Jombang, Bhirawa.
Momentum peringatan Hari Santri Nasional (HSN) di Kabupaten Jombang, Hj Mundjidah Wahab yang merupakan putri KH Abdul Wahab Chasbullah inisiator pendiri Gerakan Pemuda (GP) Ansor Nahdlatul Ulama (NU) membakar semangat anggota Banser saat menghadiri apel akbar HSN 2024 di halaman makam KH Wahab Chasbullah di kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Minggu (27/10).
Kegiatan apel akbar tersebut dilaksanakan setelah 1000 kader Ansor Banser Jombang long march dan kirab merah putih sejauh 15 kilometer, mulai dari Ponpes Al Mubarok Sumobito hingga Ponpes Bahrul Ulum.
Pada long march dan kirab bendera merah putih sepanjang 300 meter itu, dilakukan untuk napak tilas jejak santri pada peringatan HSN tahun 2024 ini.
Selain dihadiri Mundjidah Wahab, kegiatan ini juga diikuti Ketua GP Ansor Jombang, Taufiqi Fakkarudin Assilahi atau Gus Fiqi bersama pengurus, Kepala Satkornas Banser, Muhammad Syafiq Syauqi atau Gus Syafiq, Ketua PC Fatayat NU Jombang Lailatun Nikmah serta Wakil ketua bidang pemuda dan olahraga GP Ansor Jatim Farid Alfarisi.
Usai apel akbar, Mundijdah Wahab membakar semangat para kader Ansor Jombang. Mundjidah Wahab menekankan kepada para Banser agar bersemangat melanjutkan perjuangan para masyayikh, khususnya Kiai Wahab selaku inisiator Pendiri GP Ansor. “Contohlah perjuangan para masyayikh yang penuh semangat dan tanpa rasa takut,” kata Mundjidah Wahab.
“Contohlah semangat juang para masyayikh yang tidak kendur walaupun melawan pasukan yang jauh lebih kuat dan dilengkapi dengan persenjataan modern,” tambahnya.
Sementara itu, Gus Syafiq menegaskan bahwa jiwa nasionalisme dan patriotisme harus ditumbuhkan sepanjang republik ini berdiri. Sebab, tanpa jiwa patriotisme dan nasionalisme yang kuat, republik akan rawan terhadap gangguan. “Terima kasih kepada sahabat Ansor Banser yang sudah menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme dalam memperingati Hari Santri ini,” ujar Gus Syafiq.
Gus Syafiq menambahkan, Hari Santri dikenang untuk mengingatkan sejarah perjuangan bangsa. Santri punya andil besar dan memiliki peran dalam mengusir penjajah dengan pengorbanan dan perjuangannya dengan jiwa nasionalismenya.
“Meskipun bukan perang untuk agama tapi perang kemerdekaan Republik Indonesia menjadi fardu ain (wajib) seperti yang disampaikan Hadratussekh KH Hasyim Asy’ari dan kemudian dilaksanakan oleh KH Wahab Chasbullah dengan beberapa laskar dari kelompok santri,” bebernya.
Gus Syafiq juga mengatakan, harus diketahui bersama bahwa santri ketika itu berperan penuh, terutama di sekitar Surabaya sebelum ada Tentara Nasional Indonesia. “Tanpa ada perjuangan santri tidak ada peristiwa 10 November. Dan tanpa ada peristiwa 10 November tidak ada kemerdekaan yang mutlak untuk republik ini,” tandasnya. [rif.wwn]