Oleh:
Deny Tri Hartanto
Penulis adalah anggota Sub Kelompok 8 KKN Non-Reguler 7 Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya
Upaya meningkatkan efisiensi pengolahan unggas bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kembali mendapat perhatian melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) NR7 Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya. KKN Non-Reguler 7 Sub Kelompok 8 yang ditempatkan di RW 5 Balongsari Surabaya meluncurkan inovasi alat perontok bulu ayam manual dengan biaya pembuatan yang terjangkau. DIharapkan menjadi solusi untuk para pelaku usaha ayam potong untuk memudahkan proses perontokan bulu dengan alat dengan harga cukup terjangkau.
Program kerja tersebut dilakukan oleh Sub Kelompok 8 KKN Non-Reguler 7 Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya yang beranggotakan Isronin,James Timothy Mongi,Febi Theresia Immanuel, Deny Tri Hartanto dengan dosen pembimbing Wahyu Kuncoro, S.T., M.Med.Kom. Kami berusaha memberikan inovasi tentang mesin perontok bulu ayam karena beberapa pedagang masih melakukan cara manual yang jelas kurang effisien lalu dengan mesin namun harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Maka dari itu kami berusaha menghadirkan inovasi berupa mesin manual Perontok bulu ayam.
Melalui diskusi dengan UMKM setempat, Sub Kelompok KKN kami akhirnya menggagas pengembangan alat perontok bulu ayam yang dapat dibuat hanya dengan anggaran terbatas, namun tetap mengedepankan fungsi dan keamanan penggunaan. Koordinator Sub Kelompok 8 menjelaskan bahwa alat perontok ini dirancang dengan memanfaatkan bahan-bahan yang mudah ditemui di pasaran, seperti drum plastik, karet perontok, dan dinamo dengan daya rendah.
Proses pembuatan alat dilakukan secara bertahap mulai dari perancangan desain, perhitungan kebutuhan bahan, hingga uji coba bersama mitra UMKM. Salah satu tantangan utama adalah menyesuaikan kekuatan mesin dengan anggaran yang terbatas, sehingga diperlukan analisis teknis untuk memastikan alat tetap mampu bekerja secara optimal. Program ini dinilai sejalan dengan fokus pengabdian masyarakat UNTAG Surabaya, yakni memberikan solusi praktis bagi UMKM untuk meningkatkan produktivitas.
Dengan metode perontokan manual, pelaku usaha hanya mampu memproses ayam dalam jumlah terbatas per hari. Namun dengan alat sederhana ini, kapasitas produksi dapat meningkat hingga dua hingga tiga kali lipat hampir sama dengan hasile produksi mesin skala besar, sehingga diharapkan berdampak pada peningkatan penghasilan warga yang berprofesi sebagai penjual ayam potong.
Dengan adanya inovasi ini, warga RW 5 Balongsari kini memiliki alternatif baru untuk meningkatkan efisiensi produksi unggas. Ke depan, masyarakat berharap pengembangan lebih lanjut dapat dilakukan, seperti peningkatan kapasitas mesin atau penambahan fitur pengaman tambahan. Meski dibuat dengan anggaran terbatas, alat ini telah membuktikan bahwa kreativitas dan pemanfaatan teknologi sederhana dapat menghasilkan dampak signifikan bagi UMKM.
Program KKN Sub Kelompok 8 KKN Non-Reguler 7 di RW 5 Balongsari Surabaya ini menegaskan bahwa inovasi tidak harus mahal untuk membawa perubahan. Melalui kolaborasi yang kuat antara mahasiswa dan warga, alat perontok bulu ayam sederhana kini menjadi solusi praktis bagi pelaku usaha kecil dalam meningkatkan produktivitas serta kualitas pengolahan unggas.
—————— *** ———————


