27 C
Sidoarjo
Wednesday, December 17, 2025
spot_img

Pijar-BKKBN Ajak Siswa SMAN 19 Hindari Menjadi Janda Usia Sekolah


Surabaya, Bhirawa
Suasana Aula SMAN 19 Surabaya, Senin pagi (10/11), berbeda dari biasanya. Ratusan siswa tampak antusias menyimak paparan para narasumber yang berbicara tentang isu yang begitu dekat dengan kehidupan remaja pernikahan dini dalam sosialisasi ‘Stop Pernikahan Dini agar Tidak Menjadi JUS (Janda Usia Sekolah)’. Kegiatan ini tak hanya sekadar sosialisasi tetapi gerakan moral yang menggugah kesadaran generasi muda untuk lebih mencintai masa depannya.

Sosialisasi ini digagas Pokja Instan Jurnalistik Keluarga Berencana (PIJAR) berkolaborasi dengan Kemendukbangga/BKKBN Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, DP3APPKB Kota Surabaya, dan SMAN 19 Surabaya. Hadir Plh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Sukamto SE MSi, Kepala SMAN 19 Surabaya, Agustina Pertiwiningrum SPd MM, serta narasumber inspiratif seperti Dr Lia Istifhama, Soffy Balgies MPsi, Psikolog, Astri Kurniasari STr Keb dan Akbar Maulida Arissadewa SKed.

Menurut Sukamto, remaja merupakan aset penting bangsa, calon ayah dan ibu masa depan yang perlu disiapkan dengan baik. Maka yang terpentingnya ada tiga hal yang harus dihindari generasi muda: pernikahan dini, Penyalahgunaan Narkoba dan hubungan pranikah tanpa pengetahuan kesehatan reproduksi yang benar.

“Masih banyak kasus pernikahan dini di beberapa daerah Jawa Timur. Dampaknya bukan hanya pada kesiapan mental dan ekonomi, tetapi juga berpotensi melahirkan anak-anak stunting. Itulah sebabnya, pemerintah mendorong agar usia ideal menikah 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki dapat benar-benar dipahami para remaja,” jelas Sukamto.

Berita Terkait :  Kadindik Ingatkan Jangan Sampai Ada Bullying di MPLS

Sukamto menjelaskan, gerakan ini harus terus berlanjut hingga ke tingkat SMP dan pondok pesantren, dengan dukungan media dan komunitas pendidikan. ”Kami berharap kolaborasi seperti ini menjadi langkah kecil menuju zero pernikahan usia dini di Jawa Timur,” ujarnya penuh harap.

Sementara itu, Agustina Pertiwiningrum, Kepala SMAN 19 Surabaya, menyampaikan rasa terima kasih atas terselenggaranya kegiatan ini di sekolah yang dipimpinnya. Baginya, edukasi seperti ini sangat penting untuk membentengi siswa dari keputusan-keputusan yang bisa merugikan masa depan mereka.

“Program ini sangat membantu sekolah. Anak-anak perlu tahu risiko dan dampak dari pernikahan dini. Kami berharap mereka bisa fokus pada pendidikan dan menggapai cita-cita sebelum memikirkan pernikahan,” ujarnya.

Agustina juga menjelaskan, di SMAN 19 Surabaya telah terbentuk Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) dan PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja), yang menjadi ruang aman bagi siswa untuk berbagi cerita dan mendapat pendampingan.

“Melalui SSK dan PIK-R, kami membentuk konselor sebaya yang siap mendengarkan curhatan teman-temannya. Sekolah harus menjadi tempat ternyaman bagi anak-anak, tempat mereka tumbuh tanpa takut dihakimi,” tambahnya penuh empati.

Ketua Pokja PIJAR, Tunggal Teja Asmara menegaskan, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian jurnalis terhadap masa depan generasi muda. ”Kami ingin menyampaikan pesan moral bahwa pernikahan dini bukan solusi, melainkan awal dari banyak masalah. Melalui edukasi ini, kami ingin membangun kesadaran, memperkuat karakter, dan menumbuhkan semangat generasi muda untuk merencanakan masa depan dengan matang,” ujarnya.

Berita Terkait :  Jaga Keamanan Siber, Puluhan Mahasiswa Poltekad Belajar Forensik Digital

Teja Asmara berharap, sinergi antara jurnalis, pemerintah, dan sekolah terus berlanjut. Kegiatan ini awal dari gerakan berkelanjutan. ”Semoga dari SMAN 19 Surabaya, pesan ini menyebar ke sekolah-sekolah lain di seluruh Jawa Timur,” tegasnya. [fen.wwn]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru