pembangunan pertanian. Pemerintah melalui Mentan perlu menghadirkan langkah solutif sebagai langkah cepat mulai dari ketersediaan bibit unggul hingga tercukupinya kebutuhan pupuk. Termasuk distribusi pupuk, yang selama ini kerap menjadi persoalan meski mendapat pengawasan, sehingga persoalan pupuk harus sesuai regulasi. Jika dulu ketersediaan pupuk hanya 50% dari kebutuhan, sekarang oleh Bapak Presiden, langsung menambahkan 100% yaitu dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton. Diikuti, penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) dan pemasangan pompa air untuk mengantisipasi kemarau panjang.
Pemerintah melalui Mentan dalam rangka mewujudkan swasembada pangan memang dibutuhkan upaya dan usaha ekstra. Pemerintah Pusat dan Daerah dalam mewujudkan swasembada pangan tersebut meski bisa membuat petani tersenyum, dimana produk yang dihasilkan dapat dijual dengan harga yang bagus dan akses terhadap alsintan serta KUR mudah. Selain itu, untuk mewujudkan cita-cita itu, tentu dibutuhkan sinergitas seluruh stakholder dengan menyamakan visi untuk mewujudkan target swasembada pangan, karena ini holistik, dari hulu sampai hilir harus terpenuhi dan mendukung semua.
Gumoyo Mumpuni Ningsih
Dosen FPP, Univ. Muhammadiyah Malang