Tulungagung, Bhirawa.
Program tukar tabung gas elpiji 3 kg atau tabung melon dengan tabung gas elpiji 5,5 kg untuk ASN di lingkup Pemkab Tulungagung kini sepi peminat. Meski program tersebut tetap berlaku, tetapi pada tahun 2024 ini hampir tidak ada ASN yang melakukan penukaran.
“Pada tahun 2023 masih relatif banyak ASN yang menukarkan tabung gas 3 kg-nya. Tetapi di tahun 2024 ini sepertinya sudah hampir tidak ada yang melakukan penukaran di Bagian Perekonomian dan Disperindag,” ujar Kepala Bagian Perekonomian dan SDA Setda Kabupaten Tulungagung, Arif Effendi, Senin (30/9).
Diakui dia, sejak tahun 2023 lalu, usai terbitnya surat imbauan larangan pemakaian gas elpiji melon bagi ASN, Bagian Perekonomian dan Disperindag Kabupaten Tulungagung menjadi tempat penukaran gas elpiji melon dengan tabung gas elpiji 5,5 kg. Saat itu, di setiap OPD lingkup Pemkab Tulungagung ada sekitar lima sampai 10 ASN yang melakukan penukaran.
“Kalau sekarang hampir tidak ada yang melakukan penukaran di Kantor Bagian Perekonomian atau Disperindag mungkin saja ada yang menukar di agen atau pangkalan. Kami belum tahu. Karena memang juga tidak ada laporan tentang itu,” paparnya.
Arif Effendi menyebut sepinya minat ASN menukar tabung gas elpiji melon dengan tabung gas elpiji 5,5 kg dimungkinkan karena disparitas harga keduanya yang jauh. Sehingga ASN masih menggunakan gas elpiji melon.
Ketika ditanya tentang kemungkinan regulasi pelarangan pemakaian gas elpiji melon tidak lagi sebagai imbuan tetapi menjadi kewajiban bagi ASN, Arif Effendi menyatakan hal itu akan berhubungan dengan reward and punishment pada ASN. “Selama ini kan juga nggak ada reward. Cuma kebijakan fasilitasi penukaran tabung gas elpiji. Juga terkait punishment mengaitkan aturannya kemana. Mana yang dilanggar ASN kalau memang membeli elpiji melon. Tetapi kami akan terus koordinasikan dengan provinsi dan pusat terkait hal ini,” paparnya lagi.
Sedang kemungkinan ada korelasi kelangkaan gas elpiji melon yang masih terjadi di Tulungagung dengan pemakaian gas elpiji melon oleh ASN, mantan Camat Campurdarat ini menegaskan tidak ada. Kelangkaan gas elpiji melon di bulan Juli sampai September saat ini disebabkan adanya perayaan rangkaian HUT Kemerdekaan RI.
“Rangkaian perayaan HUT RI yang berupa bazar dan karnaval melibatkan pedagang kaki lima yang notabene menggunakan gas elpiji melon, sehingga pemakaian elpiji melon meningkat. Data yang kami dapat setiap bula rata-rata pemakaian gas elpiji melon 3.500 metrik ton, tetapi pada bulan Juli dan Agustus naik menjadi 3.700 metrik ton. Kami perkirakan mulai bulan Oktober ini sudah akan normal lagi,” pungkasnya.[wed.ca]