Lulus Cumlaude, Ajak ASN Muda Perkuat Jejaring, Berinovasi dan Melayani Masyarakat
Hari Kamis, 26 Juni 2025, tentu akan menjadi hari yang sangat spesial bagi birokrat satu ini. Bagaimana tidak, di hari yang bersamaan dengan hari ulang tahunnya tersebut, di hadapan penguji Ujian Disertasi Terbuka (UDT), disaksikan keluarga tercinta dan teman serta kolega dekatnya, Kepala Bagian Reformasi Birokrasi dan Akuntabilitas Kinerja Biro Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, Rachmad Wahyu Kurniawan berhasil mempertahankan Disertasinya dan dinyatakan lulus dengan predikat Cumlaude.
Oleh:
Wahyu Kuncoro, Wartawan Harian Bhirawa
Wajahnya sempat terlihat tegang, ketika Rektor Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya yang menjadi Ketua Penguji Ujian Disertasi terbuka Prof Dr Mulyanto Nugroho, MM.,CMA.,CPA didampingi penguji yang lain Dr Dra Ayun Maduwinarti, MP, Prof Dr V Rudy Handoko, MS, Dr Bambang Kusbandrijo, MS, Dr Endang Indartuti, Dr. IGN Anom Maruta, Prof Dr Teguh Priyo Sadono, Prof Dr IB Wirawan, Prof Dr Roesminingsih dan Dr Abdul Halik membacakan hasil keputusan.
Begitu disebutkan bahwa hasil UDT dinyatakan lulus dengan predikat Cumlaude, Wahyu turun dari mimbar dan melakukan sujud syukur atas hasil capaian UDTnya. Sang ayah tercinta Drs Sudjono, MM., tampak terlihat haru penuh bangga menyaksikan pencapaian putra kebanggaannya. Sementara sang istri Anita Nenci Lia, S.T., M.PSDM dan anak tercinta juga terlihat bahagia.
Disertasi berjudul Tata Kelola Kolaboratif Mal Pelayanan Publik dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Kota Surabaya berhasil dipertahankan Wahyu dengan sangat meyakinkan di hadapan para penguji. Beberapa dosen penguji juga memberikan pujian atas jawaban dan argumentasi yang diberikan.
“Jawaban yang diberikan meyakinkan, menunjukkan kalau yang bersangkutan menguasai materi disertasinya,” tutur salah seorang penguji Prof Dr Rudy Handoko. Menurut Prof Rudy yang juga adalah Kaprodi Program Doktor Ilmu Administrasi (DIA) Untag Surabaya, ujian akademisnya mungkin sudah selesai, namun ujian yang sesungguhnya adalah ketika kembali ke dunia birokrasi.
“Ujian sesungguhnya adalah apakah ide dan gagasan promovendus (Rachmad Wahyu Kurniawan, red) yang secara apik dituangkan dalam disertasi ini bisa diimplementasikan dan bermanfaat bagi masyarakat atau tidak,” kata Prof Rudy mengingatkan.
Bertindak sebagai Penguji Penanya eksternal adalah Dr. IG. NG. Indra S. Ranuh (Tenaga Ahli Ketua DPRD Jatim) Dr Muhammad Rizki, (Kabag Hukum Biro Hukum Setda Provinsi Jatim; Dr. Ikhsan. (Kepala Inspektorat Kota Surabaya).
Saat ngobrol santai seusai acara, mas Wahyu panggilan akrab Rachmad Wahyu Kurniawan, mengungkapkan sesungguhnya tidak ada yang istimewa ketika dua tahun sembilan bulan lalu memutuskan untuk melanjutkan studi di Program Doktoral (S3) Ilmu Administrasi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Keputusan untuk menempuh studi tersebut lebih merupakan keinginan untuk terus belajar serta menyalurkan energi positif.
“Energi dan waktu yang ada dilampiaskan untuk belajar di kampus. Alhamdulillah banyak hal-hal baru yang saya temukan di kampus, dalam rangka menambah ilmu, jejaring serta untuk menunjang tugas dan karier,” kata Wahyu sambil tersenyum.
Menurut Wahyu, sungguh tidak mudah untuk membagi waktu antara menyelesaikan tugas pekerjaan dinas dengan kegiatan kuliah S3 yang juga membutuhkan energi dan pikiran yang besar juga.
“Saya menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada para pimpinan kedinasan yang mendukung saya dalam menyelesaikan pendidikan ini dan saya selalu berupaya memastikan pekerjaan kantor tidak terganggu dengan aktivitas perkuliahan S3,” jelasnya.
Agar semuanya berjalan baik, lancar dan memberikan dampak serta bermanfaat, jelas Wahyu saat mengerjakan penelitian ataupun bimbingan Disertasi, dilakukan sepulang kerja atau pas hari Sabtu atau Minggu.
