29 C
Sidoarjo
Wednesday, October 23, 2024
spot_img

Ingatkan Sejarah Perjuangan Santri, SMP PGRI 1 Buduran Pawai HSN 2024


Sidoarjo, Bhirawa
Ratusan pelajar SMP PGRI 1 Buduran Sidoarjo ikuti pawai Hari Santri Nasional (HSN). Diperingati setiap tanggal 22 Oktober, para siswa diajak kembali mengingat perjuangan para santri paska kemerdekaan. Tepatnya Terkait sejarah Resolusi jihad tanggal 22 Oktober 1945 di Surabaya.

Tak sekedar hanya berkeliling kampung disekitaran Desa Siwalanpanji, para siswa kelas VII, VIII dan IX ini juga membawa poster bergambar para tokoh-tokoh muslim seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Selain itu poster juga bergambar tokoh Walisongo yakni Sunan Ampel, Maulana Malik Ibrahim, Sunan Drajat, Sunan Giri, Syekh Asmoroqondi, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan Sunan Gunungjati. Terdapat juga yang membawa naskah Resolusi Jihad tanggal 22 Oktober 2024.

Kepala SMP PGRI 1 Buduran, Indrajayanti Ratnaningsih mengatakan, pawai HSN 2024 yang digelar SMP PGRI 1 Buduran mengingatkan para peserta didik sebagai generasi muda penerus bangsa untuk menghormati dan menghargai jasa perjuangan para santri pasca proklamasi kemerdekaan RI. Khususnya dalam mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1945.

Salah perjuangan Santri yang paling melekat adalah Resolusi Jihad. Diterangkan Indrajayanti, aksi tersebut merupakan seruan tokoh ulama pendiri NU (Nahdlatul Ulama), KH Hasyim Asy’ari. Yang mana berisi ajakan kepada masyarakat, khususnya para santri dan ulama untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

“Resolusi Jihad ini dianggap sebagai momen penting di kalangan santri dan ulama Indonesia. Sehingga pemerintah sepakat mengabadikan tanggal dikeluarkannya resolusi ini sebagai tanggal peringatan HSN,” ujarnya.

Berita Terkait :  Optimalkan Layanan Publik, Pemkot Madiun-Ombudsman Gelar Sosialisasi Maladministrasi

Dalam Resolusi jihad memutuskan dua hal yakni pertama, memohon dengan sangat kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya menentukan suatu sikap dan tindakan yang nyata serta sepadan terhadap usaha-usaha yang akan membahayakan kemerdekaan Agama dan Negara Indonesia, terutama terhadap pihak Belanda dan kaki tangan. Kedua, supaya memerintahkan melanjutkan perjuangan bersigat ‘sabilillah’ untuk tegaknya Negara Republik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.

Sebelum berangkat pawai, kata Indrajayanti, para siswa dipandu untuk membaca salawat bersama-sama. Bagi siswa laki-laki mereka mengenakan baju koko berwarna putih, songkok hitam, celana dan sepatu hitam. Adapun peserta perempuan mengenakan baju gamis berwana putih, jilbab putih, dan sepatu hitam.

“Sebagai cucuk lampah (paling depan) adalah pembawa banner dan grup banjari SMP PGRI 1 Buduran yang membawakan lagu Ya Lal Wathon (Cinta Tanah Air), karya KH Abdul Wahab Chasbullah pada tahun 1916,” terangnya. [ina.fen]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img