Sidoarjo, Bhirawa
SMKN 3 Bandar Lampung berkesempatan melakukan studi banding di SMKN 1 Buduran Sidoarjo. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat perkembangan Teaching Factory (TeFa) SMKN 1 Buduran Sidoarjo. Lebih lagi, statusnya sebagai sekolah BLUD yang sukses dalam pengelolaan manajemen bisnis dan aset sekolah.
Kepala SMKN 3 Bandar Lampung, Eden Eduan mengungkapkan, kunjungan ini merupakan pertama kalinya di SMKN 1 Buduran Sidoarjo. Sebagai SMK PK, pihaknya mengaku ingin belajar banyak kepada sekolah yang lebih dahulu menjalankan sekolah PK (pusat keunggulan) dalam meningkatkan prestasi dan kualitas siswa juga sumber daya manusia (SDM).
“Kami ingin dengan adanya kunjungan ingin dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan utamanya di sekolah kami, dan umumnya di Bandar Lampung,” ujarnya, Jumat (8/11).
Dipilihnya SMKN 1 Buduran sebagai lokasi untuk studi banding, tambah Eden karena perkembangan ilmu pengetahuan yang diterapkan. Selain itu, sekolah yang dipimpin Agustina ini telah menjadi role mode dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Hasil studi banding ini, Eden berharap, bisa meningkatkan SDM, sarana prasarana penunjang yang perlu ditingkatkan. sehingga berdering dengan kualitas pembelajaran yang tercipta.
“Kebetulan sekolah kami juga sudah BLUD. Tapi baru satu tahun ini dan masih perlu banyak belajar kepada sekolah yang berpengalaman. BLUD kami juga belum optimal. Nah sekarang kita berkesempatan melihat TeFa milik SMKN 1 Buduran Sidoarjo untuk peningkatan sarana prasarana di sekolah kami,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala SMKN 1 Buduran Agustina menyambut baik adanya kunjungan ini. Ia menyebut dalam studi banding ini pihaknya memaparkan beberapa strategi dalam menjalankan SMK BLUD.
Salah satu kunci diantaranya menyamakan persepsi dan komitmen antara kepala sekolah, guru dan orangtua dalam mencetak lulusan berkualitas. Menurutnya status BLUD merupakan salah satu fasilitas yang harus dimanfaatkan sekolah untuk meningkatkan kompetensi siswa sesuai dengan kondisi riil industri. Jika optimal dalam pemanfaatanya, keterserapan industri pun tinggi. Dan siswa siap terjun dalam DUDI.
“Di BLUD kerjasama industri digenjot. Kita juga membentuk teaching factory atau kelas industri yang benar-benar disesuaikan dengan kondisi riil industri. Bagaiamana menghadapi konsumen, mengatasi masalah jika ada komplain ini siswa langsung praktek,” jabarnya.
Agustina menambahkan, ada beberapa hal penekanan dalam paparannya saat kunjungan. Diantaranya terkait pengelolaan TeFa. Menurut Agustin, tidak semua TeFa (kelas industri) bisa dijalankan dengan baik. Padahal TeFa merupakan salah satu aspek BLUD bisa dijalankan dengan baik.
“Mereka datang ke sini untuk belajar kualitas pembelajaran. Yang namanya SMK ini kan harus praktik riil. Kalau hanya sejarah/teori tidak bisa. Untuk menuju secara riil termasuk kurikulum, orangtua dan industri ini harus match,” tandasnya. [ina.fen]