Kota Blitar, Bhirawa
Peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA), Ketua Umum PDI Perjuangan yang juga Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri hadir dan juga menyampaikan materi pada peringatan 70 tahun KAA yang digelar di Museum Bung Karno, kompleks Makam Bung Karno, Kota Blitar, Sabtu (1/11) kemarin.
Bahkan turut hadir mendampingi Megawati antara lain Puti Guntur Soekarno, Romy Soekarno, Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, serta jajaran pengurus DPP, DPD, dan DPC PDI Perjuangan se-Jawa Timur.
Hadir pula akademisi ternama Connie Rahakundini Bakrie, sejumlah rektor perguruan tinggi, serta perwakilan negara sahabat, Bupati dan Wakil Bupati Blitar.
Megawati dalam sambutannnya menyampaikan pidato bernas mengenai warisan pemikiran Bung Karno yang tetap relevan hingga kini, Dimana menurutnya Bung Karno bukan hanya sosok ayah, melainkan juga seorang guru bangsa dan pejuang sejati yang gagasannya melampaui zamannya.
“Bung Karno besar di Blitar, Bung Karno memperoleh 26 gelar Honoris Causa dan juga professor, bahkan di Blitar Adalah tempat di mana karakter dan nasionalismenya tumbuh. Ibu Bung Karno berasal dari Bali, dan dari sana lahir filosofi Twat Tam Asi, yang artinya aku adalah kamu, kamu adalah aku. Itulah semangat kemanusiaan sejati,” kata Megawati.
Selain itu Megawati juga menegaskan sikap politik luar negeri Indonesia yang konsisten mendukung kemerdekaan Palestina, sebagaimana diamanatkan oleh Bung Karno. Ia menegaskan bahwa kedaulatan adalah hak mutlak setiap bangsa.
Kemudian menyinggung perkembangan teknologi, Megawati mengingatkan agar generasi muda tidak terbuai oleh kecanggihan Artificial Intelligence (AI).
“AI tidak lebih hebat dari otak manusia, karena otak adalah ciptaan Tuhan. Jangan tergila-gila dengan AI, karena jika tidak hati-hati, ia bisa menjadi bentuk baru imperialisme,” terangnya.
Megawati juga berbagi kisah perjalanan hidupnya. Ia mulai terjun ke dunia politik sejak usia 14 tahun dan mengagumi tokoh dunia seperti Khrushchev dari Rusia yang menurutnya berani dan berpandangan jauh ke depan.
Ia menambahkan, Bung Karno selalu berpikir futuristik. Pidato Bung Karno ‘To Build The World Anew’ menggambarkan cita-cita besar untuk membangun dunia yang lebih adil dan beradab.
“Pancasila yang beliau rumuskan adalah persembahan bagi dunia karena nilai ketuhanan dan kemanusiaannya bersifat universal,” jelasnya.
Megawati kemudian berpesan kepada generasi muda agar memahami pentingnya geopolitik sebagai penentu arah masa depan bangsa.
“Anak muda jangan kuper. Kalian harus paham geopolitik, karena itu yang menentukan apakah bangsa ini berdiri tegak atau tidak,” tegasnya.
Dalam pidatonya, ia juga menyoroti sistem internasional yang menurutnya masih timpang. Ia mempertanyakan dominasi lima negara yang memiliki hak veto di PBB – Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, dan Tiongkok yang dianggapnya sudah tidak relevan dengan semangat keadilan global.
“Pola pikir dunia harus diubah. Semua negara seharusnya punya hak yang sama dalam mengambil keputusan internasional,” pungkas Megawati sebagai penutup pidatonya. [htn.dre]


