25 C
Sidoarjo
Wednesday, March 19, 2025
spot_img

Puasaku, Puasamu, Puasa Kita Semua


Oleh:
Noor Shodiq Askandar
Wakil Ketua PWNU Jawa Timur dan Dosen Unisma Malang

Hari-hari ummat Islam sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan selama satu bulan penuh, sebagaimana diwajibkan atas ummat manusia sebelumnya (Al-Qur’an). Sejak fajar terbit sampai dengan terbenamnya matahari, kita tidak diperbolehkan makan dan minum apapun, kecuali bagi mereka yang udzur syar’i. Bahkan kita juga dianjurkan untuk meningkatkan intensitas dalam berperilaku baik, dan mengurangi segala hal yang menyebabkan penyakit hati, seperti iri, dengki, hasud, dan sejenisnya.

Semua ini diajarkan oleh Islam, agar puasa kita bisa paripurna. Tidak hanya fisik yang puasa, akan tetapi non fisik juga berpuasa dari hal hal yang buruk. Jika ini yang terjadi, janji Allah swt sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw : barang siapa yang berpuasa dengan penuh keimanan dan keihlasan, maka akan diampuni dosanya yang telah lampau oleh Allah swt (al hadits)

Secara sederhana, sebetulnya puasa kita ini dapat dikelompokkan pada beberapa katagori. Pertama, puasa dimana ummat manusia hanya memperoleh haus dan lapar. Kenapa demikian ? karena puasa hanya dipandang sebagai ritual pemenuhan kewajiban, akan tetapi tidak dilakukan dengan keimanan dan keihlasan. Fisik tetap menahan dari makan dan minum, akan tetapi maksiat dan hal hal yang dapat mengurangi kesempurnaan puasa tetap dijalankan. Dosa dosa kecil tetap dikumpulkan dalam perjalanan kehidupan sehari hari, seperti ghibah, hasud, zina mata, dan sejenisnya

Berita Terkait :  ODGJ di Pilkada Serentak 2024, Menerobos Batas Kemanusiaan, Setara dalam Suara

Katagori kedua, menjalankan ibadah puasa namun sejatinya masih dengan keterpaksaan. Yang dibicarakan, senang dengan datangnya bulan ramadhan, akan tetapi dalam hatinya masih terdapat keluhan karena berbagai larangan bagi orang yang berpuasa. Akibatnya selama menjalankan puasa, muncul banyak keluhan, seperti mengeluh karena lapar, haus, dan lain sebagainya, serta selalu berharap agar rasa tidak nyaman ini karena kondisi puasa ini segera berakhir. Perilaku lainnya yang sering muncul, ramadhan masih lama, akan tetapi sudah mulai melakukan persiapan datangnya hari raya idul fitri. Kumpulkan roti, beli baju baru, merenovasi rumah, dan sejenisnya, kemudian menjadi pemandangan yang banyak kita dapatkan dalam kehidupan di masyarakat. Tanpa disadari, puasa yang dijalankan, sebetulnya puasa yang dijalankan belum tentu memenuhi beberapa kriteria yang baik.

Ketiga, orang yang berpuasa betul betul dengan keimanan dan keihlasan. Bahagia lahir batin dengan datangnya bulan ramadhan, serta menjalankan ibadah puasa dengan semangat menjalankan perintah Allah swt, disertai upaya yang sungguh sungguh untuk menghindari segala larangan dan hal hal lain yang mengurangi kesempurnaan dalam berpuasa. Bisa jadi, model berpuasa seperti ini yang nantinya selama sebulan berpuasa betul betul mendapatkan banyak rahmad dari Allah swt, mendapatkan ampunan, dan kemudian dibebaskan dari panasnya api neraka.

Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah saw tentang tiga tahapan dalam berpuasa yang dibagi per sepuluh hari. Sepuluh hari pertama puasa, adalah hari hari yang penuh dengan rahmad Allah swt. Sepuluh hari kedua, Allah swt berjanji untuk memberikan ampunan atas kesalahan manusia yang berpuasa dan mau bertaubat. Kemudian, sepuluh hari terahir, Allah swt berjanji untuk membebaskan ummat manusia yang berpuasa dari panasnya api neraka.

Berita Terkait :  Dinsos PPPA Bersama Pemkot Resmikan Implementasi KRPPA dan Relawan SAPA

Tiga katagori dalam berpuasa ini adalah cerminan umum yang sering muncul. Yang tahu puasa kita itu seperti apa, tentu Allah swt dan bisa jadi hati kita yang merasa dalam katagori yang mana. Dengan kontemplasi dan introspeksi diri yang tulus, hati kecil kita pasti merasakan puasa kita ini dalam katagori yang mana. Apakah katagori pertama, kedua, atau yang ketiga. Pada akhirnya, semua orang tentu berharap puasa yang dijalankan bisa sesempurna mungkin, sehingga mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allah swt. Wallohu a’lam bishowab. [*]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru