Sidoarjo, Bhirawa
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo, Bahrul Amiq, mengajak peran serta dari para ketua RT dan Ketua RW di Kabupaten Sidoarjo agar peduli sampah. Dengan bisa menggerakkan warga di lingkungan masing-masing dalam pegolahan sampah. Amiq mengatakan setiap hari volume sampah rumah tangga di wilayah Kabupaten Sidoarjo mencapai 1.200 ton.
Kalau setiap hari sampah tersebut langsung dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA ) sampah, tanpa ada proses pengolahannya, maka TPA sampah di Sidoarjo yang saat ini berada di Desa Kupang Kecamatan Jabon itu, tidak lama lagi bisa akan cepat tutup, karena penuh dengan timbunan sampah.
“Selama ini kebanyakan proses pengolahan sampah, dari rumah ke TPA, hanya bersifat memindahkan saja, belum banyak dilakukan cara-cara proses pengelolaan sampah,” ujar Amiq, ketika berbicara dalam acara sosialisasi pengelolaan sampah dan lingkungan hidup, Selasa (2/7) kemarin, di Edotel, Sidoarjo.
Amiq menceritakan, sejumlah TPA sampah yang pernah ada di Kabupaten Sidoarjo, harus ditutup, karena kondisinya yang sudah overload, penuh dengan timbunan sampah rumah tangga. Sebut saja, TPA sampah yang pernah ada di Kecamatan Krian, Taman, Porong dan Sidoarjo. “Tidak hanya di Sidoarjo saja, TPA di kota-kota lain di Indonesia, juga harus ditutup karena kondisinya penuh dengan tumpukan sampah yang menjulang tinggi. Sampah memang menjadi masalah nasional,” kata Amiq.
Apa TPA sampah di Kabupaten Sidoarjo nantinya bisa ditutup karena kondisinya yang overload sampah? Kata Amiq, bisa. Kalau masyarakat Sidoarjo cuek tidak peduli dalam pengolahan sampah. Sampah yang dari rumah, hanya dibuang ke TPA saja, tanpa ada proses pengolahan sampah lebih lanjut.
Karena dari sebuah survei tentang masalah sampah, prosentase rasa kepedulian tentang sampah, warga Indonesia ini sangat rendah. angka 72 persen warga Indonesia tidak peduli dengan sampah. “Ayo kita selamatkan Sidoarjo dari persoalan sampah. Di TPA saat ini, itu wilayah yang sudah paling timur di Sidoarjo, kemana lagi kita akan membuang sampah kalau TPA ini, nantinya penuh sampah,” kata Amiq, menghimbau kepada para ketua RT dan Ketua RW yang ikut dalam acara tersebut.
Dirinya ingin TPA sampah di Sidoarjo saat ini, tidak lagi menjadi tempat pembuangan sampah. Tapi sampah sudah diolah di tingkat rumah. Sehingga sampah tidak lagi dikirim ke TPA.
Meski masih menghadapi persoalan sampah, tetapi Kabupaten Sidoarjo diakuinya sedikit bisa berbangga, karena pihak Bappenas sempat datang ke TPA sampah Sidoarjo, yang diberi nama Griyo Mulyo itu, belajar tentang tata cara pengolahan sampah di TPA, supaya tidak menimbulkan bau.
Praktisi dari Universitas Brawijaya, Joko Setyo, dalam kesempatan itu mengatakan para Ketua RT dan Ketua RW di Sidoarjo sebagai ujung tombak di masyarakat harus bisa mengajak warganya dalam pengolahan sampah dengan tepat.
Menurut Joko, sesuai data dari Kementerian LHK pada tahun 2021, sampah yang ada di TPA , sekitar 40.20% berasal dari rumah tangga. Sisa makanan paling banyak.
Bila tidak cepat diatasi, maka akan bisa berbahaya. Sebab kondisinya bertumpuk-tumpuk bisa berbahaya. “Mari ajak tetangga kita, agar tidak membuang sampah dengan sembarangan. RT, RW dan Pemerintahan desa harus peduli, kalau masyarakat tidak bergerak mengatasi sampah, bisa bahaya,” ujarnya.[kus.ca]