Laporan Climate Landscape Analysis for Children (CLAC) memperlihatkan anak-anak akan makin sering mengalami gangguan akibat perubahan iklim. Perubahan iklim yang berdampak kepada anak-anak itu dapat berupa peristiwa cuaca ekstrem, kekeringan dan banjir, serta kenaikan suhu dan kenaikan permukaan air laut.
Adaptasi terhadap perubahan iklim, bahkan krisis iklim, adalah keniscayaan. Adaptasi menjadi pilihan mendasar agar manusia, di mana pun di muka bumi ini, termasuk di Indonesia, tetap bisa menjalani hidup dengan aman dan nyaman.
Proses adaptasi terhadap perubahan iklim dilakukan pada skala terkecil, dalam kehidupan individu dan keluarga, hingga skala kebijakan negara dan hubungan antarnegara di tingkat internasional. Dalam proses adaptasi terhadap perubahan iklim itu perhatian khusus harus diberikan kepada anak-anak.
Mereka kini menjadi bagian populasi manusia yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Data Save the Children menunjukkan hampir 710 juta anak saat ini tinggal di negara-negara dengan risiko tertinggi terkena dampak krisis iklim, namun sesungguhnya setiap anak akan mewarisi Planet Bumi dengan kejadian cuaca ekstrem yang lebih sering terjadi dibandingkan sebelumnya.
Peristiwa ekstrem, termasuk kebakaran hutan, banjir, dan angin topan belakangan telah menjadi hal normal baru yang menakutkan. Suhu yang lebih panas, polusi udara, dan badai yang dahsyat menyebabkan bahaya langsung yang mengancam jiwa anak-anak, termasuk kesulitan bernapas, kekurangan gizi, dan risiko penyakit menular yang lebih tinggi.
Penyiapan diri harus sesegera mungkin dilakukan. Pemerintahan pusat maupun daerah perlu segera memberikan perhatian terhadap masalah ini. Rencana aksi harus segera disusun dan diterapkan agar upaya antisipasi perubahan iklim tidak kehilangan momentum.
Perubahan iklim dan krisis iklim harus dikenalkan di sekolah-sekolah sekaligus mengajarkan anak mengantisipasi dampak kepada mereka. Sejauh ini anak-anak di Indonesia masih berkutat dengan masalah-masalah mendasar, seperti gangguan pertumbuhan dan masalah kesehatan, perlindungan anak dari aneka kejahatan dan kekerasan, perlindungan dari eksploitasi, dan sebagainya.
Perlindungan anak dari dampak perubahan iklim belum sepenuhnya disadari atau dijadikan prioritas. Pembangunan kesadaran ini harus digerakkan di semua lini, tak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Berbagai unsur masyarakat bisa secara aktif memelopori kesadaran terhadap aneka dampak perubahan iklim dan kesadaran melindungi anak-anak dari dampak-dampak tersebut.
Berbagai kelompok sukarelawan (bukan sukarelawan politik) kemanusiaan bergerak atas inisiatif sendiri di berbagai bidang, seperti layanan ambulans, pertolongan darurat, penjagaan lingkungan di gunung, dan sebagainya. Gerakan seperti ini bisa diduplikasi dalam pembangunan kesadaran tentang dampak perubahan iklim dan perlindungan anak.
Semua pihak bisa menjadi inisiator memulai kesadaran itu dan memanfaatkan semua sumber daya. Dengan langkah-langkah demikian semoga kesadaran melindungi anak-anak dari dampak perubahan iklim bisa dibangun dan aksi nyata untuk itu bisa segera dilakukan.
———— 000 ————-