25 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Transformasi UMKM Pempek Kiyya Melalui Strategi Branding Modern


Dari Gerobak Pinggir Jalan ke Pasar Digital
Oleh:
Via Wahyuningtyas
Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) NR 01 Sub Kelompok 4 Angkatan 2022 Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya

Banyak kisah sukses tentang perubahan pesat yang terjadi dalam industri kuliner. Salah satunya adalah transformasi warung sederhana menjadi organisasi yang lebih modern dan berkelanjutan. Fenomena ini tidak hanya evolusi usaha, itu juga representasi adaptasi terhadap tuntutan pasar, inovasi manajemen, dan pemanfaatan teknologi.

Warung-warung lama identik dengan kesederhanaan, informal, dan bergantung pada pelanggan lokal. Namun, banyak warung sekarang lebih profesional dengan mengadopsi praktik bisnis profesional seperti branding, pemasaran digital, standarisasi produk, dan membuka berbagai cabang. Pemilik yang ingin maju dan sadar akan potensi pasar yang lebih luas sering menyebabkan transformasi ini.

Kisah transformasi Pempek Kiyya muncul di tengah persaingan bisnis kuliner yang kian sengit. Berawal dari warung pinggir jalan kecil yang bergantung pada promosi dari mulut ke mulut dan pelanggan setia, Pempek Kiyya sekarang menjadi salah satu UMKM yang patut diperhitungkan di era digital. Ini dapat dicapai berkat penggabungan strategi branding modern yang inventif. Pempek Kiyya, yang dikelola oleh Bapak Fahroz di kawasan Desa Candinegoro, Kabupaten Sidoarjo. Sebelumnya hanya mengandalkan penjualan langsung. Keterbatasan dalam hal promosi dan identitas brand yang belum kuat menjadi tantangan utama yang dihadapi usaha yang telah melayani pelanggan setia selama tujuh tahun ini.

Banyak orang mengetahui bahwa pempek adalah simbol makanan Palembang. Untuk masuk ke pasar yang lebih luas dan melampaui pelanggan tradisional, lebih dari sekadar resep asli diperlukan. Ini adalah tempat Pempek Kiyya menunjukkan kehebatannya, mereka tidak hanya mempertahankan cita rasa yang sudah lama dikenal, tetapi mereka juga berani mencoba hal-hal baru dan mempertimbangkan pasar.

Selain itu, mahasiswa turut berperan aktif dengan melakukan langkah-langkah konkret guna mendukung percepatan digitalisasi usaha Pempek Kiyya. Mahasiswa membantu dalam pembuatan logo usaha sebagai simbol visual yang mencerminkan identitas bisnis, sehingga konsumen dapat mengenali dan mengingat produk atau layanan yang ditawarkan. Banner yang menyertakan menu dan foto produk guna meningkatkan visibilitas dan promosi produk atau layanan, kartu nama guna media promosi yang memberikan kesan profesionalisme dan juga pembuatan system pembayaran digital berupa QRIS supaya mempermudah system pembayaran.

Berita Terkait :  Menjamin K3 Tambang

Awal transformasi ini adalah kesadaran akan pentingnya identitas visual. Pempek Kiyya berkonsentrasi pada gaya yang membedakan mereka dari pesaingnya, mulai dari logo yang lebih segar dan profesional, kemasan produk yang menarik. Tampilan visual adalah cara pertama untuk menarik perhatian konsumen dalam bisnis modern, meskipun hal ini mungkin terdengar sepele bagi sebagian orang.

Keberanian Pempek Kiyya untuk memasuki pasar digital adalah titik balik penting mereka. Jika sebelumnya promosi hanya dilakukan melalui pamflet atau spanduk pada gerobak, sekarang media sosial seperti Instagram, Facebook, dan bahkan TikTok menjadi tempat utama mereka. Sukses mereka dalam membangun loyalitas pelanggan di internet bergantung pada konten visual yang menarik, cerita yang menarik tentang proses pembuatan pempek, dan interaksi aktif dengan pelanggan melalui pesan langsung dan kolom komentar.

Selain itu, Pempek Kiyya dengan senang hati menggunakan platform e-commerce dan layanan pesan antar daring. Ini tidak hanya tentang menjual barang, tetapi juga tentang memperluas pasar ke daerah lain, bahkan ke luar kota. Milenial dan Gen Z, yang cenderung bergantung pada teknologi untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka, sangat ditarik oleh kemudahan aksesibilitas ini.

Perjalanan transformasi Pempek Kiyya tentu tidak mulus. Mereka menghadapi berbagai tantangan signifikan, mulai dari resistensi internal hingga keterbatasan sumber daya. Owner yang sudah terbiasa dengan cara tradisional memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan sistem digital baru. Investasi untuk teknologi, pelatihan SDM, dan infrastruktur digital juga membutuhkan modal yang tidak sedikit.

