Oleh :
Ahmad Fatoni
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang
Suatu hari, Imam al-Ghazali bertanya kepada beberapa muridnya. Salah satu pertanyaan Sang Imam adalah: “Hai murid-muridku, tahukah kalian apakah yang paling jauh?” Para murid serentak menjawab, “bulan dan matahari, tuan guru”. Imam al-Ghazali memberi komentar, “benar bulan dan matahari adalah benda yang jauh, tetapi ketahuilah oleh kalian, sebenarnya yang paling jauh itu adalah masa lalu. Kalian tidak akan pernah dapat mengejar lagi masa lalu yang telah meninggalkan kalian. Karena itu, sebelum kalian menyesal, maka pergunakanlah waktu luang sebaik-baiknya”.
Demikian pesan Imam al-Ghazali tentang pentingnya menjaga waktu. Menurut Sang Imam, manusia tidak akan pernah sanggup mengejar sedetik waktu yang telah berlalu. Apa pun yang terjadi di masa lalu tidak mungkin kembali lagi. Akan tetapi, masa lalu menjadi sangat berharga sebagai bahan renungan untuk menatap masa depan yang lebih cerah.
Karena itu, acara pergantian tahun tidak sepatutnya dirayakan dengan pesta penuh hura-hura. Setiap berganti tahun, bertambah usia, berarti berkurang jatah hidup kita di dunia. Kita mestinya banyak merenung, melakukan introspeksi, dan berbenah diri dari segala kesalahan dan dosa. Hidup hari ini senyatanya lebih baik dari kemarin, menyongsong hari esok lebih baik dari hari ini. Demikian hakikat kehidupan.
Setiap pergantian tahun juga merupakan momentum yang sangat strategis untuk menakar kualitas hidup kita. Sebab keberhasilan atau kegagalan hidup kita terkait erat dengan bagaimana menggunakan waktu luang secara efektif dan produktif. Siapa pun yang memanfaatkan waktunya untuk kesuksesan, ia akan menjadi sukses. Sebaliknya, siapa saja yang menghabiskan waktunya untuk kegagalan, ia akan menjadi orang gagal.
Ada banyak kisah orang sukses yang memanfaatkan waktunya. Dan, hampir semua orang besar dan sukses adalah mereka yang memanfaatkan waktunya dengan baik. Mereka tidak mau ada waktu yang terbuang tanpa kebaikan dan kemanfaatan. Sebaliknya, orang gagal adalah orang yang tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik.
Toh yang membedakan kualitas umur seseorang adalah dari pemanfaatan waktu. Jika waktu seseorang habis dengan kerja-kerja intelektual, spiritual, dan kebermanfaatan, niscaya dia akan menjadi pribadi yang mulia. Imam Al-Ghazali menasihatkan agar setiap hari kita meluangkan waktu sesaat untuk menetapkan syarat kemuliaan jiwa. “Aku tidak memiliki barang dagangan kecuali umur. Jika ia habis, maka habislah modalku sehingga putuslah harapan untuk berniaga dan mencari keuntungan lagi. Allah telah memberiku tempo pada hari yang baru ini dengan memperpanjang usiaku.”
Waktu akan terus berjalan seiring dengan perputaran bulan mengitari matahari. Dalam pertukaran waktu, aneka peristiwa silih berganti mewarnai perjalanan hidup manusia. Itu sebabnya, jika seseorang tidak bisa menghargai waktu yang ia miliki, maka waktulah yang akan mengancam kehidupannya. Benar apa yang dikatakan sahabat Ali bin Abi Thalib, “waktu bagaikan pedang”. Jika seseorang enggan menggunakan waktunya semaksimal mungkin, waktu akan menebas kehidupannya.
Ada beberapa hal yang acap dilupakan manusia; apa arti hidupnya, ke mana ia akan kembali, lalu seberapa banyak bekal yang telah ia persiapkan untuk mati. Kesibukan dan rutinitas dunia sering membelenggu manusia dalam kehidupan mesin yang membuatnya tidak sempat lagi mengingat Tuhannya. Aneka gemerlap materi tidak jarang menyihir manusia menjadi makhluk-makhluk tak berguna.
Ketika banyak orang merayakan pergantian tahun baru dengan pesta-pora, saatnya kita terus berbenah diri. Saat resolusi 2025 sudah tertancap di dada, saat tekad menjadi lebih baik sudah menguat, saat target-target sudah terpancang, lalu apa yang harus diperbuat? Tentu kita tidak mau menjadi pengkhayal, yang berhenti hanya ingin ini dan ingin itu, punya impian ini dan punya impian itu.
Segala impian itu tidak akan pernah menjadi nyata jika kita diam saja. Kita tertuntut untuk melangkah menggapai semua impian. Kita perlu mencatat tanggal kapan harus dilaksanakan. Setiap diri kita mempunyai potensi untuk menjadi apa saja. Yang membedakan orang sukses adalah keberaniannya melihat kekurangan di masa lalu, lalu memperbaikinya di masa sekarang. Saatnya kini berhenti terlalu banyak bicara, berhenti terlalu banyak berpikir, dan berhenti mengeluhkan keadaan.
Jika terlalu banyak pertimbangan oleh keragu-raguan dan perasaan kuatir, sementara detik demi detik, menit ke jam, jam ke hari, begitu pula bulan begitu cepat berganti tahun, niscaya kita akan memetik segumpal sesal. Waktu pun terus berlalu, lembaran demi lembaran hidup terlewati. Coretan demi coretan amal kita lukis, kadang tanpa makna atau hanya sedikit berarti. Sembari belajar dari kekurangan di tahun 2024, saatnya sekarang kita hadapi tahun baru dengan perbaikan-perbaikan demi meraih segala mimpi dan cita-cita.
————- *** —————–