Surabaya, Bhirawa
Pemerintah baru saja meluncurkan Danantara University, universitas korporat pertama di Indonesia yang digadang-gadang menjadi lompatan besar dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) unggul berkelas dunia.
Dalam peluncuran ini, pemerintah menggandeng sembilan universitas ternama dunia. Munculnya Danantara justru memantik diskusi hangat di kalangan akademisi, termasuk dari kampus-kampus swasta.
Salah satunya datang dari Wakil Rektor II Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Supangat, Ph.D., ITIL., COBIT., CSA., CISA, yang memberikan pandangan kritisnya “Bagi kami di PTS, ini adalah alarm positif. Bukan ancaman, tapi pemicu perubahan,” tegasnya, Rabu (27/8).
Menurut Supangat, keberadaan universitas berstandar global di dalam negeri dapat menjadi tolok ukur baru yang mendorong seluruh ekosistem pendidikan tinggi baik negeri maupun swasta untuk berbenah.
Berdasarkan data dari Kemendikdasmen, lebih dari 4.000 perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia selama ini berkontribusi besar dalam mencetak lebih dari 5 juta mahasiswa. Meski sering menghadapi keterbatasan, seperti pendanaan riset dan fasilitas, Supangat menilai PTS justru punya kekuatan khas. “Kami punya kedekatan dengan komunitas lokal, fleksibilitas kurikulum, dan kemampuan adaptasi tinggi terhadap perubahan teknologi,” ungkapnya.
Karakter inilah yang membuat PTS tetap relevan dan punya ruang untuk bersaing di tengah kehadiran universitas korporat seperti Danantara.
Lebih lanjut, Untag Surabaya sendiri telah lebih dulu bergerak menyesuaikan diri dengan tuntutan global. Mulai dari transformasi digital dalam layanan akademik, penguatan riset terapan bersama industri, hingga peningkatan kompetensi mahasiswa di bidang teknologi informasi.
Beberapa program studi, tambah Supangat telah meraih akreditasi unggul, sementara prestasi mahasiswa dan dosen terus mencatatkan hasil positif di tingkat nasional dan internasional. “Bagi kami, kualitas bukan hanya soal kemitraan internasional, tapi juga dampak riil bagi masyarakat dan industri,” kata Supangat.
Meski menyambut baik hadirnya Danantara University, Supangat berharap pemerintah tetap memperhatikan kebutuhan dan potensi PTS di seluruh Indonesia.
Ia mendorong adanya insentif riset, pendanaan inovasi, serta akses jejaring global yang merata, agar tidak hanya satu entitas pendidikan yang menikmati kemajuan. “Kalau kita ingin SDM Indonesia bersaing di dunia, maka semua komponen pendidikan tinggi harus bergerak bersama. Bukan saling meniadakan, tapi saling melengkapi,” ujarnya.
Supangat meyakini bahwa masa depan pendidikan tinggi Indonesia tidak akan ditentukan oleh satu institusi saja. Tetapi oleh sinergi dan kolaborasi semua pihak.
Ia menilai jika Danantara University bisa saja menjadi pelopor, tetapi PTS akan menjadi penggerak yang menjaga keberagaman, inovasi, dan jati diri bangsa di tengah arus globalisasi. “Bagi kami, setiap mahasiswa adalah harapan, dan setiap lulusan adalah bukti bahwa PTS mampu melahirkan pemimpin masa depan yang setara di panggung dunia,” pungkas dia. [ina.wwn]


