Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair Surabaya
Pada akhir tahun 2024 dan awal tahun 2025 ini publik dibuat was-was adanya virus Human Metapneumovirus (HMPV). Kondisi tersebut tak bisa terhindarkan apalagi rasa trauma terhadap virus corona (Covid-19) yang lima tahun lalu muncul di China yang menyebar luas sangat cepat antar negara bahkan antar benua (pandemi). Lagi-lagi negara China sebagai awal terjadinya “monster” virus Covid-19 yang menakutkan dengan kasus 6.73 juta orang telah terinfeksi dengan angka kematian mencapai 161 ribu jiwa. Covid-19 tidak hanya menggerus derajat kesehatan masyarakat luas namun juga memporakporandakan sektor perekonomian negara, sosial ekonomi dan sektor-sektor lain. HMPV adalah jenis virus yang menyebabkan infeksi di saluran pernapasan atas atau saluran pernapasan bawah. Virus ini dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti batuk, pilek, hidung tersumbat, serta demam.
Karakteristik HMPV dapat menyerang siapa saja, tetapi lebih sering terjadi pada bayi dan anak usia di bawah 5 tahun. Selain itu, lansia yang memiliki penyakit kronis lebih rentan terpapar, termasuk kelompok rentan dimana daya tahan tubuhnya lemah, misalnya karena menderita kanker atau HIV/AIDS. Secara epidemiologis bahwa wabah Human Metapneumovirus (HMPV) yang sedang merebak di China tidak sama dengan Covid-19. Sebenarnya HMPV sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Sementara, Covid-19 adalah varian baru dari virus corona, walaupun sepintas gejalanya adalah serupa, seperti batuk, demam, mungkin sesak dan nyeri dada dan jika kasus mengalami pemberatan dapat masuk rumah sakit. Secara umum memang semua infeksi paru dan saluran napas memang gejalanya seperti diatas. Dalam konteks derajat virulensi bahwa HMPV bukanlah virus yang memiliki tingkat kematian tinggi, meski bisa menyebabkan penyakit parah seperti bronkitis dan pneumonia. Sebagian besar kasusnya menyebabkan penyakit flu biasa yang akan pulih sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus.
Meski demikian tidaka boleh menganggap remeh karena setiap penyakit memiliki tipologi perkembangan yang tidak sama, mutase genetik, penurunan daya tahan (imunitas) tubuh maupun pengaruh kondisi iklim, musim dan cuaca acapkali mengubah sifat virus dari terkendali menjadi tidak terkendali. Selain itu, kelompok rentan seperti bayi, balita, anak-anak dan lanjut usia serta orang dengan kelompok berisiko dan petugas kesehatan memerlukan perhatian ekstra untuk melindungi diri dari infeksi HMPV. Upaya pencegah penularan HMPV, beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain : mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, menggunakan tisu atau siku bagian dalam, menghindari kontak dekat dengan orang yang sakit dan memperkuat daya imunitas melalui vaksinasi. Meskin belum ada vaksin khusus untuk HMPV, namun vaksin influenza tetap penting untuk diberikan, terutama pada kelompok berisiko tinggi. Oleh karena dalam konsep kesehatan, tindakan mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
Tren dan Upaya Mitigasi
Secara mitigasi epidemiologi dari tahun ke tahun tren kejadian penyakit menular melalui pernafasan dengan perantara udara (airborne diasease) cenderung meningkat seiring dengan mobilitas manusia yang sangat cepat, perubahan cuaca dan iklim serta degradasi lingkungan termasuk karakteristik penyakit yang rentan mengalami mutasi genetik. Mengapa penyakit menular dari media udara relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan media lain. Sesungguhnya kita tidak dapat mengetahui apa yang terkandung di setiap udara yang kita hirup, apakah mengandung partikel atau organism berbahaya atau tidak. Tubuh kita rentan terhadap hal tersebut sehingga dapat menyerang sistem pernapasan. Batuk misalnya, hampir setiap manusia mengalaminya. Batuk adalah respon alami tubuh untuk mengeluarkan zat dan partikel dari dalam saluran pernapasan serta mencegah benda asing masuk ke saluran napas bawah.
Batuk juga merupakan salah satu bentuk sistem pertahanan tubuh yang terjadi saat saraf pada tenggorokan dan saluran pernapasan merasakan zat atau benda asing yang mengganggu. Adanya zat atau benda asing tersebut akan menstimulasi saraf untuk mengirim sinyal pada otak yang akan direspon dengan batuk untuk mengeluarkan zat atau benda asing tersebut. Pada saat seseorang batuk, virus atau penyakit lain (bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lain) dapat menular dengan cepat pada seseorang lewat perantara udara. Kamu juga bisa terdapat virus saat melakukan kontak langsung dengan pengidap. Infeksi kuman, adanya peradangan, serta paparan zat kimia juga menjadi penyebab batuk. Secara spesifik batuk merupakan salah satu cara penularan virus saat terpapar air liur pengidap. Penyebarannya sendiri dapat terjadi sejauh 2 meter. Virus juga dapat menginfeksi kurang lebih 24 jam. Untuk mencegah penularan virus tersebut, salah satu cara yang bisa kamu lakukan adalah memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menjaga jarak (distancing). Kesemuanya intinya adalah meminimalisasi resiko penularan bukan menjamin tidak tertular.
———— *** —————