29.7 C
Sidoarjo
Monday, March 3, 2025
spot_img

UC Surabaya Luncurkan Buku Dari Pelangi untuk Semesta


Dukung Warisan Batik Oey Soe Tjoen
Surabaya, Bhirawa
Universitas Ciputra (UC) Surabaya luncurkan buku “Dari Pelangi untuk Semesta”. Buku setebal 15 cm itu berisikan sejarah hingga proses produksi batik peranakan dari rumah batik legendaris Oey Soe Tjoen Pekalongan. Peluncuran buku ini sekaligus merayakan seratus tahun warisan budaya batik peranakan Oey Soe Tjoen dalam Festival Peranakan yang digelar UC, Sabtu (1/2).

Buku ini merupakan karya kolaborasi Widianti Widjaja (Oey Kim Lian), generasi ketiga keluarga Oey Soe Tjoen, bersama Marini Yunita dan Direktur Ciputra Center for Heritage Studies (CCHS) Dr. Rani Prihatmanti.

Rektor Universitas Ciputra, Ir. Yohannes Somawiharja, M.Sc., mengatakan pelestarian batik peranakan merupakan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia. “Ini adalah mahakarya bangsa. Rumah batik Oey Soe Tjoen telah menciptakan batik peranakan yang diakui sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya dokumentasi proses pembuatan batik sebagai upaya melestarikan warisan budaya, serta mengedukasi mahasiswa tentang nilai sejarah dan seni batik.

Universitas Ciputra tidak hanya meluncurkan buku, tetapi juga mendorong pelestarian batik melalui berbagai program edukasi dan penelitian. Yohannes Somawiharja mengingatkan bahwa penghargaan UNESCO atas batik sebagai warisan budaya dunia harus menjadi motivasi untuk terus mengembangkan seni ini.

Festival budaya ini menjadi bukti nyata kolaborasi antara dunia akademik dan masyarakat dalam melestarikan warisan budaya. Buku “Dari Pelangi untuk Semesta” diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi mendatang dalam menjaga identitas dan kebanggaan bangsa.

Berita Terkait :  Komitmen Cetak Guru Berkualitas, PPG Unusa Raih Akreditasi Unggul

Salah satu penulis buku dan pewaris tradisi batik Oey Soe Tjoen, Widianti Widjaja menyambut baik inisiatif Universitas Ciputra. Ia menjelaskan bahwa pembuatan satu kain batik Oey Soe Tjoen bisa memakan waktu hingga lima tahun, dengan ciri khas motif bunga tulip, burung prenjak dan kupu-kupu bersayap mekar yang dikerjakan dengan teknik bolak-balik dengan teknik pencelupan warna yang detail.

“Setiap proses pembuatan batik ini detail dan punya pakemnya masing-masing. Tidak ada ciri khas khusus tapi orang akan tahu karakter dan ciri khas batik Oey Soe Tjoen,” jelasnya.

Widianti juga menyebut, dalam satu tahun pihaknya hanya menerima pesanan sebanyak 20 nama. Sebab, dalam proses pembuatan batik Oey Soe Tjoen butuh waktu yang sangat lama karena gambar dan warna yang cukup detail. Ia juga menyebut dengan 12 karyawan yang dimilikinya saat ini, seluruhnya memiliki punya spesialisasi penggambaran masing-masing.

“Buku ini berisikan proses pembuatan yang cukup detail. Karena itu saya berharap semoga muncul bibit-bibit baru yang tertarik untuk melanjutkan tradisi ini dan lebih menghargai batik sebagai salah satu warisan budaya bangsa,” harapnya. [ina.wwn]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru