Nurhadi Hanuri, Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo saat ditemui di kantornya, Selasa (29/10)
Ponorogo, Bhirawa
Kabupaten Ponorogo ternyata menjadi salah satu kantong yang melahirkan guru penggerak di Jatim. Ini membuktikan menguatnya layanan sektor pendidikan yang merupakan salah satu komponen kebutuhan pembangunan Pemkab Ponorogo.
Banyak upaya dilakukan Pemkab Ponorogo melalui Dinas Pendidikan (Dindik) Ponorogo untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan, salah satunya melalui Program Guru Penggerak. Suksesnya program itu merupakan wujud komitmen Dindik pada pengembangan kompetensi guru yang akan mendukung suksesnya pembangunan pendidikan.
Program guru penggerak bertujuan untuk mengembangkan kompetensi guru agar mampu mendorong peningkatan layanan pembelajaran yang akhirnya bisa meningkatkan kemampuan sumber daya manusia peserta didik sesuai dengan Kurikulum Merdeka serta tuntutan dan tujuan pendidikan.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik) Ponorogo, Nurhadi Hanuri mengatakan bahwa pihaknya aktif mendorong dan memotivasi para guru agar mengikuti seleksi program guru penggerak. Hasilnya, ratusan guru penggerak telah berhasil dikukuhkan.
“Di Ponorogo ada 421 guru penggerak, meliputi guru TK, SD, dan SMP. Semangat para guru dalam berproses mengikuti seleksi untuk menjadi guru penggerak di Ponorogo sangatlah luar biasa. Untuk menjadi guru penggerak itu tidak mudah, harus melalui proses dan seleksi yang ketat,” katanya ketika ditemui di kantor, Selasa (29/10).
Guru penggerak menjadi lebih profesional dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik dan guru penggerak lebih baik dalam penyiapan model – model pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif bagi peserta didik. Ini karena mereka telah mendapatkan pelatihan selama 6 sampai dengan 9 bulan.
“Guru penggerak nanti akan kita dorong untuk mengimbaskan ilmu yang didapat kepada guru yang lain sehingga terjadi pemerataan kualitas dan kompetensi guru di Ponorogo. Selain itu para guru penggerak bisa dijadikan guru model dalam melaksanakan kegiatan komunitas belajar,” terang Kadindik.
Guru penggerak akan menjadi contoh bagi guru lain dalam menyiapkan, merancang pembelajaran, menyiapkan bahan ajar, metode, dan model pembelajaran yang berdiferensiasi. Yang artinya mampu menjadikan peserta didik memiliki karakter Pelajar Pancasila yang aktif, kritis, kreatif, dan inovatif, serta sesuai dengan karakter peseta didik.
Selain guru penggerak, di Ponorogo juga ada sekolah penggerak. Predikat sekolah penggerak ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas manajemen sekolah. Harapannya ini bisa ditularkan ke sekolah yang lain sehingga termotivasi untuk membangun dan mengembangkan sekolah yang ada di Ponorogo menjadi lebih baik dan berkualitas.
“Ada 29 sekolah penggerak di Ponorogo. Ini penting karena kualitas manajemen sekolah yang baik tentu berimbas pada mutu layanan pendidikan. Harapan kami kualitas manajemen ini bisa ditularkan ke sekolah – sekolah lain,” ungkap Nurhadi Hanuri.
Ketika digelar Panen Hasil Karya Calon Guru Penggerak di SMPN 1 Ponorogo pada 28 April 2024 yang lalu, stan peserta terisi berbagai karya media pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Mulai dari kerajinan tangan berbahan daur ulang hingga media belajar berbasis teknologi digital reality (VR). (yan.hel)