Program One Pesantren One Product Berkontribusi bagi Perekonomian Jatim
Oleh:
Abed Nego, Surabaya
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim berkomitmen memajukan ekonomi berbasis kerakyatan. Salah satunya mendukung pengembangan potensi di lingkungan pondok pesantren, yakni melalui program One Pesantren One Product (OPOP).
Bersama Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Provinsi Jatim, selama tiga hari, mulai tanggal 29, 30 November hingga 1 Desember 2024 digelar OPOP Expo 2024. Bertempat di Atrium dan Area 15 Royal Plaza Surabaya, OPOP Expo 2024 sebagai ajang memamerkan produk unggulan pesantren dan mendukung kemandirian ekonomi.
Diikuti sebanyak 35 booth produk pesantren, OPOP Expo 2024 dibuka langsung oleh Pj Gubernur Jatim, Adhy Karyono bersama Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jatim, Endy Alim Abdi Nusa. Turut mendampingi, di antaranya Sekjen OPOP Jatim, Mohammad Ghofirin.
Pj Gubernur Adhy Karyono mengatkan, saat ini produk-produk dari pesantren unggulan Provinsi Jatim. Terbukti, produk seperti kopi hingga olahan daun kelor diekspor ke sejumlah negara. Di antaranya minuman kopi kaleng besutan Koperasi Ponpes An Nur 2 Al Murtadlo Malang dan Daun kelor dari OPOP Sumenep yang diekspor ke Jerman.
“Inilah bukti bahwa kontribusi dari pesantren untuk ekonomi Jatim betul-betul signifikan. Termasuk membawa Jatim mendunia dengan cara ekspor produk unggulan,” ucap Adhy Karyono
Pertumbuhan ekonomi di Jatim mencapai 4,91%. Angka tersebut merupakan pertumbuhan ekonomi yang tertinggi di antara Provinsi di pulau Jawa, dengan kontribusi 14,5% untuk Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan 25,14% untuk Pulau Jawa.
“Pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi ini, salah satunya dari kontribusi pesantren. Jadi OPOP ikut berkontribusi dalam memperkuat ekonomi di Jawa Timur dan Indonesia,” ungkapnya.
Selain pertumbuhan ekonomi, hadirnya OPOP juga membantu Pemerintah dalam menekan angka pengangguran dan kemiskinan di Jatim. Hal ini terlihat dari jumlah santri yang telah dibina untuk berwisausaha mencapai lebih dari 500 ribu orang dan telah terbentuk 1.210 pesantrenpreneur.
“Ekosistem ekonomi yang terbangun di pesantren, sebagian besar mampu menekan tingkat pengangguran dan kemiskinan di Jatim. Oleh karena itu OPOP dapat menjadi bagian penting dalam strategi exit dari kemiskinan dan pengangguran,” harapnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jatim, Endy Alim Abdi Nusa menambahkan, target dari kegiatan ini adalah market testing. Bagaimana produk-produk OPOP ini bisa dikenalkan pada pasar yang sesungguhnya.
“Seperti yang disampaikan Pak Gubernur, ini tempat yang tepat untuk produk-produk OPOP dikenalkan, ya saat ini testingnya. Sehingga masyarakat tahu kalau di pesantren ada unit usaha yang mampu membuat barang-barang atau produk berkualitas. Ini yang menjadi tujuang dari program OPOP Pemprov Jatim,” tambahnya.
Pesantren ini, sambung Endy, tidak hanya untuk tempat mendidik saja. Tapi juga tempat untuk menumbuhkan kewirausahaan. Tidak hanya santrinya dan pesantrennya saja, tetapi lulusan santrinya.
“Ini merupakan program yang sangat mulia, karena jumlah pesantren di Jatim begitu banyak. Sehingga lulusan pesantren bisa kita bina dengan beberapa program, bagaimana mereka mempunyai minat wirausaha. Sehingga produk-produknya bisa kita kenalkan ke masyarakay dan pangsa pasar,” pungkasnya. [bed.gat]