Surabaya, Bhirawa
Kota Surabaya menjadi tuan rumah Humboldt Kolleg, Translate Southeast Asia 2024, pertemuan puncak para ilmuwan kelas dunia yang mencari solusi inovatif untuk mengatasi krisis iklim yang semakin mengancam.
Kota Pahlawan terus menjadi saksi kolaborasi ilmiah berskala besar, PIC acara dari Petra Christian University (PCU), Leenawaty Limantara, M Sc , Ph D, menjelaskan pertemuan ini merupakan sebuah ruang untuk menyatukan 85 Humboldtians dari Asia Tenggara, Ilmuan Jerman hingga peneliti muda.
“Humboldt Kolleg merupakan sebuah acara atau program yang diselenggarakan oleh alumni dari Alexander von Humboldt Foundation (AvH), sebuah yayasan di Jerman yang mendukung kerja sama internasional dalam bidang penelitian. Acara ini biasanya melibatkan para ilmuwan, peneliti, dan akademisi dari berbagai negara, khususnya alumni AvH,” jelasnya.
Lanjut Leenawaty, mengatakan bahwa Asia Tenggara menjadi kawasan yang sering menghadapi bencana alam, mulai dari kenaikan suhu ekstrim, kenaikan permukaan laut, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
“Hal Tersebut disebabkan karena faktor geografisnya, seperti garis pantai yang luas serta ketergantungan pada sektor pertanian dan populasi yang padat, menambah kompleksitas tantangan yang dihadapi” ujarnya.
Serta dalam pembahasan tentang praktik keberlanjutan inovatif dengan fokus pada transisi ke ekonomi sirkular, ini penting untuk meminimalkan limbah dan memaksimalkan efisiensi sumber daya melalui proses manufaktur yang berkelanjutan, serta untuk mengoptimalkan sirkularitas agar dapat secara signifikan mengurangi jejak lingkungan akibat aktivitas manusia.
Leenawaty menambahkan, Investasi dalam energi terbarukan dan pengelolaan karbon juga menjadi sorotan di pertemuan ini, alternatif energi terbarukan seperti energi surya, angin, dan biomassa harus menjadi prioritas untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
“Peningkatan teknik penyerapan karbon melalui reforestasi dan teknologi penangkapan emisi karbon di sumbernya juga menjadi kunci. Maka dari itu, kolaborasi lintas disiplin ini sangat penting untuk menjembatani kesenjangan antara penelitian ilmiah, kebijakan, dan implementasi praktik nyata” Imbuhnya.
Acara Humboldt Kolleg 2024 dibuka oleh Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Ina Lepel, Humboldtians. Turut hadir pula para ahli Jerman seperti Markus Egerman dari Leibniz Institute of Ecological Urban and Regional Development, Peter von Philipsborn dari Ludwig-Maximilians-Universität München, dan Heike Grimm dari Willy Brandt School of Public Policy Erfurt. Para ahli ini hadir dengan berbagi pemikiran dan pengalamannya dalam transformasi sosial dan penanganan krisis iklim.
Serta beberapa Petranesian juga turut aktif dalam kegiatan ini. Tercatat ada enam junior researcher dan dua senior researcher asal PCU yang terlibat aktif dan menjadi invited speaker. Mereka adalah Dr Renny Indrawati, S TP, M Si, M Nat Sc, Cilcia Kusumastuti, S T, M En., Ph D, Dr Feny Elsiana, S T, M T, Gunawan Tanuwidjaja, S T, M Sc, Ph.D, Esti Asih Nurdiah, S T, M T, Ph D (Cand), Dr. (Cand) Bramasta Putra Redyantanu, S T , M T, Prof Antoni, S T, M Eng, Ph D, dan Dr.rer.nat., Ir Surya Hermawan, S T, M T.
Salah satu yang dibagikan oleh para Junior Researchers PCU, papar PIC PCU mengatakan penelitian tentang efisiensi energi, pengelolaan limbah hijau, pengembangan desa ekologi, serta kesadaran dan praktik ramah lingkungan di masyarakat.
“Hal-hal tersebut sejalan dengan SDGs PBB. Oleh karena itu, kegiatan di PCU terlibat dalam pendidikan, penelitian, dan program penjangkauan masyarakat” ungkap Leenawaty.
Adapun penelitian membentuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan efisien, serta energi khususnya untuk Teknik dan Arsitektur. Diantaranya adalah pembahasan tentang bahan inovatif seperti bambu, yang mana bahan ini dapat mengurangi limbah dan menurunkan jejak karbon serta mendorong ekonomi sirkular.
Bukan hanya itu, ada juga desain pencahayaan alami yang bisa mengoptimalkan cahaya alami, sehingga dapat mengurangi konsumsi energi dan meningkatkan suasana alam di dalam ruangan.
Kolaborasi internasional berkelanjutan ini diidentifikasi sebagai kunci untuk meningkatkan pembelajaran bersama dan memperkuat upaya menghadapi tantangan iklim.
“Asia Tenggara dapat memanfaatkan keahlian global melalui kolaborasi penelitian, program pertukaran pendidikan, dan proyek-proyek pengembangan bersama. Kegiatan ini terjadi berkat kolaborasi antara PCU, UC, dan UKWMS,” pungkas Leenawaty.
Hasil dan rekomendasi dari Humboldt Kolleg 2024 menawarkan kerangka kerja yang jelas untuk memerangi perubahan iklim dan mendorong pembangunan berkelanjutan di Asia Tenggara. Dengan mengintegrasikan strategi-strategi ini, maka kawasan tersebut dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan perlindungan lingkungan dan kesejahteraan sosial. Melalui kolaborasi yang kuat, kemajuan teknologi, dan inovasi kebijakan, Asia Tenggara siap mengambil peran kepemimpinan dalam upaya keberlanjutan global. [ren]