Sidoarjo, Bhirawa
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (UPNVJT) menunjukkan komitmennya dalam membangun kesadaran akan keselamatan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana melalui program pengabdian masyarakat.
Pada giat yang bertajuk “Sosialisasi dan Pelatihan Mitigasi Bencana dan K3 bagi Santri Pesantren” , UPN Veteran kali ini melaksanakannya di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Jabal Noer, Sidoarjo.
Berlangsung pada hari Sabtu (26 /7) kegiatan ini menjadi bagian dari program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) EDU UPNVJT. Kergiatan pelatihan menyasar 30 siswa santri kelas 10 dan 11 Madrasah Aliyah di lingkungan pesantren Jabal Noer disertai sejumlah praktek lapangan.
Giat ini sebagai upaya membekali mereka dengan pengetahuan dasar menghadapi situasi bencana, khususnya gempa bumi dan kebakaran-dua jenis bencana yang dinilai paling berisiko terjadi di kawasan pondok pesantren yang umumnya memiliki bangunan bertingkat dengan kepadatan hunian cukup tinggi.
Sosialisasi dan pelatihan ini dipandu oleh tiga pemateri lintas disiplin yang berpengalaman, yaitu Elok Dewi Widowati, M.T. dari Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Sains UPN “Veteran” Jawa Timur, Muhammad Muharrom Al Haromainy, M.Kom. dari Prodi Informatika Fakultas Ilmu Komputer UPNVJT, dan Rahmat Dwi Sutrisno, S.ST., M.T. dari Prodi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Gresik.
Kegiatan ini juga didukung oleh dosen Teknik Sipil UPNVJT lainnya, yaitu Rizqi Alghiffari, S.T., M.T., dan M. Fauzan Akbari, S.T., M.T., serta sejumlah mahasiswa yang turut membantu teknis pelatihan. Keterlibatan dosen dan mahasiswa menjadi bagian dari upaya membumikan ilmu dari kampus ke masyarakat.
Mereka menyampaikan materi dengan pendekatan yang sederhana, interaktif, dan kontekstual, disesuaikan dengan usia dan latar belakang peserta.
Dalam sesi awal, Elok Dewi Widowati menyampaikan pentingnya kesadaran individu terhadap potensi bencana. Ia menjelaskan bahwa mitigasi adalah langkah-langkah yang dilakukan sebelum bencana terjadi untuk mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan.
“Mitigasi bukan hal yang bisa dianggap sepele. Ini adalah pengetahuan hidup. Siapa pun, termasuk santri, perlu tahu cara menyelamatkan diri dan orang lain ketika terjadi bencana,” ujar Elok.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa masih banyak gedung sekolah maupun pesantren yang belum memiliki sistem mitigasi kebakaran yang memadai.
“Tidak semua bangunan dilengkapi dengan APAR (Alat Pemadam Api Ringan). Padahal itu alat paling dasar yang bisa mencegah api membesar saat kebakaran awal terjadi. Di sinilah pentingnya pelatihan seperti ini, agar siapa pun yang berada di dalam gedung tahu bagaimana merespons, bahkan tanpa alat sekalipun,” tegasnya.
Sebagai bentuk dukungan nyata, UPN “Veteran” Jawa Timur secara simbolis APAR kepada pihak Pondok Pesantren Jabal Noer dan akan dilengkapi dengan pemasangan denah jalur evakuasi serta penunjuk arah evakuasi lengkap dengan rambu titik kumpul. Pemberian ini menjadi langkah awal dalam upaya membangun sistem mitigasi kebakaran yang lebih terstruktur di lingkungan pesantren.
“APAR bukan hanya simbol, tetapi alat keselamatan nyata. Namun, alat tidak akan berguna jika tidak ada pengetahuan dan pelatihan,” tambah Elok dalam sambutannya.
Sementara Muhammad Muharrom Al Haromainy mengajak peserta untuk memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana edukasi dan kesiapsiagaan bencana. Ia menyampaikan bahwa saat ini terdapat banyak aplikasi yang dapat memberikan peringatan dini gempa atau informasi titik api.
“Kita hidup di era digital, dan santri juga pengguna aktif gadget. Ini bisa dimanfaatkan untuk mencari informasi jalur evakuasi, lokasi titik kumpul, atau menghubungi pihak berwenang saat terjadi bencana,” ungkapnya. Ia mencontohkan penggunaan aplikasi BMKG, InfoBMKG, atau sistem peringatan WhatsApp komunitas sebagai alat bantu komunikasi kebencanaan.
Al Haromainy juga menekankan pentingnya pemahaman terhadap simbol-simbol keselamatan seperti jalur evakuasi, titik kumpul, dan peringatan bahaya. “Simbol ini sering dianggap hanya gambar tempelan di dinding, padahal dalam kondisi darurat, itu bisa menyelamatkan nyawa,” katanya.
Untuk memperkuat pemahaman tersebut, para peserta diajak melakukan simulasi membaca peta jalur evakuasi dan memahami rambu-rambu keselamatan yang sering ditemukan di area publik, termasuk pesantren.
Sesi paling menarik dari kegiatan ini adalah praktik penggunaan APAR. Dalam simulasi tersebut, para santri diajarkan teknik dasar menggunakan APAR dengan metode PASS (Pull, Aim, Squeeze, Sweep). Mereka diminta menarik pin pengaman, mengarahkan nozzle ke sumber api, menekan tuas, dan menyapu api secara perlahan.
Rahmat Dwi Sutrisno yang memandu praktik ini menyampaikan bahwa kemampuan dasar ini harus dimiliki semua orang, terutama yang tinggal di gedung padat seperti pesantren.
“Jangan takut memegang APAR. Alat ini aman dipakai oleh siapa saja. Yang penting tahu cara penggunaannya. Ketika kalian bisa memadamkan api kecil di awal, kalian bisa menyelamatkan ratusan orang di sekitarmu,” katanya.
Sebanyak 30 santri dan santriwati Madrasah Aliyah mengikuti kegiatan ini dengan antusias. Mereka tidak hanya mendengarkan penjelasan, tetapi juga aktif bertanya dan mencoba langsung praktik yang diberikan.
“Sekarang saya tahu kalau terjadi gempa tidak boleh langsung lari keluar, tapi cari tempat berlindung dulu, seperti di bawah meja, lalu setelah aman baru menuju titik kumpul,” ungkap Lailatul, santriwati kelas 11.
Pihak pesantren sangat mengapresiasi kegiatan ini dan berharap ada kelanjutan di masa mendatang. “Ini kegiatan sangat bermanfaat. Kami akan evaluasi dan tindak lanjuti dengan penyusunan jalur evakuasi yang jelas di setiap asrama dan kelas. Dan APAR yang diberikan akan kami tempatkan di titik strategis dan kami jadwalkan pelatihan berkala bagi seluruh santri dan ustadz,” ujar salah satu pengurus pondok. [gat.wwn]