“Bersyukur juga para dosen S3 di kampus Untag ini sangat membantu dalam proses bimbingan dan konsultasi,” jelas Wahyu.
Menurut alumnus Magister Pemerintahan dan Politik Lokal Universitas Airlangga tahun 2010, dan penerima penghargaan dari Presiden RI Satyalancana Karya Satya X Tahun 2015 ini, melakukan aktivitas dan pekerjaan apapun tidak boleh setengah hati, namun harus dilakukan dengan sepenuh hati. Termasuk misalnya saat menyusun Disertasi, Wahyu juga mengerjakan dengan sungguh-sungguh.
Apalagi penelitian yang dipilihnya terkait dengan pelayanan publik dan reformasi birokrasi, dan program studi yang saya ambil juga tidak jauh dari amanah tugas saat ini, serta dapat menunjang pelaksanaan tugas sehari-hari.
“Berdasarkan pengalaman selama bekerja dan berkarier selama 22 tahun, saya banyak belajar tentang pelayanan publik dan reformasi birokrasi. Sehingga bisa menikmati betul ketika melakukan penelitian,” jelas Wahyu.
Menurutnya saat ini ASN memegang kunci bagaimana upaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik, sehingga Wahyu berpesan terhadap ASN muda untuk teruslah berkarya, berinovasi, mampu beradaptasi dengan dinamika zaman, menguatkan jejaring dan pengalaman untuk terus belajar dalam bidang apapun, demi dapat menghadirkan birokrasi yang efisien, efektif, responsif, berdampak dan berorientasi pada kepentingan publik.
Saat mengerjakan Disertasi, Wahyu melepas semua seragam kedinasan dan atribut jabatan yang melekat yang mungkin sebenarnya akan membantu saat penelitian.
“Akibatnya, saya juga harus rela diperlakukan layaknya mahasiswa yang sedang penelitian yang kadang menampung saran masukan dari responden yang ditemui saat penelitian. Bisa saja saat penelitian pakai seragam dinas, pasti mereka akan sungkan. Namun itu tidak saya lakukan karena ingin semua berjalan alamiah saja,” tutur Wahyu mengisahkan suka dukanya mengerjakan Disertasi.
Pemilihan judul Disertasi tersebut sejalan dengan dengan kompetensi dan pengalamannya di bidang pelayanan publik yang sangat luas. Selain puluhan tahun concern di bidang pelayanan publik dan reformasi birokrasi, Wahyu juga memiliki pengalaman berupa pendidikan, pelatihan dan studi tiru ke berbagai negara tentang pelayanan publik sudah dilakukan.
Diantaranya misalnya Diklat Pelayanan Publik dan Administrasi Pemerintahan, Civil Service College Singapura (2009); Study Tiru Program Pemberdayaan dan Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam Pembangunan, Australia Barat (2014), United Nations Public Service Forum/ UNPSF) Azerbaijan (2019); Study Tiru Inovasi Pelayanan Publik di Public Service Hall. Tbilisi, Georgia (2019); Mengikuti The National Contact Point Meeting of The Observatory Public Sector Innovation/ OPSI. Paris, Perancis (2019); Peninjauan Pelayanan Kekonsuleran di KJRI Hamburg, Jerman (2019); Benchmarking pada National Centre of Public Sector Innovation, Copenhagen, Denmark (2019) dan sebagainya.
Ujian Disertasi Terbuka (UDT) yang dilaksanakan pada hari Kamis, 26 Juni 2025, tidak lain juga ternyata merupakan momentum istimewa yakni merupakan hari ulang tahun Wahyu.
“Pemilihan tanggal 26 Juni ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta, dan penghormatan pada hari kelahiran saya sekaligus mengingatkan perjuangan seorang ibu ketika melahirkan saya ke dunia,” tutur Wahyu dengan mata menerawang. Menurut sosok ASN yang ramah dan rendah hati, kedua orangtuanya bisa diibaratkan adalah Alquran hidup baginya.
“Beliau berdua (ayah dan ibu, red) adalah yang menjadi penuntun dan pedoman sehingga saya bisa seperti hari ini. Dan pemilihan tanggal ini merupakan bentuk penghormatan atas perjuangan mereka berdua sehingga saya dilahirkan di dunia ini,” kata Wahyu.
Dan tidak lupa, Wahyu juga mengucapkan terima kasih tidak hanya kepada pimpinan kedinasan, tetapi juga kepada rekan-rekan tim di Biro Organisasi maupun teman teman tim di Pemkot Surabaya yang memberikan support dan dukungan nya dalam menyelesaikan disertasi tersebut. [why.gat]


