32 C
Sidoarjo
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Membangun Spirit Nasionalisme “Maung”


Oleh :
Oman Sukmana
Guru Besar FISIP dan Ketua Prodi Doktor Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagaimana dilansir dari sumber berita Kompas.Com (edisi Selasa, 29 Oktober 2024), Saat memberikan arahan dalam program retreat bagi anggota Kabinet Merah Putih (KMP) di sebuah “Kawah Candradimuka” Kampus Akademi Militer (Akmil) Magelang, Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan para Menteri, Wakil Menteri, dan pejabat tinggi negara lainnya anggota Kabinet Merah Putih (KMP) agar menggunakan mobil “Maung” sebagai kendaraan dinas resmi. “Arahan Pak Prabowo waktu retret agar seluruh menteri, wakil menteri, dan kepala badan menggunakan mobil dinas Maung buatan Pindad,” ujar Hasan Nasbi, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan.

Sebagaimana kita ketahui Mobil “Maung” adalah kendaraan produksi dalam negeri yang dibuat oleh PT Pindad (Perindustrian TNI Angkatan Darat). Informasi yang dilacak dari sumber Pindad.Com, disebutkan bahwa Maung adalah kendaraan taktis ringan 4×4 produksi PT Pindad yang ditujukan untuk mendukung operasi untuk mendukung operasi pertempuran jarak dekat dan jelajah medan sulit. Mobil Maung didesain untuk memiliki kemampuan manuver yang gesit dan handal untuk mendukung mobilitas penggunanya di berbagai medan operasi. Maung memiliki kecepatan aman 120 km/jam, transmisi manual 6 speed dan mampu menjangkau jarak tempuh hingga 800 km. Maung dapat dilengkapi dengan braket senjata 7,62 mm, konsol senjata SS2 V4, perangkat GPS navigasi dan tracker kendaraan serta perlengkapan lainnya.

“Maung” dalam bahasa Sunda merujuk pada nama sebuah hewan, yakni Harimau, dimana Harimau merupakan hewan yang dikenal sebagai simbol kekuatan dan keberanian. Maung sering kali diangkat dalam berbagai cerita rakyat dan mitologi Sunda, melambangkan sifat-sifat gagah dan tak tergoyahkan (Gustaman & Koeruman, 2019). Selain itu, Maung juga menjadi bagian dari budaya lokal, dengan berbagai seni dan lagu yang mengisahkan keagungan hewan ini. Dalam konteks kehidupan sehari-hari masyarakat Sunda, istilah “Maung” bisa juga digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki karakter yang kuat dan berani dalam menghadapi tantangan.

Berita Terkait :  Kelola Tambang untuk Kesejahteraan Sosial

Instruksi Presiden Prabowo tentang penggunaan mobil Maung sebagai mobil dinas kabinet Merah Putih merupakan langkah simbolis yang kuat dalam upaya membangun nasionalisme bangsa Indonesia. Sebagai Purnawiran Jendral yang pernah ditempa dalam pendidikan Akademi Militer (Akmil) Magelang, maka jiwa nasionalisme Presiden Prabowo sudah dibentuk sejak masih menjadi Taruna Akmil. Patriotisme dan cinta tanah air yang tertanam dalam jiwa Presiden Prabowo sudah tidak perlu diragukan lagi.

Salah satu upaya memperkuat dan menanamkan rasa nasionalisme adalah dengan cara menghargai dan mencintai produk bangsa sendiri. Mobil “Maung” merupakan hasil karya anak bangsa, mencerminkan semangat kemandirian dan inovasi dalam industri otomotif nasional. Maka, dengan menjadikan Maung sebagai kendaraan dinas resmi para Menteri Kabinet Merah Putih (KMP), Presiden Prabowo ingin mengajak masyarakat untuk mencintai dan menggunakan karya dalam negeri, memperkuat rasa kebanggaan dan identitas nasional, serta mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan industri dalam negeri. Oleh karena itu, “Maung” bukan sekadar kendaraan, tetapi juga representasi dari cita-cita dan aspirasi bangsa yang berdaulat dan mandiri.

