Oleh:
Fatah Yasin
Wakil Ketua DP MUI Kabupaten Situbondo
Di antara hal yang mengurangi pahala puasa, adalah berbohong, ghibah, memfitnah dan memandang sesuatu yang memikat maksiat dengan syahwat. Warning/peringatan salah satu hadits, “berapa banyak orang berpuasa tapi tidak mendapatkan hikmah apapun dari puasanya, kecuali haus dan lapar saja.”
Hujjatul Islam Imam Al Ghazali menyebutkan bahwa ada tiga klasifikasi atau tiga tingkatan puasa sebagai parameter untuk mengetahui standarisasi berpuasa. Dari puasa keumuman, puasanya orang khusus hingga puasanya orang super khusus.
Standarisasi ini amatlah penting untuk mengetahui sekaligus sebagai tarbiyah ‘intropeksi’ puasa kita ini masuk standar puasa kelas yang manakah? Masih puasanya orang awamkah, yang hanya menjalankan puasa gugur kewajiban saja, yakni menahan makan dan minum serta hubungan suami isteri mulai imsak sampai maghrib. Atau atas perjuangan keras karena sangat paham akan rambu_rambu syariat “hal mana yang membatalkan puasa, dan hal mana yang mengurangi substansi pahala.puasa.” Sehingga praktek puasa kita benar-benar memberikan nilai perubahan fundamental menuju kefitraan hamba yang takwa.
Puasa Ramadan kali ini sangat terhampar berbagai godaan dan ujian “problematika” yang lebih luas dan kompleks. Mulai problem.rumah tangga karena tak sedikit tulang punggung keluarga yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pemerintah sangat diuji dengan adanya perubahan arah kebijakan Pemerintah mulai.pusat hingga daerah dari ekses Efisiensi Anggaran satu sisi. Disisi lain, Pemerintah sedang diuji penegakan supremasi hukum, akibat indek KORUPSI semakin menyebar ke beberapa jantung pertahanan pemerintah. Akibatnya Rakyat kembali menjadi pertaruhan eksis dan tidaknya, mendapatkan berkah ataiu ekses berlipatnya hutang negara yang bermuara pada kesengsaraan rakyat.
Ekses lokal, transisi pemerintahan melahirkan gaya baru style kepemimpinan yang karena beban janji_janji politiknya, berimplikasi terlambatnya realisasi penyerapan anggaran. Apakah ekstra kehati_hatiannya, kaji ulang kebijakan Gubernur/Bupati/Walikota sebelumnya. Belum waktu penyesuaian atau waktu adaptasi.dengan lingkungan barunya. Hal ini, bagian dari instrumen pemerintahan yang saling berdampak. Paling tidak dampak positifnya, bagaima reaslisai penyerapan anggaran APBD itu benar_benar tepat waktu dan sasaran.
Puasa adalah latihan kesabaran, maka dengan tadarrus Alquran, dan tadarrus perkembangan situasi dan kondisi kekinian, semakin membuka wawasan kearifan dan langkah artikulatif pesan kesucian puasa, tetap terjalin harmonisasi keadaan, khususnya stabilitas politik.
Indikator konstalasi politik yang makin gaduh karena mencuatnya mega kasus korupsi, politik hukum, dan rada_rada kurang sedap adanya isu kriminalisasi hukum. Dengan spirit puasa, pihak_pihak yang terkait, khususnya Aparat Penegak Hukum (APH) dapat menjalankan tugas dan kewenangannnya secara amanah, jujur, dan transpran. Jangan korbankan harga diri, kesucian nurani serta sumpah janji/jabatan pengabdian kepada bangsa dan negara, tertukar rapi karena ambisi jabatan, gila kekayaan, serta keuntungan pribadi dan kroninya.
Puasa juga perisai, yang dapat mengembalikan kesucian manusia, sebagai hamba kepada jalur tatanan kehidupan yang berbudaya serta berakhlakul karimah. Karena dengan penguatan iman yang berkolaborasi dengan norma berbangsa_bernegara, kesucian hati akan membebaskan dirinya dari berbagai penyakit hati dan perbuatan yang kotraproduktif. Puasa akan melahirkan pribadi_pribadi yang jujur dan amanah, sehingga problematika kehidupan dapat terurai dengan baik, serta meningkatkan kualitas kinerja yang lebih produktif ke.depan. [*]