Gresik, Bhirawa
Ketua DPRD Gresik, M Syahrul Munir merasa prihatin setelah melihat kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) Ngipik. Tumpukan sampah dengan luas lahan yang ada sudah sangat overload sehingga Gresik darurat sampah.
“Setiap hari sekitar 150 ton sampah masuk ke TPA Ngipik, namun hanya sekitar 10 persen yang bisa dipilah dan diolah. Sisanya menumpuk dan ditimbun, karena keterbatasan sarana dan prasarana,” ujar M Syahrul Munir usai sidak.
Masalahnya, karena sampah dari rumah tangga masih bercampur antara sampah organik dan anorganik. Misalnya sampah sisa makanan, sampah kering masih bercampur plastik dan lainnya. Ini menyulitkan proses pemilahan di TPA.
Problemnya, fasilitas pemilahan dan tempat sampah terpilah sangat minim. Sementara volume sampah terus meningkat, hingga melebihi kapasitas tampung. Pekerja di lapangan pun mengaku kewalahan, pekeja mengaku kesulitan memilah sampah yang sudah tercampur.
“Masalah tidak bisa hanya diselesaikan di hilir. Dimulai dari hulu yaitu rumah tangga, pengolahan harus dilakukan secara mikro di unit terkecil masyarakat. Mengajak masyarakat mulai di tingkat RT dan RW, membangun kesadaran memilah sampah dari rumah tangga sebagai langkah awal penanganan lebih efektif.” ungkapnya. [kim.kt]


