Jajaki Export Import Bawang Merah
Nganjuk, Bhirawa
Bawang merah merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan Kabupaten Nganjuk. Produksi bawang merah Nganjuk yang melimpah dan menguasai pasar domestik serta berpotensi untuk di ekspor ke luar negeri, termasuk ke negara tetangga Malaysia.
Namun, terdapat beberapa hambatan dan peluang yang perlu dihadapi oleh petani bawang merah Nganjuk dalam upaya pemasaran hingga ke luar negeri.
Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Kabupaten Nganjuk, serta sejumlah penggiat dan pengusaha bawang merah Nganjuk dampingi 3 utusan kerajaan diraja Malaysia, yakni Kementerian Pertanian dan Keterjaminan Makanan (FAMA) Malaysia, yakni, YBRS, Tuan Haji Aminuddin Zulkipli, Azhar Jamaludin dan Nor Azhar Hamid pada Selasa (13/08/2024).
Melalui wakil ketua ABMI Nganjuk, Zaenal Arifin (44 thn) kedatangan 3 orang Malaysia tersebut ke Nganjuk untuk menjajagi peluang kerjasama dengan pemerintah daerah Kabupaten Nganjuk dalam hal export-impor komoditi bawang merah.
“Permintaan pasar yang Tinggi, Malaysia merupakan negara dengan permintaan bawang merah yang tinggi. Konsumsi bawang merah di Malaysia diperkirakan mencapai 100.000 ton per tahun, sehingga terdapat peluang pasar yang besar bagi petani bawang merah Nganjuk,” papar Zainal menirukan ungkapan YBRS Tuan Haji Aminuddin, selaku pimpinan delegasi Malaysia.
“Keunggulan Komparatif, Bawang merah Nganjuk memiliki keunggulan komparatif dibandingkan bawang merah dari negara lain. Bawang merah Nganjuk dikenal memiliki rasa yang lebih pedas dan aroma yang lebih kuat, sehingga diminati oleh konsumen Malaysia, jelas Zaenal.
Puji, petani bawang merah asal desa Pandean, Kecamatan Gondang yang menggarap lahan sawah seluas 1 hektar dengan pertanian modern di mana ia menerapkan sistem perpipaan springkle untuk menyemprot tanaman bawang merah seluas 1 hektar.
“Pengembangan Teknologi, Pengembangan teknologi pertanian dapat membantu petani bawang merah Nganjuk meningkatkan produktivitas dan kualitas bawang merah. Teknologi seperti irigasi tetes dan penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan hasil panen dan mengurangi biaya produksi.petani bawang merah,” ungkap Puji,
Untuk bisa menangkap peluang ekspor ke negeri jiran tersebut tentunya tidak akan semudah itu, banyak kendala dan hambatan yang harus di lalui, menurut Bangkit, staf Dinas Pertsnian yang bertugas di laboratorium Dinas Pertanian.
“Pertama persyaratan karantina yang ketat, Malaysia memiliki persyaratan karantina yang ketat untuk produk pertanian yang masuk ke negaranya. Bawang merah Nganjuk harus memenuhi persyaratan bebas hama dan penyakit tertentu, serta harus melalui proses fumigasi dan sertifikasi,” papar Bangkit
“Yang kedua Persaingan Harga. Malaysia merupakan pasar yang kompetitif untuk bawang merah. Petani bawang merah Nganjuk harus bersaing dengan produsen bawang merah dari negara lain, seperti Thailand dan India, yang menawarkan harga yang lebih murah,
“Dan ketiga kurangnya Infrastruktur, Petani bawang merah Nganjuk masih menghadapi kendala infrastruktur, seperti kurangnya fasilitas penyimpanan dan pengolahan yang memadai. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas bawang merah dan mengurangi nilai jualnya,” pungkas Bangkit.
Dengan jujur para petani bawang merah yang tergabung dalam ABMi tidak mengetahui prosedur, syarat dan ketentuan ekspor import, mereka hanya tahu bagaimana berproduksi, bertani seperti para pendahulu mereka.
Meskipun terdapat beberapa hambatan, petani bawang merah Nganjuk memiliki peluang yang besar untuk mengekspor produknya ke Malaysia.
Dengan mengatasi hambatan yang ada dan memanfaatkan peluang yang tersedia, petani bawang merah Nganjuk dapat meningkatkan pendapatan dan berkontribusi pada perekonomian daerah.
Dengan dukungan dari pemerintah dan pengembangan teknologi pertanian sangat penting untuk keberhasilan ekspor bawang merah Nganjuk ke Malaysia. Setidaknya peluang ini membuka mata generasi muda Nganjuk, bahwa sektor pertanian dan hortikulura masih tetaplah sexy. [dro.dre]