Mojokerto, Bhirawa
Ketika sebagian besar orang memandang desa sebagai tempat untuk sekadar beristirahat dari hiruk-pikuk kehidupan kota, kami justru melihatnya sebagai ladang pembelajaran yang penuh potensi. Desa Nogosari, yang terletak di Kecamatan Pacet, Mojokerto, bukan hanya sekadar lokasi penempatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Bagi kami, desa ini adalah sebuah cermin yang memantulkan berbagai potensi lokal yang selama ini tersembunyi, terutama potensi yang berasal dari ubi ungu.
Ubi ungu, makanan yang seringkali hadir di meja makan sebagai camilan atau lauk sederhana, ternyata menyimpan peluang ekonomi yang jauh lebih besar dari sekadar kandungan gizi yang biasa kita kenal. Masyarakat Nogosari, dengan tradisi pertaniannya yang kuat, selama ini sudah terbiasa mengolah ubi ungu menjadi berbagai sajian tradisional seperti ubi rebus atau ubi kukus. Namun, di balik pengolahan yang terbilang sederhana ini, kami melihat adanya ruang besar untuk inovasi, kreativitas, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa.
Menemukan Potensi Tersembunyi
Ubi ungu di desa ini bukan hanya sekadar bahan pangan lokal, tetapi juga sebuah komoditas yang bisa menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat setempat. Kami, mahasiswa KKN dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, melihat potensi ini dengan cara yang berbeda.
Alih-alih hanya mengandalkan produk olahan yang biasa dijual di pasar tradisional, kami mengusung semangat untuk menciptakan produk baru yang lebih inovatif, menarik, dan bernilai jual tinggi.
Selama pelaksanaan KKN, kami menemukan bahwa banyak warga Nogosari yang sudah memiliki semangat berwirausaha, namun mereka menghadapi kendala besar dalam hal pengolahan produk, pemasaran, serta perhitungan modal usaha. Banyak dari mereka yang sudah memiliki keterampilan memasak, namun belum tahu bagaimana cara mengemas produk agar terlihat lebih menarik atau bagaimana memperkirakan harga jual yang tepat. Inilah yang kemudian mendorong kami untuk menciptakan sebuah program pemberdayaan yang tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi juga memberi mereka alat untuk mengembangkan usaha mereka sendiri.
Kolaborasi dengan UMKM Lokal
Kami berkolaborasi dengan Ibu Indra, seorang pelaku UMKM lokal yang sudah berpengalaman dalam membuat aneka jajan pasar. Ibu Indra dikenal di kalangan warga setempat karena keahliannya dalam mengolah bahan-bahan tradisional menjadi jajanan yang lezat dan mudah ditemukan di pasar. Bersama beliau, kami merancang beberapa produk olahan berbahan dasar ubi ungu yang tidak hanya enak, tetapi juga memiliki nilai tambah yang dapat dijual ke pasar yang lebih luas.
Dari kerja sama ini, lahirlah tiga produk unggulan yang kami percaya akan menarik minat konsumen: bola ubi isi keju, lumpia ubi ungu kukus kelapa, dan biji salak fla santan. Masing-masing produk tersebut dirancang dengan mempertimbangkan cita rasa lokal yang sudah familiar di lidah masyarakat, namun dikemas dalam bentuk yang lebih menarik dan modern. Bola ubi isi keju, misalnya, menggabungkan kelembutan ubi ungu dengan gurihnya keju di dalamnya, sementara lumpia ubi ungu kukus kelapa memberikan rasa yang lebih segar dan ringan.
Sementara itu, biji salak fla santan merupakan inovasi yang memadukan rasa manis ubi ungu dengan santan, menciptakan pengalaman rasa yang lebih kaya. Kami tidak hanya fokus pada rasa, tetapi juga mengajarkan mereka pentingnya pengemasan yang menarik dan cara promosi yang efektif.
Pelatihan dan Pembekalan untuk UMKM
Selain berfokus pada inovasi produk, kami juga memberikan pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengelola usaha mereka. Salah satu fokus utama pelatihan kami adalah bagaimana mengolah ubi ungu agar bisa diproduksi dalam skala yang lebih besar tanpa mengurangi kualitas rasa.
Kami juga mengajarkan cara mengemas produk dengan baik dan benar, agar lebih menarik bagi konsumen dan lebih tahan lama. Misalnya, kami mengenalkan penggunaan kemasan yang ramah lingkungan dan memiliki desain yang menarik, karena kami sadar bahwa kemasan yang menarik dapat meningkatkan daya tarik produk di pasar.
Selain itu, kami juga membantu masyarakat dalam perhitungan modal usaha, sebuah aspek yang sering kali diabaikan oleh banyak pelaku UMKM, terutama yang baru memulai usaha. Dalam sesi pelatihan ini, kami menjelaskan bagaimana menghitung biaya produksi, menentukan harga jual, dan mengelola keuangan dengan baik. Tujuan kami adalah memberikan keterampilan yang tidak hanya berguna selama KKN, tetapi juga dapat diterapkan dalam jangka panjang untuk mengembangkan usaha mereka lebih lanjut.
Menjangkau Pasar yang Lebih Luas
Kami percaya bahwa produk olahan ubi ungu yang telah kami bantu kembangkan memiliki potensi untuk memasuki pasar yang lebih luas, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga di pasar yang lebih besar. Salah satu tantangan terbesar yang kami hadapi adalah bagaimana memperkenalkan produk-produk ini ke khalayak yang lebih luas. Oleh karena itu, kami juga memberikan pelatihan mengenai pemasaran digital, termasuk cara memanfaatkan media sosial untuk promosi produk. Dengan memanfaatkan platform seperti Instagram atau Facebook, produk olahan ubi ungu ini dapat lebih mudah dikenal oleh konsumen dari berbagai daerah.
Tidak hanya itu, kami juga mendorong masyarakat untuk berkolaborasi dengan UMKM lain di sekitar mereka, menciptakan jejaring yang saling mendukung, dan memperkenalkan produk mereka pada pasar yang lebih besar, baik secara online maupun offline. Dalam hal ini, penting bagi mereka untuk tidak hanya mengandalkan pasar tradisional, tetapi juga menjelajahi peluang yang ada di pasar digital.
Mengarahkan Potensi Lokal ke Puncak Keberhasilan
Inisiatif kami di Desa Nogosari ini adalah contoh bagaimana pemberdayaan ekonomi tidak harus datang dari luar desa, tetapi bisa tumbuh dari dalam diri masyarakat itu sendiri. Kami tidak datang untuk membawa perubahan besar yang instan, melainkan untuk menggali potensi yang ada dan memberikan mereka alat untuk mengembangkannya.
Keberhasilan dari program ini tidak hanya terletak pada penciptaan produk baru, tetapi pada bagaimana masyarakat Nogosari mampu melihat ubi ungu bukan hanya sebagai komoditas tani, melainkan sebagai peluang bisnis yang dapat meningkatkan perekonomian mereka. Harapan kami, semangat yang kami tanamkan selama KKN ini akan terus tumbuh dan berkembang, membuka jalan bagi desa Nogosari untuk menjadi salah satu desa yang dikenal karena inovasi kulinernya yang berbahan dasar ubi ungu.
Semoga inisiatif ini menjadi contoh bagi desa-desa lainnya, bahwa dengan semangat kolaborasi, kreativitas, dan pemberdayaan, potensi lokal bisa diubah menjadi peluang ekonomi yang bernilai. [*]