Berita Terkait :  Sertifikat Ganda Penghalang Reformasi Agraria

Tantangan lain datang dari sisi operasional. Meningkatnya pesanan online menuntut sistem logistik yang lebih efisien, packaging yang tahan lama untuk pengiriman jarak jauh, dan customer service yang responsive 24/7. Pempek Kiyya harus belajar mengelola ekspektasi pelanggan digital yang cenderung menginginkan layanan cepat dan sempurna.

Transformasi Pempek Kiyya juga membawa dampak sosial dan ekonomi yang signifikan bagi komunitas sekitar. Ekspansi bisnis mereka menciptakan lapangan kerja baru, tidak hanya untuk tenaga kerja langsung tetapi juga untuk sektor pendukung seperti supplier bahan baku, jasa pengiriman, dan layanan digital marketing. Ini menciptakan efek multiplier yang positif bagi ekonomi lokal.

Dari sisi sosial, kesuksesan Pempek Kiyya menjadi inspirasi bagi UMKM lainnya untuk tidak takut bertransformasi. Mereka secara aktif berbagi pengalaman dan knowledge melalui workshop, seminar, dan mentoring untuk pelaku usaha kecil lainnya. Kontribusi ini membantu meningkatkan literasi digital di kalangan UMKM dan mempercepat adopsi teknologi di sektor kuliner tradisional.

Kisah Pempek Kiyya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak selalu menghalangi pertumbuhan. Warung sederhana sekalipun dapat bersaing di pasar yang lebih luas dengan strategi branding yang matang dan adaptasi terhadap teknologi digital. Pengalaman, nilai, dan cerita di balik setiap gigitan bukan hanya pempek.

Transformasi Pempek Kiyya menawarkan pelajaran berharga bagi UMKM lain: jangan pernah meremehkan kekuatan penetrasi digital dan branding. Orang-orang yang dapat bertahan dan berkembang di era saat ini adalah mereka yang dapat bercerita dengan baik dan berhasil menjangkau pelanggan melalui kanal digital. Pempek Kiyya telah menunjukkan hal itu.

Keberhasilan transformasi digital Pempek Kiyya mengajarkan kita bahwa adaptasi bukan pilihan, melainkan keharusan di era digital ini. Namun, adaptasi tersebut harus dilakukan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai dan keaslian yang menjadi DNA bisnis. Keseimbangan antara tradisi dan inovasi inilah yang menjadi kunci kesuksesan jangka panjang.

Berita Terkait :  Berharap Pemerintah Tetapkan Standar Aturan Kemasan Rokok

Ke depan, tantangan akan semakin kompleks dengan munculnya teknologi baru seperti artificial intelligence, augmented reality, dan blockchain yang mulai merambah industri F&B. UMKM seperti Pempek Kiyya harus terus belajar dan beradaptasi agar tidak tertinggal dalam kompetisi global yang semakin ketat.

Kisah transformasi Pempek Kiyya bukan hanya tentang evolusi sebuah warung pempek, tetapi juga tentang semangat entrepreneurship, keberanian mengambil risiko, dan komitmen untuk terus berinovasi. Ini adalah cerminan dari dinamika ekonomi kreatif Indonesia yang terus berkembang dan menunjukkan potensi besar di kancah internasional.

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya membawa semangat perubahan sosial dan dukungan langsung. Mereka menunjukkan bahwa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dapat menjadi lebih dari sekadar kuliah akademik; itu dapat menjadi kegiatan nyata di mana ilmu dan teknologi dapat diterapkan dengan cara yang sederhana, praktis, dan berdampak pada masyarakat. Inilah makna sebenarnya dari pendidikan tinggi mencetak orang yang baik secara akademik dan peka terhadap kebutuhan masyarakat.

Melalui cerita ini, kita diingatkan bahwa pemberdayaan masyarakat dapat dimulai dari tindakan kecil yang dilakukan dengan niat dan empati yang mendalam, bukan dari kebijakan besar. Mahasiswa KKN memiliki peran strategis dalam membantu pengembangan UMKM melalui berbagai pendekatan, seperti pendampingan langsung di lapangan, pelatihan manajemen usaha, dan optimalisasi pemasaran digital. Oleh karena itu, kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tidak boleh diabaikan. Aktivitas ini harus dianggap sebagai langkah awal untuk membangun UMKM yang berkelanjutan. Opini ini didukung oleh Dicky Ramadhani, Via Wahyuningtyas, Allysia Safira, Fikri Amrillah dan Nicolas Aldy sebagai mahasiswa aktif Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang melakukan pengabdian di Desa Candinegoro, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. [*]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru