Oleh:
Rachmat Caesar BS, Bhirawa
Staf Ahli Gubernur Bidang Kesejahteran Masyarakat dan Sumber Daya Manusia, Budi Raharjo, SE, MSi berharap kedepan Provinsi Jawa Timur bisa menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Untuk itu. Ia berupaya merancang inovasi berupa program aplikasi Core Path. Seperti apa aplikasi Core Path itu?
Dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul di era human capital dimana pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman seseorang dianggap sebagai aset berharga yang dapat meningkatkan nilai ekonomi, baik bagi individu maupun bagi organisasi.
Staf Ahli Gubernur Bidang Kesmas dan SDM, Budi Raharjo, SE, MSi menyampaikan program CORE Path yang merupakan singkatan dari Competency and Occupation Route to Employment.
“Jadi aplikasi tersebut dirancang sebagai pendekatan strategis yang menghubungkan jalur kompetensi dan okupasi secara terstruktur,” katanya.
Budi memaparkan tujuan program CORE Path untuk meningkatkan kesiapan, mobilitas, dan produktivitas tenaga kerja secara menyeluruh. “Tidak hanya fokus pada pelatihan, tetapi juga menyusun peta keterampilan berbasis sektor, ” latanya.
“Dengan pendekatan ini, CORE Path berusaha memastikan bahwa tenaga kerja Indonesia memiliki keterampilan yang dibutuhkan, bukan sekadar gelar pendidikan, ” kata Budi.
Budi juga mengatakan, kalau CORE Path menyasar beberapa tujuan utama yang sangat relevan untuk membangun sistem ketenagakerjaan yang adaptif.
Salah satunya menyusun kerangka keterampilan per sektor atau sectoral skills framework yang berbasis pada data pertumbuhan industri dan arah transformasi ekonomi.
Jalur pelatihan juga dibuat berbasis level kompetensi, KKNI-SKKNI (Kualifikasi Kerja Nasional Infonesia-Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dan KJBI (Kamus Jabatan Baru Indonesia).
Sehingga pelatihan menjadi lebih fleksibel, mudah dipahami dan bisa diakses oleh siapa saja, baik mereka yang baru masuk dunia kerja, sedang beralih profesi, maupun yang ingin meningkatkan keterampilan termasuk unit diklat diperusahaan.
Selain itu, CORE Path juga menekankan pentingnya kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, dan lembaga pendidikan vokasi sebagai fondasi keberhasilan program ini.
Kemitraan ini bukan hanya simbolis, tetapi harus diwujudkan dalam bentuk nyata seperti program pelatihan bersama, penyelarasan kurikulum, hingga penyediaan tempat magang yang relevan.
Tidak kalah penting, CORE Path mendorong perluasan akses terhadap sistem sertifikasi keterampilan dan pengakuan lintas sektor atau lintas negara, agar mobilitas tenaga kerja menjadi lebih terbuka.
Program CORE Path berisikan data jabatan, unit kompetensi berbasis data KKNI-SKKNI dan KJBI. Keunggulan program ini menyajikan penjelasan secara simple uraian jabatan dan syaratnya (pendidikan, ketrampilan, minat, bakat dan tempeteramen) dan jalur akses.
Pengembangan kompetensinya dapat dilakukan di Balai Latihan Kerja Pemerintah, Lembaga Pelatihan Swasta, Lembaga Sertifikasi Profesi atau Unit pendidikan SMK atau Perguruan Tinggi Vokasi.
Uniknya, program ini menyajikan informasi makro proyeksi kebutuhan jabatan, pasar kerja dan investasi yang berpotensi membuka lowongan jabatan tertentu.
Dengan menu “Search” masyarakat dan petugas admin dapat membantu memberikan informasi dan konsultasi. Sampai saat ini secara resmi Kemnaker RI mencatat ada 910 SKKNI yang aktif dan 34.341 unit kompetensi. Sedang di KBJI tercatat ada 2.138 informasi uraian jabatan
Tantangan Program Core Path
Budi juga menyampaikan tantangan Program CORE Path dimana terdapat perubahan dunia kerja, dan pekerjaan di masa depan akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari kemajuan teknologi, perubahan struktur demografi, hingga dinamika sosial-ekonomi global.
Tantangan pertama, robotik dan otomatisasi mengubah wajah sektor manufaktur dan pekerjaan yang bersifat repetitif. Hal ini mendorong kebutuhan besar terhadap reskilling tenaga kerja, agar mereka tidak tertinggal oleh mesin.
Tantangan kedua, transformasi dalam rantai pasok dan digitalisasi logistik mengubah sektor distribusi dan e-commerce, dengan mendorong munculnya jenis pekerjaan baru yang membutuhkan penguasaan teknologi dan pemahaman sistem platform.
Tantangan ketiga, pekerjaan di wilayah pedesaan mengalami transformasi. Masa depan pertanian yang modern, berbasis teknologi, dan berorientasi pada korporatisasi petani membuka peluang terciptanya pekerjaan layak di desa, asal dibarengi dengan peningkatan kapasitas.
Tantangan keempat, pekerjaan perawatan atau care workers tumbuh pesat karena perubahan demografi. Kebutuhan akan perawat, pengasuh anak, lansia, hingga tenaga layanan kesehatan meningkat signifikan, dan menjadi sektor masa depan yang tidak bisa diabaikan.
Tantangan kelima, transisi menuju energi terbarukan mendorong munculnya berbagai jenis pekerjaan hijau yang ramah lingkungan. Green jobs ini mencakup sektor energi, konstruksi berkelanjutan, hingga pengelolaan limbah.
Dan tantangan keenam , digitalisasi dan ekonomi gig, termasuk kerja lepas berbasis platform digital, menjadi tren baru yang membawa potensi sekaligus tantangan besar, terutama dalam hal perlindungan sosial bagi pekerja nonformal.
Solusi Jangka Panjang
Untuk bisa menjadikan CORE Path benar-benar efektif, perlu didorong sebagai bagian integral dari kebijakan nasional pembangunan SDM.
Pengintegrasiannya ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), strategi pendidikan vokasi, serta agenda transformasi ekonomi digital dan hijau menjadi keharusan.
Dukungan pendanaan pun harus dijamin, termasuk untuk pengembangan infrastruktur pelatihan yang adaptif dan unggul. Teknologi juga harus dimanfaatkan secara optimal untuk membangun sistem informasi pasar kerja yang mampu membaca kebutuhan industri secara real-time.
Di saat yang sama, pemerintah perlu memberikan insentif konkret kepada dunia usaha yang aktif terlibat dalam program pelatihan kerja. Tim koordinasi pendidikan/pelatiha vokasi di daerah( TKDV), harus diperkuat dan fokus agar kolaborasi dengan program CORE Path tidak hanya bersifat top-down, tetapi juga mampu menjawab kebutuhan lokal dan memperkuat ekonomi regional.
Dari sisi investasi, keberhasilan program pelatihan kerja yang disupport program CORE Path juga akan mendukung penurunan Incremental Capital Output Ratio (ICOR), karena ketersediaan tenaga kerja terampil akan membuat investasi lebih efisien dan berdampak langsung pada produktivitas.
Dalam jangka panjang, CORE Path dapat menjadi tulang punggung sistem pengembangan human capital Indonesia yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga inklusif dan berkelanjutan. [rac.gat]


