26 C
Sidoarjo
Friday, November 22, 2024
spot_img

Penghapusan Jurusan IPA, IPS dan Bahasa Dinilai Pakar Pendidikan Kebijakan Tepat


Siapkan ke PTN, Sistem Pemilihan Mapel jadi Kelas Alternatif
Surabaya, Bhirawa
Kemendikbud memutuskan menghapus jurusan IPA, IPS dan Bahasa pada jenjang SMA. Alasanya, untuk menghapus ketidakadilan dan diskriminasi yang selama ini ditimbulkan karena banyaknya orangtua yang memilih jurusan IPA bagi anaknya.

Hal ini dinilai Pakar Pendidikan Unesa, Prof Warsono merupakan keputusan dan langkah yang tepat. Sebab, adanya penjurusan IPA, IPS dan Bahasa yang ada di SMA tidak lagi relevan dengan variasi prodi yang ada di perguruan tinggi.

“Prodi yang ada diperguruan tinggi sangat banyak yang tidak lagi bisa dikelompokkan dalam tiga jurusan tersebut. Dengan kata lain jurusan IPA, IPS dan Bahasa yang ada di SMA tidak cukup untuk mewadahi semua prodi yang ada di perguruan tinggi,” jabar pria yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pendidikan Jatim ini, kepada Bhirawa, Minggu (21/7).

Pertimbangan berikutnya, Prof Warsono mengacu berdasarkan teori Gardner di mana setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda. Setidaknya ada delapan kecerdasan. Diantaranya adalah kecerdasan kinestetik, persoanal dan intra personal, lagika, dan lainnya. Sedangan jurusan (di tingkat perguruan tinggi), lanjut dia, juga tidak mampu mewadahi berbagai kecerdasan yang dimiliki setiap anak.

Prof Warsono juga menilai, tidak adanya jurusan IPA, IPS dan Bahasa justru akan membuat anak atau siswa bisa memilih bidang studi yang nanti dibutuhkan prodi yang akan dimasuki di perguruan tinggi.

“Dengan demikian anak bisa lebih fokus dalam belajar dan efisien waktu belajarnya. Mereka tidak lagi harus membuang waktu untuk mempelajari sesuatu yang nanti tidak dibutuhkan pada saat kuliah. Memang konsekwensinya anak akan tahu sedikit tetapi mendalam,” tandasnya.

Berita Terkait :  Ratusan Guru se Kecamatan Situbondo Diajak K3S Teladani Akhlak Rasulullah

Penghapusan jurusan IPA, IPS dan Bahasa pada jenjang SMA rupanya bagian dari Kurikulum Merdeka yang sudah digalakkan Kemdikbud cukup lama. Bagi sekolah yang menggunalan kurikulum ini, kebijakan ini harus diikuti. Nyatanya, meski jurusan itu sudah dihapus secara bertahap sejak tahun 2021 lalu, tingkat penerimaan siswa pada perguruan tinggi tidak berpengaruh signifikan.

Penghapusan jurusan IPA, IPS dan Bahasa di jenjang SMA rupanya sudah dilakukan SMAN 15 Surabaya sejak 2 tahun terakhir, tepatnya saat sekolah mulai menerapkan kurikulum merdeka.

Dijelaskan Kepala SMAN 15 Surabaya, Johanes Mardijono, dalam teknis pelaksanaanya pilihan mata pelajaran atau peminatan pada IPA, IPS dan Bahasa sudah ditiadakan. Yang ada hanya, mapel-mapel yang linier untuk persiapan siswa masuk ke study lanjut.

“Kami lakukan assesmen di awal saat naik ke kelas 11. Materi wajib seperti pendidikan agama, pendidikan pancasila, bahasa indonesia, bahasa inggris, sejarah indonesia, matematika, pendidikan jasmani dan kesehatan, seni budaya, dan bahasa daerah tetep dapat. Tapi ketika siswa ingin daftar kedokteran mereka akan fokus pada materi biologi dan kimia saja, tanpa harus mengambil mapel matematika tingkat lanjut,” jelasnya.

Sama halnya ketika ada siswa yang akan mengambil program studi teknik bisa menggunakan jam pelajaran pilihan untuk mata pelajaran matematika tingkat lanjut dan fisika, tanpa harus mengambil mata pelajaran biologi.

Peminatan pada mapel tertentu untuk persiapan perguruan tinggi ini, lanjut dia, didapat dari hasil psikotes, hasil evaluasi pembelajaran selama setahun (dibangku kelas 10), serta keinginan orang tua dan anak.

Berita Terkait :  UB Dinobatkan Top 100 THE Impact Rangkings untuk SDGs 2

“Dari sini keliatan mapel apa saja yang diminati siswa. Sehingga di SMA kelas 12 peminatannya akan beda dengan kelas 11 tahun ini. Yang saat ini naik ke kelas 11 lebih condong ke sains dan sos. Didalam mapel ada sos dan sains,” urainya.

Misalnya saja, tambah dia, untuk tahun ajaran 2024/2025, mata pelajaran peminatan dengan alternatif kelas dikelompokkan menjadi 5 kelas. Untuk kelompok A, alternatif kelas berisi mapel Kimia, Biologi, Matametika Lanjut, Informatika, PKWU (terdapat 1 kelas).

Kemudian kelompok B berisi mapel Kimia, Biologi, Fisika, Informatika, PKWU, yang memuat dua kelas.

Kelas alternatif C ada 3 kelas dengan mapel Kimia, Biologi, Fisika, Jerman, PKWU.

Berikutnya ada alternatif kelas D dengan dua kelas yang memuat mapel Matematika Lanjut, Informatika, Ekonomi, Fisika, PKWU. Dan mapel E yang memuat empat kelas dengan mapel Ekonomi, Geografi, Sosiologi, dan Jerman.

Sementara pada tahun ajaran 2023/2024, kelas alternatif terbagi menjadi 7 bagian. Yakni alternatif A, Biologi, Kimia, Fisika, Bahasa Inggris dan Prakarya ada 3 kelas.

Alternatif B berisi mapel Biologi, Kimia, Fisika, Bahasa Jerman dan Prakarya (terdapat 1 kelas).

Kemudian kelompok C berisi mapel Biologi, Kimia, Fisika, Matematika dan Prakarya (terdapat 1 kelas).

Kelas alternatif D ada 3 kelas dengan mapel Kimia, Biologi, Fisika, Informatika, dan Prakarya (terdapat 1 kelas).

Berikutnya ada alternatif kelas E dengan dua kelas yang memuat mapel Matematika Kimia, Fisika, Informatika dan Prakarya.

Selanjutnya alternatif kelas E terdapat 2 kelas memuat mapel Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Informatika dan Prakarya.

Berita Terkait :  Sambut Bulan Kesehatan Gigi dan Mulut Nasional, Formula Indonesia Gelar Donasi Sikat Gigi

Terakhir, alternatif kelas G terdapat 2 kelas memuat mapel Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Bahasa Jerman dan Prakarya.

“Pemilihan kelas altermatif ini hasil dari mapping yang kami lakukan. kita juga sekalian kita lihat guru-guru kita di mapel pilihan untuk dipadukan dengan guru disekolah. Untuk saat ini guru mapel geografi kita masih kekurangan,” pungkasnya.

Sebagai informasi, sebelumnya Kepala Badan Standar Nasional Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo menjelaskan penghapusan jurusan ini merupakan bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka yang sudah diterapkan secara bertahap sejak tahun 2021.

Pada 2022 lalu, hanya 50 persen satuan pendidikan yang menerapkan Kurikulum Merdeka. Kini, Kurikulum Merdeka sudah diterapkan pada 90-95 persen satuan pendidikan di tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK.

“Peniadaan jurusan karena sekolah sudah menggunakan Kurikulum Merdeka,” kata Anindito, Rabu (17/7).

Anindito menuturkan, nantinya jurusan IPA, IPS dan Bahasa yang dihapus akan digantikan dengan sistem pemilihan mata pelajaran (mapel) sesuai minat dan bakat siswa. Hal itu tertuang dalam aturan di Kurikulum Merdeka.

Dalam buku saku mengenai Kurikulum Merdeka, pemilihan mata pelajaran disebutkan sebaiknya sudah mulai diarahkan sejak kelas X sesuai dengan minat dan bakat siswa. Siswa akan memilih mata pelajaran kelompok pilihan di Kelas XI dan XII sesuai minatnya dengan panduan guru Bimbingan Konseling. Guru Bimbingan Konseling memegang peranan penting dalam memimpin proses penelusuran minat dan bakat siswa bersama dengan wali kelas dan atau guru lain. [ina]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img