33 C
Sidoarjo
Thursday, January 9, 2025
spot_img

Teliti Konservasi Desa Adat Panglipuran, Dosen ITN Malang Raih Gelar Doktor

Kota Malang, Bhirawa.
Penelitiian “Pembangunan Dynamic Building Information Modelling untuk Konservasi Ruang Adat, Studi Kasus Desa Adat Penglipuran, Bali.” mengantarkan,

Dr. Ir. Ketut Tomy Suhari, ST., MT, IPP., IRSurv, menambah jajaran doktor di Institut Teknologi Nasional Malang (ITN), Dosen Prodi Teknik Geodesi akhir 2024 lalu berhasil menyelesaikan studnya dan meraih gelar doktor dari Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (ITB).

Tomy mengembangkan Dynamic Building Information Modelling (D-BIM) yang terintegrasi dengan Boundary Representation (B-Rep), dan Decision Support System (DSS) guna mendukung konservasi dan pengelolaan ruang adat di Desa Adat Penglipuran, Bali.

Model ini diharapkan mampu mengakomodasi perubahan tata ruang adat yang diperlukan untuk menyeimbangkan kebutuhan pelestarian budaya dan perkembangan pariwisata, tanpa mengorbankan nilai-nilai adat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat.

“Pengembangan model Dynamic BIM ini tujuannya untuk konservasi ruang adat. Sebenarnya memanfaatkan BIM sangat luas bisa untuk konstruksi, pelestarian cagar budaya (heritage), untuk membuat model bangunan adat atau rekonstruksi bangunan, dan lain sebagainya,” ujar Tomy.

Menurut Tomy, data BIM bisa membantu mendokumentasikan data digital sesuai bangunan aslinya. Sehingga Dynamic BIM bisa merekonstruksi bangunan tersebut sesuai ukuran aslinya.

Pihaknya lantas mencontohkan, di Bali jika bangunan adat rusak/hancur karena suatu hal ternyata untuk membangunnya kembali memerlukan atau memanfaatkan tubuh orang tertua dari keluarga tersebut sebagai alat ukur. Sementara, jika orang tertua tersebut sudah tidak ada, maka tidak ada patokan fisik yang dapat diandalkan.

Berita Terkait :  Saluran Lingkungan Ada di Semua Kelurahan, Total Anggaran Pembangunan Rp18,4 Miliar

“Ini menjadi tantangan dalam upaya restorasi dan konservasi, karena metode yang digunakan memiliki tingkat akurasi rendah,” katanya.

Hal ini bisa mengakibatkan resiko hilangnya bangunan adat sesuai ukuran asli. Untuk itu diperlukan alat ukur dengan teknologi modern seperti High Definition Survey (HDS), teknologi geospasial seperti Heritage BIM, LiDAR, fotogrametri, dll.

Namun sayangnya Heritage BIM pada dokumentasi bangunan bersejarah masih bersifat statis, belum bisa menyesuaikan dengan dinamisnya perubahan ruang adat.

“Disinilah diperlukan model Dynamic BIM untuk mengakomodir perubahan dinamis pada ruang adat dan ruang modernisasi yang berkelanjutan di Desa Adat Penglipuran,” tandas pria yang juga Kepala Center for Digitalisation Construction and Smart Urban Management (DConS Center) ITN Malang ini.

Dikatakan Tomy, Desa Penglipuran sampai saat ini masih memegang adat dengan menerapkan tata ruang tradisional pada huniannya yang terbagi dalam tiga zona (Tri Mandala), yaitu madya, utama, dan nista.

Pembagian ini juga mencerminkan falsafah/konsep Tri Hita Karana yang mengandung filosofi keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan.

“Sebagai desa adat, Desa Penglipuran telah mendapat berbagai penghargaan. Seperti desa terbersih di dunia versi Unesco, desa wisata terbaik sedunia, juga Kalpataru. Daya tariknya diantaranya berada pada tata ruang Tri Mandala, upacara keagamaan, dan hutan bambu,” ujar Tomy.

Dijelaskan, tingginya arus wisatawan di Bali khususnya Desa Penglipuran lambat laun menimbulkan akulturasi budaya. Pengaruh budaya luar ini mengakibatkan perubahan gaya hidup maupun eksploitasi sumber daya alam.

Berita Terkait :  Dalam Tiga Tahun Wali Kota Eri Bangun 16 Rumah Pompa Baru

Desa Penglipuran pun sudah menerima modernisasi seperti adanya hotel, restoran, lapak penjual souvenir, serta adanya pertukaran budaya.

Namun, yang menjadi keprihatinan adalah adanya sebagian generasi muda sudah mengikuti budaya luar yang sedang trend.

“Nah, di sana untuk rumah harus mempertahankan bangunan adat. Minimal harus ada paon, sekenem, sanggah (bangunan untuk ritual keagamaan), dan angkul-angkul (pintu gerbang),” imbuhnya.

Dalam penelitiannya, Tomy melibatkan beberapa tahapan utama, yaitu identifikasi dan pengumpulan data, pengolahan data menggunakan teknik BIM dan model spasial, serta validasi hasil melalui analisis konservasi dan harmonisasi.

Dia menggunakan data drone tahun 2000, 2021, dan 2022 untuk melihat perubahan dan pemanfaatan ruang adat. Setiap tahapan penelitian dirancang untuk menghasilkan data yang dapat diintegrasikan ke dalam model Dynamic BIM. Sehingga memungkinkan pemantauan dan pengelolaan ruang adat yang dinamis dan berkelanjutan. [mut.dre]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img