Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, MH Said Abdullah,
Sumenep, Bhirawa.
DPD PDI Perjuangan Jawa Timur menggandeng Tribun Jatim Network menggelar RedTalks: Suara Muda untuk Jatim Keren di Dyandra Convention Center, Jalan Basuki Rahmad, Surabaya, Sabtu (22/11).
Acara ini menjadi ruang dialog bagi berbagai organisasi dan komunitas anak muda dari seluruh Jawa Timur untuk menyampaikan pandangan kritis mereka.
Beragam tokoh hadir sebagai pemantik diskusi, mulai dari Budayawan Sujiwo Tejo, Presiden BEM FISIP Unair Irfan Yasin, Petani Milenial Ahmad Lafilian, pegiat media sosial Natasha Keniraras, hingga akademisi dari sejumlah perguruan tinggi di Surabaya seperti Airlangga Pribadi (Dosen FISIP Unair) dan Yohan Wahyu (Litbang Kompas). Forum ini rencananya dipandu langsung oleh Pakar Komunikasi Universitas Airlangga, Dr. Suko Widodo.
Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, MH Said Abdullah, menegaskan bahwa RedTalks digagas untuk membuka ruang kritik yang konstruktif dari generasi muda.
“Kami perlu mendengar suara anak-anak muda, termasuk pandangan mereka mengenai PDI Perjuangan dan berbagai kebijakan publik yang berdampak pada kehidupan sehari-hari. RedTalks akan menjadi forum kritik-otokritik, termasuk kritik terhadap PDI Perjuangan di Jawa Timur,” kata Said Abdullah.
Ia berharap forum ini menghasilkan gagasan segar yang dapat menjadi bahan perumusan agenda politik ke depan.
“RedTalks adalah panggung bebas bagi anak muda di Jawa Timur. Sampaikan saja pikiran-pikiran jernih untuk perbaikan kehidupan bersama. Seluruh gagasan yang muncul akan kami rangkum dan susun menjadi rekomendasi,” jelasnya.
Menurut Said, rekomendasi itu nantinya akan dipilah menjadi dua bagian.
“Masukan untuk internal PDI Perjuangan Jawa Timur dan rekomendasi eksternal untuk advokasi kebijakan di berbagai sektor yang berkaitan dengan kepentingan anak muda,”paparnya.
Sementara itu, pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga, Dr. Suko Widodo, menilai forum seperti RedTalks penting untuk menjaga kedekatan partai politik dengan publik.
“Partai politik harus mampu menampung aspirasi publik, termasuk ketika berisi kritikan,” kata Soko.
Ia juga menyebut masyarakat kini semakin kritis terhadap isu-isu yang berkembang, sehingga dialog terbuka semacam ini menjadi kebutuhan. “Perlu dibuka ruang dialog seperti ini,” tukasnya. (sul.hel).


