Sidoarjo, Bhirawa
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK Negeri se Jawa Timur belum menerima adanya laporan pembatalan kegiatan program praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex).
Hingga hari ini, menurut Ketua MKKS SMK Negeri se Jatim, Agustina, tidak ada SMK negeri yang melaporkan pemberhentian program PKL di PT Sritex. “Tidak ada laporan kesaya. Belum ada informasi (PKL) diberhentikan. Coba nanti saya kroscek ya,” ujarnya dihubungi Harian Bhirawa, Senin (3/3).
Pemberhentian program PKL di PT Sritex ataupun Industri, menurut Agustina bukanlah hal yang mendesak atau masalah yang besar. Sebab, sebetulnya sekolah bisa mengantisipasinya dengan melanjutkan program PKL di Industri lain. Dengan catatan, industri yang ditempati PKL sebelumnya harus mengeluarkan nilai siswa.
“Kalau magang bisa diantisipasi. Selama ini tidak ada masalah dan bukan hal yang serius. Mungkin hal ini yang mendasari belum adanya laporan yang masuk di kami,” tambah dia.
Misalnya saja, contoh Kepala SMKN 1 Buduran Sidoarjo ini, untuk program PKL di sekolahnya lamanya magang bervariatif. Ada yang 3 bulan hingga 6 bulan program. Untuk jurusan Tata Busana murid lebih banyak memilih di industri garmen wilayah Surabaya dan Sidoarjo. Jika ada yang memilih peminatan wirausaha, murid menjalankan program PKL di desainer ternama.
“Kalau di PT Sritex sejauh ini tidak ada ya. Karena memang di Sidoarjo Surabaya ini kan padat Industri. Kedua, memang jika (program PKL) terlalu jauh berat dibiaya dan persetujuan orang tua,” terangnya.
Diakui Agustina, tepat setahun lalu pihaknya melakukan kunjungan Industri di PT Sritex untuk penjajakan kerjasama yang diajukan Industri. Sayangnya, pihaknya tidak bisa melanjutkan kerjasama karena berbagai faktor. Salah satunya soal isu pabrik yang dilanda pailit sejak setahun lalu.
Menyoal PKL, Agustina menyebut pelaksanaan tersebut tergantung keadaan Industri. Mau menerima magang berapa lama. Selain di Industri program PKL juga bisa dilakukan di Teaching Factory yang dimiliki sekolah. Namun, dengan catatan TeFa harus sesuai dengan standart Industri.
“Tapi PKL ini kan kesempatan bagi siswa aktualisasi diri. Menunjukkan kompetensinya dan membuka jejering kerja. Terutama di Industri besar ini kesempatan yang bagus bagi mereka agar setelah lulus bisa langsung direkrut,” jabarnya.
Pada pelaksanaan PKL sendiri, Agustin sapaanya mencontohkan proses pemilihan tempat PKL dilakukan oleh sekolah dengan menyiapkan berbagai industri. Kemudian murid akan memilih industri mana yang akan dijadikan tempat PKL. Setelah itu, mereka akan tes di tempat magang. Setelah lolos diuji oleh HRD Industri terkait.
“Kalau di kami program PKL selalu kita evaluasi tempat magangnya (industri). Jika lebih representatif dan memberikan pengalaman kerja bagi anak dan lebih menguntungkan bagi masa depan mereka ini akan kita teruskan. Sebab pemilihan Industri di sekolah kami lebih selektif,” pungkasnya.
Sebelumnya, imbas dari ditutupnya PT Sritex pada Sabtu (1/3) lalu, terdapat 17 anak dari jurusan tata busana di SMK Negeri 2 Tuban dipulangkan. Sejak awal Januari 2025 mereka telah menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Sritex, yang terletak di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Karena perusahaan telah dinyatakan pailit, maka kegiatan PKL para siswa tidak dilanjutkan. Belasan pelajar di pulangkan usai ada surat pemberitahuan dari Sritex tentang pelaksanaan PKL SMK Negeri 2 Tuban di Sritex yang akan berakhir pada tanggal 26 Februari 2025. Karena terdapat keputusan bahwa perusahaan akan berhenti beroperasi pada tanggal 28 Februari 2025.
Dengan kondisi tersebut, pihak sekolah kemudian mencari opsi perusahaan lain yang berasa di wilayah Gresik dan Lamongan untuk digunakan para muridnya untuk meneruskan kegiatan PKL. [ina.wwn]