Segenap atlet (dan ofisial) kontingen Indonesia, masih berupaya keras, lagu kebangsaan “Indonesia Raya” bisa bergema pada Olimpiade Paris 2024. Stadion Stade de France, di utara Paris, hingga kini belum mengibarkan bendera Merah – Putih. Tetapi masyarakat Asia patut menegakkan kepala, karena China menempati peringkat teratas perolehan medali (dengan 9 keping medaili emas). Harus diakui tidak mudah meraih podium tertinggi pada ajang olahraga multi even.
Dibutuhkan pembinaan sistemik dalam waktu panjang. Serta anggaran cukup besar. Namun akan terbayar sepadan dengan pengibaran bendera merah-putih podium tertinggi. Martabat bangsa (negara) turut terkatrol naik. Seperti yang terasa pada kemenangan Ganda Putri Bulutangkis Inonesia, Greysia Polii-Apriyani Rahayu. Sekaligus sejarah baru nomor Ganda Putri, bisa meraih emas Olympiade.
Persiapan panjang berlaga pada level Olympiade, dialami atlet nomor Lari 100 meter. Lalu Muhammad Zohri, sudah mengukir medali emas pada Kejuaraan Atletik yunior (U-20) di Finlandia, tahun 2018. Catatan waktu terbaiknya 10,18 detik. Pada Olympiade Tokyo, catatan waktunya melambat menjadi 10,26 detik. Finish posisi kelima. Konon pada ajang Grand Prix, Osaka, Jepang, 2019, Zohri bisa berlari lebih kencang. Mencatatkan waktu terbaiknya, 10,03 detik pada nomor 100 meter.
Jika konsisten dengan catatan waktu terbaiknya, Zohri bisa membawa pulang medali emas. Pada nomor Lari 100 meter, medali emas diraih atlet Afrika Selatan (Gift Leotlela) dengan catatan waktu 10,04 detik. Masalah yang dihadapi Muhammad Zohri, adalah, “teknologi olahraga.” Harus memperbaiki teknik posisi start. Problem yang sama dihadapi atlet angkat besi putri, Nurul Akmal, asal Aceh. Posisinya sudah melejit, sejak akhir tahun 2020. Tetapi menjadi peringkat ke-5 pada Olympiade Tokyo.
Total angkatannya 256 kilogram (115 kilogram snatch, dan 141 clean and jerk). Nurul Akmal, hanya perlu memperbaiki teknik (dan konsistensi) angkat barbel seberat 151 kilogram (clean and jerk). Sudah pernah dilakukan Nurul, saat kejuaraan IWF Wolrd Championships 2019, di Thailand. Teknologi olahraga patut menjadi evaluasi seksama pembinaan prestasi atlet. Termasuk rekrutmen pelatih bersertifikat global, bersertifikat, dan berprestasi.
Catatan kesertaan pada olimpiade yang lalu, Indonesia menempati urutan ke-55 (dengan 1 emas, 1 perak, dan 3 perunggu) di hari terakhir Olimpiade Tokyo 2020. Satu-satunya medali emas diperoleh Cabang Badminton, nomor Ganda Putri. Di stadion Musashino Sport Plaza, Tokyo, Jepang, lagu Indonesia Raya, bergema. Di dalam negeri, seluruh penonton televisi, juga bersorak. Sembari menitikkan air mata.
Pasangan Greysia Polii – Apriyani Rahayu, mengukir sejarah baru, meraih emas pertama sepanjang sejarah prestasi Ganda Putri dalam Olympiade. Artinya, setiap atlet, setiap Cabang olahraga, bisa mengukir prestasi meraih podium tertinggi. Perbaikan prestasi keolahragaan nasional telah mulai terbangun dengan bukti perolehan medali selain Cabor Buluangkis. Antara lain, Cabor Angkat Besi, telah meraih medali berturut-turut dalam 4 kali Olympiade, melalui atlet Eko Yuli Irawan.
Sudah dikoleksi 2 medali perak (Olympiade Tokyo, dan Olympiade Rio de Janeiro), dan 2 medali perunggu (Olympiade London 2012, dan Olympiade Beijing 2008). Masih terbuka untuk Eko Yuli Irawan, meraih medali emas pada Olympiade Paris 2024. Sekaligus menjadi “legenda” atlet Angkat Besi dunia. Harapan medali juga pada Pundak Nurul Akmal.
Teknologi olahraga patut menjadi evaluasi seksama pembinaan prestasi atlet. Niscaya berkonsekuensi dengan peng-anggaran pemerintah. Seyogianya DPR bersama pemerintah bisa meningkatkan anggaran keolahragaan pada periode mendatang untuk meraih podium tertinggi pada ajang Olympiade Los Angeles, dan Asian Games 2026.
——— 000 ———
