Siswa SMAN 3 Taruna Angkasa Sabet Gold Medal di Kejuaraan International
Oleh:
Diana Rahmatus S, Surabaya
Siapa sangka limbah pertanian seperti jagung ternyata bisa dimanfaatkan dan diolah menjadi plastik biodegradable (terurai). Karya inovatif yang disebut Migutik “Biodegradable plastic as a solution to reduce plastic waste” ini bahkan meraih Gold Medal pada kejuaraan international Global Youth Invention and Innovation Fair (GYIIF) kategori Innovation Science.
Ajang bergengsi yang menjadi wadah generasi muda untuk menunjukkan inovasi dan hasil penelitian mereka di tingkat global ini diikuti setidaknya 1 negara di Institute Pertanian Bogor pada 8-10 Januari 2025.
Ide inovatif ini dicetuskan siswa SMAN 3 Taruna Angkasa Jawa Timur, yaitu Avesheina Abdurrazaq, Muhammad Farhan, Afflatus Felician Ceesar, Fahry Dimas Saputra, Najmah Maia Fairuz dan Aghits Rafi untuk mengatasi persoalan limbah pertanian dan sampah plastik.
Atas inovasi siswa ini, Kepala Dindik Jatim, Aries Agung Paewai mengungkapkan apresiasinya. Ide inovatif ini menurut Aries, merupakan sebuah solusi ditengah tingginya sampai plastik yang dihasilkan dari berbagai produk kemasan. Apalagi bahan dasar dari pembuatan produk plastik biodegradable memanfaatkan jerami jagung yang kebanyakan digunakan sebagai makanan ternak.
“Ini ide inovatif yang kita butuhkan juga dibutuhkan masyarakat. Selain mengurangi limbah pertanian juga mengurangi penggunaan sampah plastik polimer yang sangat sulit terurai di bumi,” urai Aries, Selasa (21/1).
Menurut Aries, ide-ide inovatif ini banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Ia berharap para siswa terus mengembangkan penelitiannya agar menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Sebab, kedepan persoalan lingkungan yang kompleks akan dihadapi masyarakat.
Saat ini, tambah Aries, ide inovatif yang dicetuskan siswa SMAN 3 Taruna Angkasa sebagai kesiapan Indonesia dalam menghadapi Sustainable Development Goals (pembangunan berkelanjutan). Artinya, mereka mengolah kembali bahan-bahan yang berpotensi menjadi limbah namun memanfaatkan ulang menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat.
Meski inovasi ini butuh penelitian lanjutan, tambah Aries, namun ide ini sebagai awal untuk pengembangan plastik biodegradable selanjutnya. Agar kedepan bisa digunakan dengan baik oleh masyarakat.
“Inovasi dari jerami jagung ini awal untuk terus melakukan penelitian. Untuk menemukan solusi-solusi atau bahkan format yang sesuai agar siap digunakan pasaran,” lanjutnya.
Aries berharap ide inovatif ini bisa dicontoh siswa lainnya di Jawa Timur. Sehingga semakin banyak siswa menghasilkan inovasi untuk menyelesaikan persoalan lingkungan akan semakin memudahkan masyarakat dalam menjaga lingkungan. Sekaligus membantu pemerintah dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.
Sementara itu, dijelaskan Ketua tim Avesheina Abdurrazaq, inovasi Migutik ini meruapakan akronim dari Jerami Jagung Plastik. Pemanfaatan jerami jagung ini karena Indonesia sebagai negara agraris di mana menghasilkan limbah pertanian yang sangat banyak terutama padi dan jagung.
Rata rata, tambah Avesheina hasil limbah pertanian di Indonesia hanya sebatas digunakan untuk pakan ternak. Tapi lebih bahayanya lagi jika limbah dibuang sembarangan sehingga dapat mencemari air dan dibakar yang mengahasilkan polusi udara.
Di lain sisi, menurut siswa kelas 12 ini, Indonesia sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar ranking 5 di dunia.
“Kami buat plastik biodegradable yang terbuat dari limbah jerami dan bonggol jagung sehingga mudah terdegradasi sehingga tidak membahayakan bagi lingkungan sekitar. Inovasi kami juga memanfaatkan limbah hasil pertanian,” jelasnya.
Dengan inovasi Migutik ini, lanjut Avesheina diharapkan dapat mengurangi penggunaan sampah plastik polimer yang susah di urai dan memanfaatkan limbah pertanian yang begitu banyak di Indonesia.
Ia juga menambahkan saat ini plastik Migutik masih dalam proses penelitian lebih lanjut, agar dapat digunakan selayaknya plastik polimer. Dengan begitu suatu saat nanti dapat menggantikan plastik sintetis. Sebab, inovasi yang dibuat Avesheina dan tim ini memiliki keunggulan di mana dapat terdegradasi lebih cepat dan lebih ramah lingkungan.
“Dengan adanya plastik Migutik ini diharapkan dapat memanfaat limbah pertanian di Indonesia sehingga dapat menyerap tenaga kerja sekitar, dan pembuatan plastik Migutik ini akan terus kami kembangkan sebagai bentuk konstribusi kami sebagai anak bangsa untuk mendukung visi pemerintah menuju Indonesia emas 2045,” jelasnya.
Terkait proses pembuatan Migutik, Avesheina menjelaskan secara rincinada beberapa tahapan yang dilakukan. Diantaranya, mengumpulkan bahan utama limbah jerami dan bonggol jagung serta melakukan pengeringan; selanjutnya menghaluskan bahan utama hingga menjadi serbuk.
Kemudian menimbang masing masing variasi sampel dan menambahkan NaOH 4% sebanyak 250ml dengan dilakukan penangasan.
Proses berikutnya yakni menambahkan HCL 1% sebanyak 40 ml dan dilakukan penangasan. Kemudian menetralkan Ph sampel serta menambahkan Na(OCl)2 sebanyak 20 ml dan penghilangan bau dari kaporit. Terakhir penambahan plasticizer dan masuk di tahapan pencetakan dan pengangkatan sampel.
“Kami butuh penelitian selama 10 bulan. Tentunya kami perlu mengembangkan plastik Migutik ini agar bisa lebih kuat namun tetap terdegradasi dengan cepat, Agar bisa menggantikan plastik polimer nantinya,” pungkas dia. [ina.gat]