Kab. Probolinggo, Bhirawa.
Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Kabupaten Probolinggo bersama Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Probolinggo memberikan pelatihan tata boga bagi penyandang disabilitas berupa pelatihan pengolahan daun kelor menjadi tepung dan sirup, Sabtu (2/11). Diikuti oleh 27 orang peserta yang berasal dari 3 (tiga) organisasi penyandang disabilitas. Yakni tunanetra (Pertuni Kabupaten dan Kota Probolinggo), tunadaksa (PDKP) serta tunarungu (Gerkatin Kabupaten dan Kota Probolinggo).
Ketua DPC Pertuni Kabupaten Probolinggo Moh. Ansori mengatakan pelatihan tata boga bagi penyandang disabilitas ini merupakan rangkaian dari kegiatan-kegiatan yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Probolinggo, mereka diajarkan cara pengolahan daun kelor menjadi tepung dan sirup.
“Kami diajari bagaimana daun kelor ini bisa dijadikan tepung. Mulai daun kelor yang hasilnya dipetik dan dijemur sampai kering. Setelah kering kemudian diblender kurang lebih 2-3 blenderan sehingga menjadi tepung yang sangat halus. Tepung ini nantinya bisa dijadikan campuran seperti pembuatan brownies, coklat dan sebagainya. Kami juga diajari untuk membuat sirup dengan bahan dasar daun kelor,” katanya.
Selain itu, ada 6 (enam) orang dari Mitra Bhakti yang selama ini membantu kegiatan dan 1 (satu) orang Juru Bahasa Isyarat (JBI) yang memberikan penjelasan atau membantu penjelasannya dari instruktur. Selama pelatihan para peserta pelatihan dipandu oleh Ibu John dan Asistennya yang berlokasi di Kampung Kelor yang sudah sangat mahir dan sering sekali mengikuti kegiatan-kegiatan yang menampilkan olahan daun kelor.
Menurut Ansori, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan yang beragam, “Sekarang kita masuk di bidang kuliner. Kita tahu kelor itu banyak ditemukan dan sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan. Mumpung bahannya sangat mudah dicari maka caranya ini yang kami berikan,” jelasnya.
Ansori mengharapkan para penyandang disabilitas bisa mengembangkan sendiri untuk mengangkat perekonomiannya. Harapannya bisa mengembangkan apa yang sudah didapatkan dan bisa menularkan kepada penyandang disabilitas yang lain karena ini melibatkan para penyandang disabilitas.
“Harapannya semoga ini tidak berhenti di sini, tapi bisa terus dikembangkan dan dilanjutkan. Kami berharap kepada pemerintah bisa memberikan fasilitas kembali. Kami rasa pelatihan yang satu hari ini sangat kurang karena secara prosesnya itu lebih daripada satu hari ini tapi karena memang terkait dengan anggaran makanya kami mempersingkat menjadi satu hari, dan semoga bisa melibatkan para penyandang disabilitas dengan ikut memberikan pelatihan-pelatihan baik ketrampilan maupun kuliner” harapnya. (fir.ca)