Keterserapan DUDI Capai 86 Persen
Sidoarjo, Bhirawa
Edotel merupakan satu dari 8 bisnis SMKN 1 Buduran Sidoarjo yang sukses dikelola. Dalam sepekan 15 kamar yang disediakan selalu full. Kesuksesan pengelolaan bisnis ini tak luput dari peran SMKN 1 Buduran sebagai sekolah dengan BLUD (Badan Layanan Usaha Daerah) dan kelas industri berupa Teaching Factory (TeFa).
Dengan adanya BLUD dan TeFa jumlah keterserapan industri lulusan cukup tinggi tiap tahunnya. Yakni mencapai 56% ke industri, 25% berwirausaha, 18% melanjutkan ke perguruan tinggi dan 1% dalam masa tunggu.
Kepala SMKN 1 Buduran Sidoarjo, Agustina menjabarkan, sebagai sekolah BLUD yang berjalan sejak tahun 2018 lalu dan menjadi pilot projek dari pemerintah, membuat sekolah memiliki banyak keuntungan. Salah satunya matang dalam penyiapan lulusan layak industri.
“Kebetulan kami ditunjuk pusat untuk pelaksanaan BLUD di tahun pertama. SK tahun 2017, tapi baru berjalan di tahun 2018. Nah, BLUD inikan pola pengelolaan keuangan. Semua pendapatan yang terkait dengan aset negara harus dilaporkan. BOS dan BOPP tidak masuk BLUD. Tapi penggunaan lain seperti masuk BLUD. Seperti TeFa atau kelas industri,” jelasnya, Minggu (10/11).
Terkait TeFa, Agustina menyebut ada 8 kelas industri yang masuk dalam BLUD. Seperti EdoTel, EdoCafe, kantin, EdoBakery, EdoCatering, EdoSalon, EdoCollection, dan Konveksi. Pemanfaatan TeFa dengan optimal ini dikatakan Agustin menjadi startegi dalam pengelolaan BLUD.
“Kita memaknai TeFa bisa jalan karena anak SMK membuat produk barang dan jasa ini kan harus bisa diukur bersaing dengan Industri. Kalau hanya diajarkan membuat produk tanpa menjualnya kita tidak tahu hasilnya siswa ini bisa bersaing atau tidak, laku atau tidak,” jabarnya.
Ketua MKKS SMK Negeri Jawa Timur ini juga mengungkapkan dalam pelaksanaan BLUD banyak yang salah presepsi untuk menghasilkan uang. Padahal, pada prinsipnya dibentuknya SMK BLUD untuk ‘mengamankan’ dan mengoptimalkan TeFa. Di mana anak dilatih budaya kerja industri. Supaya siap dan matang secara keterampilan saat terjun di DUDI.
Dalam TeFa, masing-masing kejuruan garis membuat kurikulum bersama DUDI. Tak hanya itu, sekolah dan industri juga membuat SOP dalam mengoperasikan TeFa. Salah satunya EdoTel SMKN 1 Buduran yang menggandeng Hotel Bumi Surabaya dalam penataan alat, layout kamar, hingga manajemen hotel.
Meski telah berjalan 6 tahun sebagai SMK BLUD, Agustina mengakui hingga saat ini pihaknya masih kesulitan dalam menyamakan presepsi atau mindset dengan guru Terkait pembelajaran untuk TeFa. Salah satunya kolaborasi antar mapel yang belum optimal dalam sistem blok.
“Misalya anak-ank yang belajar di front office, guru-guru bahasa Inggris harus mendukung. Ada sinkronisasi mapel. Perencanaan seperti ini perlu pemahaman dari guru sendiri,” urainya.
Tantangan kedua, yakni TeFa perlu pemahaman dari orangtua, bahwa TeFa merupakan pembelajaran Industri disekolah. Misalnya ada pesanan chatering dan harus selesai pagi, siswa harus siap bekerja malam. Orang tua harus mempunyai pemahaman dan komitmen mendukung.
Kendati begitu, Agustin berujar dengan pengoptimalan TeFa disekolahnya, pihaknya mendapat Piagam penghargaan dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sebagai juara 1 SMK BLUD dengan capaian target pendapatan fungsional terbaik. Yakni sebesar Rp1,3 miliar dalam satu tahun. Pendapatan ini kemudian dibelanjakan untuk bahan dan jasa, perbaikan infrastruktur sekolah, mendatangkan guru tamu, dan lain – lain untuk menambah operasional sekolah. [ina.fen]