Sidoarjo, Bhirawa
Siswa saat ini mengaku kalau belajar bahasa Jawa malah di kelas dianggap lebih sulit dari belajar bahasa Inggris.
Menurut pengajar Bahasa Jawa, yang ada di SMP PGRI 1 Buduran, Drs Kusmoko, pandangan seperti itu boleh boleh saja. Tidak bisa disalahkan juga tidak bisa dibenarkan karena tergantung pada yang menilai dan yang berpendapat.
Mantan seorang jurnalis ini mengaku memberikan semangat kepada para siswa, belajar apapun sebenarnya mudah. Yang penting ada niat, kemauan dan bersungguh-sungguh. “Belajar ilmu karena belajar, fokus dan harus dibiasakan,” kata Kusmoko, belum lama ini.
Karena itu, kata Kusmoko, para siswa tidak perlu takut belajar Bahasa Jawa. Jangan sampai dijadikan momok. Apabila ada kemauan, niat, minat dan motivasi, pasti akan ada jalan.
Menurut pria asal Kota Banyumas, Jawa Tengah ini, di kelas pelajaran bahasa Jawa, ia kreasi agar para siswa menjadi tertarik. Anak-anak di zaman saat ini asing dengan Bahasa Jawa, karena di lingkungan keluarga dan masyarakat kurang membiasakan dalam penggunaan Bahasa Jawa. “Juga perlu dukungan orang tua, lisan bahasa Jawa perlu dibiasakan,” kata pria yang tinggal di Perumahan BCF Sidoarjo itu.
Menurut satu-satunya guru Bahasa Jawa di SMP PGRI 1 Buduran ini, dari sebuah penelitian, setiap tahun ada sekitar 600 an kosa kata Bahasa Jawa yang hilang . Ini dikarenakan, keluarga dan masyarakat tidak lagi membiasakan menggunakannya dalam bertutur kata.
“Apalagi aksara Jawa, jelas orang saat ini tidak terbiasa menggunakannya sehari-hari, hanya di sekolahan saja, maka banyak orang Jawa, buta dengan aksara Jawa,” katanya.
Orang di luar negeri, menurut Kusmoko, malah saat ini tertarik belajar Bahasa Jawa. Khususnya di Belanda, disana ada perpustakaan Bahasa Jawa. Kemudian di Australia, sempat ada Kongres Bahasa Jawa.
Agar siswa di sekolahan tertarik belajar Bahasa Jawa, dirinya kadang menerjemahkan bahasa Jawa dalam kegiatan yang ia lakukan. Misalnya saat menggelar acara Ketoprak. Tetapi tetap ada kosa kata Jawa yang tetap dipertahankan.
Kemudian, membuat sebuah Medsos yang kata-katanya disampaikan dalam Bahasa Jawa. Menurut dirinya, kalau para siswa tertarik, maka para siswa akan lebih mudah dalam belajar Bahasa Jawa.
Di SMP PGRI 1 Buduran, lanjut Kusmoko, juga membuat game wayang, tentang cerita Ramayana, yang bahasanya ada Jawa, Indonesia dan Inggris. Dirinya juga mentranslate Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia, agar para siswa lebih mengerti dan lebih mudah dalam belajar berbahasa Jawa. “Kata Ali bin Abu Tholib, didiklah anak-anakmu sesuai zamannya,” kata Kusmoko.
Dirinya di kelas ketika mengajar pelajaran Bahasa Jawa, juga bicara dan berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Jawa. Para siswa di kelas, komunikasinya juga dibiasakan berbahasa Jawa.
Dirinya minta komunikasi Bahasa Jawa yang didapat di sekolah, juga diterapkan di rumahnya masing-masing. Agar menjadi terbiasa dan menjadi budaya. “Belajar Bahasa Jawa itu tidak hanya belajar kosa kata dan belajar aksara saja, juga belajar bagaimana bersopan santun,” katanya.
Belajar Bahasa Jawa di sekolah, kata Kusmoko, merupakan kurikulum muatan lokal wajib. Mulai dari SD, SMPN/swasta dan SMAN/SMKN/Swasta. Ini tertuang dalam Pergub di 3 Provinsi. Yakni Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY. Diajarkan mulai kelas 1 hingga kelas 12.
Kalau sampai tidak melaksanakan jelas sebuah pelanggaran. Sementara sekolah yang berada dalam naungan Kemenag seperti MI dan MTS, kurikulum Bahasa Jawa ini tidak wajib. [kus.wwn]