25 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Mahasiswa UMM Kembangkan Pelet Biomassa dari Limbah Ranting untuk Energi Alternatif


Kota Malang, Bhirawa
Kelangkaan gas elpiji (LPG) yang kerap melanda masyarakat pedesaan mendorong sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk mencari solusi energi alternatif. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa – Riset Eksakta (PKM-RE), mereka meneliti potensi limbah pangkasan tanaman seperti ranting kopi dan alpukat untuk diolah menjadi pelet biomassa.

Tim peneliti yang diketuai oleh Bangkit Utomo Putro dan dibimbing oleh Naresvara Nircela Pradipta, S.Hut., M.Sc., beranggotakan I Gusti Agung Ayu Ary Indah Febriani, Kevin Abimanyu Prakoso, Muhammad Nur Fajar, dan Nina Febriansari. Riset mereka bertajuk “Eksplorasi Sifat Psiko-termal dan Flame Emission Spectrum Pelet Biomassa Spesies Fast Growing di Malang sebagai Energi Alternatif Masyarakat Desa Hutan” telah mencapai 80 persen progres pengerjaan.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dua persoalan utama. Secara global, peningkatan gas rumah kaca (GRK), khususnya CO?, menjadi ancaman serius terhadap lingkungan. Pemerintah merespons melalui program FOLU NET SINK 2030 yang dijalankan oleh Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Malang sejak 2019, melibatkan 133 desa hutan. Di sisi lain, masyarakat desa hutan menghadapi kelangkaan LPG sebagai sumber energi utama rumah tangga.

Melihat potensi limbah dari tanaman fungsional hasil program penanaman tersebut, tim UMM melihat peluang untuk mengolahnya menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan. “Kami ingin membuktikan bahwa limbah pangkasan seperti cabang dan ranting bisa menjadi solusi energi yang efektif dan ramah lingkungan,” ujar Bangkit Utomo Putro.

Berita Terkait :  Genjot Keterserapan Kerja Lulusan SMK, Jatim Kirim 3.186 Siswa SMK Ikuti Program Magang Kerja Luar Negeri

Inovasi ini memanfaatkan biomassa hasil pangkasan seperti cabang, ranting, dan daun untuk diolah menjadi pelet bahan bakar. Namun, tim menyadari bahwa tidak semua jenis tanaman menghasilkan emisi yang aman bagi kesehatan, sehingga riset mendalam sangat diperlukan.

Hasil uji coba menunjukkan bahwa pelet dari cabang alpukat memiliki kadar air tertinggi (27,33%), yang dapat mengurangi panas pembakaran. Sebaliknya, pelet dari cabang kopi menunjukkan kadar abu terendah (3,2%), menandakan residu pembakaran yang lebih bersih dan performa yang lebih baik.

Melalui riset ini, tim berharap dapat membantu masyarakat desa hutan mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan menekan emisi karbon. Mereka juga berharap dapat terus berinovasi secara kolektif untuk masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. [mut.wwn]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru