Kota Malang, Bhirawa.
Tiga Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang dalam Economic Policy Forum di Gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya (UB), Kamis (31/10) Sejulah panelis kepada para pasangan calon (paslon).
Debat diikuti paslon nomor 1, Wahyu Hidayat dan Ali Muthohirin yang saat itu hanya dihadiri Wahyu Hidayat saja, demikian pula dengan paslon nomor 2 yang dihadiri Heri Cahyono tanpa kehadiran wakilnya.Ganis Rumpoko, Sementara paslon nomor 3 tampil lengkap, yakni Abah Anton dan Dimyati Ayatulloh.
Mereka menjawab sekaligus menanggapi pertanyaan yang diajukan seperti mengapa Kota Malang semakin panas?
Wahyu menekankan pentingnya perencanaan, baik itu bagaimana membuka Ruang Terbuka Hijau, hingga peresapan air.
Sementara Heri Cahyono atau Sam HC ingin mencontoh Singapura dengan program-programnya. “Seperti 1 juta pohon, menabung air di dalam tanah dan membuka RTH sebanyak-banyaknya dan membuat bangunan ramah lingkungan,” paparnya.
Sam HC juga menyarankan kampung-kampung untuk mereplikasi kampung Glintung sebagai tempat menabung air yang diinisiasi Bambang Irianto.
Sementara Abah Anton menanggapi dengan melanjutkan program yang dulu sudah dilakukan. “Pemerintah harus melihat regulasi Tata Ruang khususnya izin kepada pengembang. Selain itu konsep Bank Air yang diterapkan di kampung-kampung tematik kembali digalakkan,” terang Abah Anton.
Pertanyaan lainnya meliputi parkir liar, keberadaan KEK Singhasari dengan Kota Malang, hingga bagaimana cara untuk menanggulangi kemiskinan. Parkir yang berdampak pada bisnis khususnya UMKM, juga terkait pada Pendapatan Asli Daerah. “Parkir perlu penegakan secara konsisten dan ketegasan, dan peningkatan kualitas SDM, digitalisasi dan standarisasi,” ucap Sam HC.
Sementara Abah berpendapat agar pemerintah hadir denfan ruang publik sehingga parkir dan PKL dapat ditata lebih baik. “Bagaimanapun juga parkir juga merupakan lapangan pekerjaan,” tutur Abah Anton.
Wahyu mengaku bahwa penataan parkir lada dasarnya sudah dilakukan dengan pembinaan meskipun tidak semudah yang dibayangkan. “Nanti harus dikuatkan SDM, model parkirnya termasuk digitalisasinya,” ucap Wahyu.
Ada pula panelis yang memberi pertanyaan terkait siginfikasi KEK Singhasari untuk Kota Malang
Abah Dimyati, Calon Wakil Wali Kota nomor 3 ini menegaskan, nantinya akan berkolaborasi sehingga Kota Malang juga dapat berkembang. “Salah satunya dengan menyiasati lewat MCC, terurama UMKM,” ujar pria asli Mergosono ini.
Sedangka Wahyu lebih kepada faktor pendekatan SDM. “Kebetulan KEK itu termasuk inisiasi saya menjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Malang, jadi nanti akan hadir kampus internasional di sana yang bisa digunakan untuk menguatkan sisi pendidikan,” jelas Wahyu.
Acara juga diisi dengan sesi pertanyaan dari peserta yang hadir di gedung Samantha Krida tersebut. Salah satunya tentang bagaimana konsep bermitra antara pamerintah dan organisasi mahasiawa (ormawa), khususnya UB maupun perguruan tinggi lainnya, hingga solusi transportasi publik yang terintegrasi.
Sam HC menanggapi dengan perubahan cara pandang mahasiswa sebagai aset Kota Malang. “Seperti kampung lingkar kampus, sehingga kolaborasinya hexahelix,” ujarnya.
Sementara Abah Anton menegaskan, dulu saat menjadi Wali Kota pihaknya sudah mengajak mahasiswa untuk bernitra menggarap kampung-kampung tematik. “Masalah kemacetan akan saya tambah angkutan gratis buat anak-anak sekolah seperti tang sudah ada sebelumnya,” terang Abah Anton.
Wahyu menilai 800 ribu mahasiswa ini sebenarnya sudah ada wadahnya yakni di MCC untuk bermitra. “Banyak kerjasama, diskusi dan sebagainya di situ,” tandasnya.
Terkait angkutan publik, Wahyu mengaku akan ada bantuan dari Kementerian Perhubungan di tahun 2025. [mut.wwn]