Surabaya, Bhirawa
Dari pantauan Tim Satgas nataru PT Pertamina Patra Niaga Jatim Balinus hingga Selasa (7/1), dua hari sebelum masa Satgas Nataru usai, distribusi energi, baik BBM dan LPG di seluruh wilayah Jatim terpantau aman dan kondusif. Kekosongan stok BBM dan kelangkaan LPG juga tidak ditemukan.
“Sejauh ini distribusi energi sepanjang masa Satgas itu kondusif. Dalam artian sesuai dengan proyeksi, hanya perbedaan pada perkiraan puncak tertinggi konsumsi BBM pada saat arus mudik di awal sebelum Natal,” terang Area Manager Communication Relation & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi, Kamis (7/1).
Selama musim libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, keamanan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi komitmen Tim Satgas Nataru PT Pertamina Patra Niaga Jatim Balinus yang bekerja efektif mulai tanggal 16 Desember 2024 hingga 9 Januari 2025.
Ahad menambahkan yang awalnya pada tanggal 22 diperkirakan akan menjadi puncak tertinggi konsumsi BBM kendaraan pribadi, namun ternyata puncaknya terjadi di tanggal 21, maju lebih cepat satu hari. Pada tanggal tersebut terjadi peningkatan konsumsi yang paling tinggi selama pelaksanaan masa satgas.
“Pada saat puncak arus mudik di tanggal 21 Desember 2024, konsumsi Gasoline mencapai 21.072 KL naik 7,4% dibanding hari normal dan konsumsi Gasoil mencapai 9.611 KL, naik 2,6% dari normal,” jelasnya.
Ahad memerinci konsumsi BBM pada saat puncak arus balik Natal yang jatuh pada tanggal 31 Desember 2024. Untuk konsumsi Gasoline mencapai 20.695 KL, naik 5,5% dibanding hari normal rna konsumsi Gasoil mencapai 7.448 KL, turun 20,5% dibanding hari normal.
Sementara puncak arus balik Tahun Baru yang jatuh pada tanggal 4 Januari 2025 menyedot konsumsi Gasoline sebanyak 21.162 KL, naik 7,9% dari hari normal dan Gasoil sebanyak 8.185 KL, turun 12,7% dari hari normal.
“Tetapi memang secara umum kondusif, masih sesuai dengan proyeksi yang kita perkirakan, tidak ada yang melampaui jauh dari proyeksi. Untuk data total, Pertamina masih akan menunggu berakhirnya masa satgas nanti untuk mempermudah membandingkan total konsumsi energi, baik BBM maupun elpiji. tentunya dengan perbandingan kondisi normal dan juga massa satgas yang sama di tahun sebelumnya,” papar Ahad.
Sementara itu, pergeseran puncak konsumsi tersebut menurutnya kemungkinan karena masyarakat melihat peluang untuk menikmati libur yang lebih panjang sehingga mereka berangkat lebih awal di tanggal 21.
“Karena kesiapannya sudah dilakukan jauh hari, yaitu mulai tanggal 16 Desember dengan memantau pengiriman stok di seluruh SPBU, maka pergeseran pucak konsumsi tidak menjadi kendala,” ungkapnya.
Menurutnya, memang ada perbedaan konsumsi BBM antara ruas tol trans Jawa dengan ruas jalan non tol dan juga ruas jalan menuju dan dari destinasi wisata.
“Itu juga jadi catatan tersendiri karena memang salah satu antisipasi kita adalah tujuan destinasi wisata yang kemungkinan besar kalau melihat data pergerakan, pada tahun ini jumlah pergerakan kendaraan pribadi ke arah Malang dan sekitarnya sangat besar, paling besar dibanding tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.
Terkait kendala selama masa satgas, Pertamina Patra Niaga telah melakukan antisipasi, yang paling utama adalah risiko terjadinya bencana yang mengganggu jalur distribusi seperti longsor atau banjir yang bisa menyebabkan terkendalanya jalur distribusi, seperti yang terjadi di Ponorogo dan di daerah Tuban.
“Alhamdulillah itu sudah dimitigasi bersama hingga tidak terjadi kekosongan stok,” katanya
Untuk layanan motoris selama Satgas Nataru, ia mengaku memang di ruas tol tidak dimanfaatkan karena layanan motoris ini sebenarnya melengkapi jumlah SPBU modular di rest area kecil yang belum memiliki SPBU.
“Saat ini, kita tempatkan SPBU modular sepanjang jalur tol untuk melayani kebutuhan BBM masyarakat di ruas tol sepanjang dari mulai masuk Jawa Timur sampai di ujungnya Probolinggo mengarah ke Banyuwangi. Jadi memang layanan pesanan delivery service di ruas tol menggunakan motoris itu tidak ada,” kata Ahad
Bahkan layanan ini justru banyak digunakan di ruas non tol menuju destinasi wisata. Dari pantauan Satgas Nataru, tercatat ada beberapa pemesanan di area Malang dan Batu.
“Setelah masyarakat sampai lokasi kemudian kehabisan bahan bakar. Itu terjadi di Malang juga Bati yang menjadi destinasi wisata favorit di Jatim,” akunya.
Oleh karena itu layanan motoris di luar jalur tol menjadi krusial karena pada saat macet dan berhenti total akan menjadi potensi risiko masyarakat kehabisan bahan bakar.
Terkait proyeksi konsumsi BBM dan LPG selama libur Nataru, ia mengatakan seperti yang telah diungkapkan di awal masa Satgas yaitu bervariasi, ada yang turun seperti gasoil karena ada pelarangan mobilitas kendaraan logistik yang non sembako.
Tetapi di sisi lain, BBM dalam bentuk kendaraan pribadi dan pengguna langsung mengalami kenaikan yang juga bervariasi, mulai 7% hingga 9% Sedangkan avtur naik 6% seperti yang diperkirakan. [riq.gat]