Sampang, Bhirawa
Diskusi Keberagaman sebagai kekuatan mengubah perbedaan menjadi kelebihan. KH Muhammad Bin Muafi Zaini, anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Dapil Madura, yang akrab disapa (Gus mamak). Perbedan tidak harus menjadi pemisah, tapi menjadi rahmat, di Hotel Bahagia Sampang kota.
Saat ditanya terkait Pengungsi Syiah Sampang di Rusun Puspa Agro, Jemundo, Sidoarjo, yang hingga saat ini belum bisa kembali ke Sampang. Gus Mamak sebagai anggota legislator partai Golkar sudah memberikan saran dan solusi terhadap pemerintah daerah.
Menurut Gus Mamak hingga saat ini hidupnya cukup layak dan terjamin dengan subsidi bulanan pemerintah dan hal itu menjadi temuan BPK. Bagaimana solusi yang harus dilakukan harus secara tuntas tidak parsial Minggu (28/7/2024).
“Dianalisa masalahnya, pertama pemahaman mereka sebagai orang tua kita bimbing supaya benar, dan banyak kyai yang bersedia untuk mengabdi untuk meluruskan pemahaman tersebut,” pungkasnya.
Lanjut Gus Mamak, Kedua pola pemikiran orang Madura terkait Patron tokoh itu sangat penting, dengan memfasilitasi anak-anak mereka di mondokan dengan biaya hidupnya di Pesantren secara pemahaman sesuai pemahamannya dan kita anggap lulus.
Sehingga punya keterikatan antara masyarakat yang menjadi obyek masalah tersebut dan itu tidak mahal dan sangat murah sekali APBDpun bisa mengcaver itu.
“Terkait pembaiatan kembali ke pemahaman yang benar yang telah dilakukan pemerintah selama ini, saya tidak bisa maknai satu persatu secara teknis, jika itu sebagai salah satu cara boleh-boleh saja, tapi keterlibatan pemerintah supaya laten ini hilang, pemerintah punya akses besar menjadi katalisator atau penyambunh dari dengan mengunakan kebijakanya terkait permasalahan tersebut,” jelasnya.
Menurut Gus Mamak yang juga pengaruh pondok pesantren Prajjan Camplong, Sampang, jika pemahamannya sudah kembali ke jalan yang benar, makan keterlibatan tokoh lokal untuk menjelaskan, iniloh pemahamannya sudah benar dan sudah taubat, dan itu memang berat diawal dan memang harus dilibatkan tokoh yang pengaruh lokalnya kuat untuk melakukan komunikasi.
“Misalkan pengungsi ada ratusan sekian orang, terus ada berapa kepala keluarga (KK), anggaplah ada 80-70 KK, jadi pemerintah butuh kurang lebih 80-70 rumah dengan penghasilan yang layak, dengan usaha tertentu seperti buat pabrik tahu dengan pelatihan dan modal usaha, dan banyak yang bisa dilakukan, namun sering kali tidak sinergisnya ini menjadi masalah lama terselesaikan,” imbuhnya
Lanjut Gua Mamak, memang saat kita hampir mencapai finis penyelesaian pengungsi Sampang, namun bagaimana caranya mereka bisa survive bertahan hidup itu butuh peran pemerintah dengan memberikan alat pancing pelatihan tertentu dengan diberikan modal awal dengan akses KUR dan lain-lain. [lis.dre]