Dalam kajian literature, istilah nasionalisme berasal dari kata nation (bangsa), yang dapat dipahami sebagai gejala psikologis berupa rasa persamaan dari sekelompok manusia yang menimbulkan kesadaran sebagai bangsa. Nasionalisme adalah suatu paham atau ideologi yang menekankan pada cinta dan kesetiaan terhadap suatu bangsa dan negara. Nasionalisme mencakup rasa kebanggaan terhadap budaya, sejarah, dan identitas bangsa, serta semangat untuk memperjuangkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Dewasa ini ada kekhawatiran terjadinya ancaman pengikisan nasionalisme bangsa Indonesia yang muncul dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Ancaman eksternal terkait globalisasi yang semakin pesat, misalnya, seringkali membawa masuk budaya asing yang dapat mengikis nilai-nilai lokal dan identitas nasional.

Berita Terkait :  Sentimen Anti Jepang Sedang Menguat di China?

Nasionalisme bukan hanya sekedar ucapan saja, tetapi juga harus berwujud dalam suatu tindakan atau perilaku. Menurut penulis, salah satu wujud dari rasa nasionalisme adalah dengan cara mencintai dan menggunakan produk dalam negeri sebagai hasil karya anak bangsa. Maka efek domino dari kebijakan Presiden Prabowo terkait agar para Menteri, Wakil Menteri, dan pejabat tinggi anggota Kabinet Merah Putih (KMP) untuk menggunakan “Maung” sebagai mobil dinas resmi adalah akan mendorong munculnya perilaku imitasi dari rakyat Indonesia dalam mencintai dan menggunakan mobil “Maung”.

Pembentukan perilaku dalam perspektif psikologi sosial, bisa dijelaskan melalui konsep teori imitasi (peniruan). Imitasi merupakan teknik pengembangan tingkah laku individu dengan meniru dari apa yang ditafsirkannya melalui observasi terhadap suatu model yang menjadi objek observasinya. Manusia melakukan prinsip peniruan suatu aksi dengan memahami tujuan aksi dan diarahkan oleh pencapaian target tujuan (goal). Para pejabat pemerintah adalah model yang baik bagi rakyat Indonesia. Dalam konteks “Maung”, maka perilaku para pejabat Negara yang mencintai dan menghargai “Maung” adalah sebagai model yang akan di imitasi (ditiru) oleh rakyat Indonesia secara. Maka “Maung” akan menjadi sebuah indentitas nasional baru bagi bangsa Indonesia yang akan memperkuat rasa nasionalisme.

Nasionalisme adalah sebuah perilaku yang bisa dibentuk, bukan sebagai factor hereditas (warisan) belaka atau faktor kesejaharan belaka Dalam pandangan aliran behaviorsime, pembentukan perilaku sebagai hasil dari interaksi antara individu dan lingkungan mereka, di mana perilaku dipelajari melalui proses penguatan dan hukuman. Dalam pandangan ini, perilaku tidak dipengaruhi oleh faktor internal seperti pikiran atau emosi, melainkan oleh stimulus eksternal yang ada di sekitar individu. Behaviorisme menekankan pentingnya observasi dan pengukuran perilaku yang dapat diamati secara langsung.

Berita Terkait :  Literasi Finansial dalam Kurikulum Merdeka

“Merah-Putih” adalah sebuah spirit nasionalisme bangsa Indonesia, yakni spirit nasionalisme “Merah-Putih”. Menanamkan jiwa dan perilaku nasionalisme merupakan sebuah proses yang secara terus menerus dan konsisten harus dilakukan. Era pemerintaha baru Presiden Prabowo, memunculkan harapan akan semakin tumbuh secara kuat jiwa dan perilaku nasionalisme bangsa Indonesia. Maka “Marilah kita bangun spirit nasionalisme bangsa Indonesia dengan mencintai dan menggunakan Maung”ā€¦(*)

———— *** —————

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img