Surabaya, Bhirawa
Dosen Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (FIK Ubaya), membuat board game yang mengangkat Cerita Panji asal Jawa Timur bernama Kridha Wira Satya, Surabaya.
Dosen Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya, Guguh Sujatmiko, M.Ds., pembuatan board game ini dilatarbelakangi budaya tutur Cerita Panji yang kian lama makin menghilang di generasi saat ini.
“Berdasarkan riset, board game menjadi sarana yang paling menyenangkan dan bisa digunakan sebagai media menyalurkan nilai-nilai budaya asal Jawa Timur ini jadi jauh lebih baik, jelasnya.
Dilatarbelakangi budaya tutur Cerita Panji yang kian lama makin menghilang di generasi saat ini. Penyampaian budaya ini sebenarnya sudah dilakukan melalui beberapa media komunikasi visual. Namun, pesan hanya tersampaikan satu arah, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menikmatinya. Untuk itu saya adaptasi Cerita Panji ke dalam board game.
Paling menonjol dalam board game ini adalah terdapat miniatur (minis) yang menggambarkan empat tokoh Cerita Panji yakni Panji Asmorobangun, Dewi Sekartaji, Dewi Galuh, dan Butho Ijo dengan realistis. “Sesuatu yang abstrak dari budaya tutur tersebut, saat ini bisa dipegang secara langsung oleh audiens sebagai bentuk aktual di tangan mereka. Miniaturnya bisa jadi pajangan dan koleksi. Ini jadi unique selling point yang membedakan dengan board game lainnya, imbuh Guguh. Miniatur ini ada dua versi yaitu versi besar dengan ukuran sekitar 15 cm dan versi mini dengan ukuran sekitar 7 cm.
Guguh mengaku, hal inilah yang menjadi tantangan saat pengerjaan board game. Ia harus menggambarkan secara akurat bentuk visual tokoh seperti apa yang diceritakan oleh pujangga-pujangga pada masa Kerajaan Majapahit. Selain itu, alur permainannya pun memiliki makna filosofis Jawa terkait keseimbangan dan paradoks menang kalah yang menjadi keunikan tersendiri.
Cara permainannya adalah pemain akan dibagi menjadi dua tim, tim baik dan tim jahat. Tim baik terdiri dari Panji Asmorobangun dan Dewi Sekartaji, sedangkan tim buruk yaitu Dewi Galuh dan Butho Ijo. Kedua tim berusaha mengumpulkan energi sebanyak-banyaknya untuk memenangkan permainan. Tim yang berhasil mengumpulkan energi lebih tinggi adalah pemenangnya. Namun, di akhir permainan, pemain harus berhati-hati agar poin tim tidak berkurang karena serakah, itulah filosofi Jawa dari board game ini yang dapat dirasakan oleh pemain.
Board game dimainkan secara tim dan diperuntukkan untuk anak muda berusia 13 tahun ke atas. Kridha Wira Satya telah dimainkan oleh lebih dari 500 anak muda di Surabaya dan Bali dengan durasi satu kali permainan sekitar 10 menit.
“Ke depannya, Guguh akan bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Jawa Timur untuk menjadikan board game ini sebagai merchandise untuk tamu negara atau tamu luar negeri. Selain itu, ia juga akan bekerja sama dengan kafe agar penyebarannya dapat menyasar langsung ke anak muda.” Ujarnya.
Rencananya juga akan diberikan ke pengrajin. Bentuk miniatur ini bisa jadi role model. Jadi di setiap daerah di Jawa Timur maupun daerah lain punya perkembangan sendiri terkait miniaturnya. Harapannya, melalui board game Kridha Wira Satya, nilai-nilai luhur Cerita Panji bisa dipahami dan diaplikasikan ke kehidupan masyarakat. [ren.fen]