Oleh:
Dr. Sri Nathasya Br Sitepu, S.E., M.Ec.Dev.
Dosen IBM Universitas Ciputra Surabaya
Berjalan ke sebuah desa, di Kabupaten Sidoarjo, bernama desa Glagaharum. Saya bertemu dengan banyak ibu-ibu yang tersenyum kepada saya dengan ramah. Dalam pertemuan ini, mereka menceritakan kisahnya, berkeluh kesah tentang hidupnya. Kebanyakan dari mereka adalah ibu rumah tangga. Usia mereka masih produktif. Namun mereka terdesak kesulitan ekonomi. Suami mereka banyak yang tidak memiliki pekerjaan tetap, sehingga penghasilan untuk rumah tangganya di bawah UMR.
Hal ini membuat mereka khawatir dengan masa depan anak-anak mereka. Namun, ingin membantu pun mereka bingung. Hanya lulusan SMA, tidak punya pengalaman bekerja, masih harus mengurus rumah tangga pula. Apa yang harus mereka lakukan untuk memperbaiki nasib?
Di tengah percakapan itu, saya mencoba menggali lebih jauh, potensi apa yang mereka miliki? Benarkah mereka hanya ibu rumah tangga tanpa kemampuan apa-apa? Lalu tercetuslah sebuah jawaban. Menjahit. Ya, menjahit adalah salah satu keahlian yang mereka miliki dengan baik. Mereka bukan hanya mampu memperbaiki pakaian yang rusak, mereka bahkan sudah terbiasa untuk membuat pakaian sendiri. Berbagai model mereka kuasai, hanya berbekal belajar otodidak dan dari orang lain di sekitar mereka.
Pakaian yang paling sering mereka buat adalah busana muslim. Selain untuk digunakan sendiri, kadang mereka menerima pesanan dari kenalan, saudara, atau teman-teman lain.
Hal ini sesungguhnya peluang yang besar, namun apalah gunanya ada peluang jika tidak dikembangkan.
Berawal dari situ, saya bersama para mahasiswa di kampus saya datang kembali. Menawarkan sebuah program pendidikan informal bertajuk “Kampung Jahit Arumpreneur”. Mengadopsi pembelajaran entrepreneuship yang telah dijalankan di Universitas Ciputra, para ibu di desa Glagaharum kami bawa untuk belajar secara berkelompok. Diberikan pembekalan tentang pendirian bisnis, cara pemasaran produk, cara mengelola finansial, dan efisiensi produksi, para perempuan desa yang awalnya tertekan karena masalah ekonomi kini bisa tertawa sumringah. Mereka senang sekali, diberikan kesempatan belajar yang sulit mereka peroleh.
Mereka juga senang diberikan kesempatan berpraktik langsung melalui kegiatan-kegiatan seperti pembuatan platform e-commerce dan pameran. Dari kegiatan ini, kini mereka tahu bahwa mereka bukan hanya sekedar perempuan tanpa daya.
Dengan pendidikan yang berkualitas, meskipun di ranah informal, mereka mampu untuk menjadi penopang ekonomi keluarga, bahkan penyumbang bagi perkembangan ekonomi daerah.
Disinilah saya ingin berbagi. Tidak ada manusia yang tidak berguna. Tidak ada kehidupan yang begitu-begitu saja tanpa harapan.
Sesungguhnya setiap dari kita telah dikaruniai Tuhan berbagai hal baik untuk bisa kita kembangkan. Namun terkadang memang butuh kepedulian untuk saling membantu, guna mendorong kehidupan yang lebih baik bagi orang lain. Marilah kita yang saat ini berkecimpung di dunia pendidikan, melebarkan sayap kita untuk berbagi pendidikan bagi mereka yang masih sulit memperolehnya.
Dengan demikian fungsi kita sebagai pendidik tidak akan berhenti hanya di lingkungan pendidikan formal saja, namun akan membawa faedah bagi masyarakat yang lebih luas.
————– *** ————–