Pertambahan curah hujan yang makin deras, menyebabkan air sungai meluap. Persawahan yang baru saja disemai benih padi mulai menghijau, bisa terancam. Benih padi akan mati, gagal tumbuh. Gejala La-Nina telah menyebabkan banjir bandang merendam, dan tanah longsor. Belum genap sebulan musim hujan berjalan, tetapi dampak bencana hidrometeorologi membawa kepedihan. Sudah banyak korban jiwa. Padahal periode hujan masih tersisa 18 pekan lagi mengguyur seluruh daerah.
Gagal tumbuh tanaman padi, tidak boleh dianggap sepele, karena berkait bahan pangan utama, beras. Selama sebulan Desember 2024, ribuan hektar di sentra tanaman pangan, terendam banjir. Terutama di Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Bencana berupa banjir, dan tanah longsor tebing jalan, semakin sering terjadi. Pantai utara (Demak, Semarang, Pekalongan, dan Pati) selama ini sudah menjadi “langganan” banjir. Termasuk pantura di Jawa Timur (Lamongan, dan Gresik). Biasanya terjadi sampai bulan Pebruari – Maret.
Maka seluruhnya daerah wajib me-mitigasi La-Nina. Khususnya banjir di pantura, sangat lama surut. Karena elevasi daratan lebih rendah dibanding laut. Bahkan banyak tanggul sungai jebol, karena tidak mampu menahan arus deras air. Hujan lebat yang mengguyur, menyebabkan aliran sungai menjadi sangat deras. Serta menutup jalan (dan rel kereta-api), dan menutup jalan raya negara (dan jalan propinsi). Bagai mengubah peta. Sekaligus menyebabkan tersendatnya transportasi, dan distribusi.
La-Nina diprediksi akan terjadi hingga Maret atau April 2025. Fenomena ini akan menyebabkan peningkatan curah hujan hingga 20-40% di Indonesia. Berdasarkan analisis dinamika atmosfer dan lautan, BMKG memprediksi sebagian besar wilayah Indonesia pada 2025 akan mengalami curah hujan tahunan dalam kategori normal, dan tinggi (lebih dari 2500 milimeter sampai 5.000 milimeter per-tahun). Pada Januari 2025, terutama kawasan Kalimantan Timur, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Papua, wajib waspada.
Sebenarnya La-Nina juga membawa berkah, terutama pada kawasan persawahan tadah hujan. Seluruh sumur, dan setiap cekungan, bisa menyimpan air. Begitu pula setiap waduk, dan embung, akan penuh terisi air. Berbagai saluran irigasi bisa memberi air sebanyak yang diperlukan petani. Namun karena daya dukungan lingkungan yang makin susut, berbagai wadah air tidak mampu menampung air hujan. Meluap sampai jauh, masuk ke permukiman. Menggenangi rumah.
Di Jawa Timur, La-Nina sudah menampakkan hujan deras di beberapa daerah, menyebabkan banjir. Antaralain di Jombang, dan Mojokerto, karena empat sungai utama meluap. Padahal sungai utama (Kali Brantas) belum meluap. Di Jember, sungai di aliran air terjun 7 Bidadari meluap di tiga desa di kecamatan Sumberjambe. Belasan hektar sawah tertutup banjir bercampur lumpur. Menyebabkan trauma, karena mirip tragedi tahun baru 2006. Menyebabkan korban jiwa sebanyak 80 orang.
Aglomerasi Madiun (kabupaten Ngawi, Ponorogo, Pacitan dan Magetan), juga sudah banjir. Padahal murni hanya hujan. Sedangkan sungai Bengawan Solo, masih belum meluap. Tetapi sungai Bengawan Madiun (anak Bengawan Solo) sudah menumpahkan air. Menandakan daya dukung lingkungan makin menyusut. Sebagian persawahan (seluas 420-an hektar) terendam air. Harus ditanam ulang, dengan biaya ekstra sekitar Rp 5 juta per-hektar.
Tetapi tiada bencana datang tiba-tiba. UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, telah meng-amanat-kan mitigasi. Pada pasal 38 huruf a, diwajibkan adanya “identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana.” Penyebab banjir dan longsor, adalah rusaknya lingkungan bagian hulu. Sawah yang tergenang memerlukan tanam ulang. Sehingga mengancm ketersediaan pangan, karena panen raya mundur.
——— 000 ———