31 C
Sidoarjo
Wednesday, March 12, 2025
spot_img

Keterampilan AI, Harga Mati di Era Digital

Oleh :
Muhammad Yusuf
Dosen PPKn Universitas Muhammadiyah Malang

Di tengah arus revolusi digital yang melaju pesat, keterampilan Artificial Intelligence (AI) bukan lagi sekadar nilai tambah, melainkan kebutuhan mendesak. Perusahaan-perusahaan kini berlomba mencari individu yang tidak hanya mampu memahami, tetapi juga menerapkan AI dalam berbagai lini pekerjaan. Di sisi lain, mereka yang abai akan keterampilan ini mulai tertinggal, digantikan oleh teknologi yang semakin cerdas. Era digital telah memaksa kita untuk beradaptasi atau tergilas terhadap perubahan, hingga akhirnya menjadikan keterampilan AI sebagai “harga mati” bagi siapa saja yang ingin bertahan dan berkembang di dunia kerja masa kini.

Peningkatan permintaan tenaga kerja
Seiring dengan perkembangan teknologi AI beberapa tahun terakhir, dunia kerja mengalami transformasi besar. Permintaan akan tenaga kerja yang memiliki keterampilan AI terus meningkat di berbagai sektor, mulai dari industri manufaktur, kesehatan, pendidikan, hingga keuangan. Perusahaan tidak lagi hanya mencari kandidat dengan kemampuan konvensional, tetapi juga individu yang mampu memahami, mengembangkan, dan mengimplementasikan solusi berbasis AI. Keterampilan seperti pemrograman AI, analisis data, dan machine learning kini menjadi keahlian yang paling dicari.

Menurut Microsoft’s Work Trend Index 2024, keterampilan AI telah menjadi prioritas utama bagi para pemimpin di Indonesia dalam melakukan perekrutan dengan 69% menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut kandidat yang tidak memiliki keterampilan AI, terlepas dari keterampilan lainnya. Selain itu, sebanyak 76% cenderung lebih memilih kandidat dengan pengalaman yang lebih sedikit namun handal dalam menggunakan AI, daripada kandidat yang lebih berpengalaman namun tanpa keterampilan AI,(Kompas,16/12/2024).

Berita Terkait :  Tingkatkan Wawasan Perbankan, Pemkab Mojokerto Ngangsu Ilmu BPR Jombang

Itu artinya, tanpa kemampuan AI, individu berisiko tertinggal dalam persaingan global, sementara mereka yang menguasainya justru memiliki peluang besar untuk meraih kesuksesan di era digital. Fenomena ini tidak hanya terjadi di negara maju, tetapi juga merambah ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Perusahaan lokal maupun multinasional mulai berlomba mencari talenta yang mampu mengintegrasikan teknologi AI untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Namun, realitas di lapangan menunjukkan adanya kesenjangan antara kebutuhan industri dan ketersediaan tenaga kerja yang memiliki keterampilan tersebut.

Oleh karena itu, investasi dalam pendidikan, pelatihan, dan pengembangan keterampilan AI menjadi langkah krusial untuk memastikan tenaga kerja siap menghadapi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang di era digital ini. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor swasta memiliki peran penting dalam menjembatani kesenjangan ini. Kurikulum pendidikan harus segera beradaptasi dengan memasukkan pembelajaran berbasis AI, baik dalam teori maupun praktik. Selain itu, program pelatihan ulang (reskilling) dan peningkatan keterampilan (upskilling) bagi tenaga kerja juga harus digencarkan, sehingga mereka mampu mengikuti perkembangan teknologi yang begitu cepat. Dengan demikian, semakin jelas bahwa keterampilan AI bukan lagi pilihan, melainkan keharusan bagi siapa saja yang ingin tetap eksis dan berdaya saing ditengah derasnya arus transformasi digital.

Antisipasi ketertinggalan dalam menguasai AI
Di era digital yang penuh disrupsi, ketertinggalan dalam menguasai teknologi, khususnya AI, dapat menjadi penghambat utama bagi daya saing individu maupun perusahaan. Individu yang tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi akan kesulitan bersaing di pasar kerja yang semakin menuntut keahlian berbasis digital. Hal yang sama berlaku bagi perusahaan; mereka yang lambat mengadopsi teknologi AI akan mengalami penurunan produktivitas, kehilangan efisiensi, bahkan tertinggal dari kompetitor yang lebih inovatif. Ketertinggalan ini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang peluang dimana kemampuan untuk memanfaatkan AI dapat membuka jalan menuju pertumbuhan, sedangkan ketidakmampuan menguasainya berujung pada stagnasi atau kemunduran. Untuk mengantisipasi ketertinggalan dalam menguasai AI, individu dan perusahaan harus mengambil langkah-langkah konkret untuk mempersiapkan diri menghadapi perkembangan teknologi.

Berita Terkait :  Temukan Harga Cabai Rawit Kriting Merah Rp120 Ribu Per kilogram di Kota Pasuruan

Bagi individu, solusi pertama adalah pendidikan berkelanjutan. Mengikuti pelatihan, kursus daring, dan sertifikasi dalam bidang AI dapat membantu meningkatkan pemahaman dan keterampilan. Selain itu, pengembangan keterampilan praktis dengan melakukan proyek AI kecil, seperti pengolahan data atau pembuatan model machine learning, juga sangat penting. Ini akan memberikan pengalaman langsung yang lebih mendalam. Individu juga perlu aktif dalam berjejaring dengan komunitas AI untuk berbagi pengetahuan dan mempelajari tren terbaru dalam teknologi tersebut.

Bagi perusahaan, langkah pertama yang bisa diambil adalah investasi dalam pelatihan karyawan. Program pelatihan internal yang fokus pada pemahaman dan aplikasi AI dapat membantu karyawan beradaptasi dengan teknologi baru. Selain itu, perusahaan dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan untuk menyediakan program magang atau kerja sama riset yang mempertemukan tenaga kerja dengan teknologi terbaru. Perusahaan juga dapat mengadopsi teknologi AI secara bertahap, dengan mengidentifikasi area yang paling membutuhkan automasi dan memanfaatkan alat berbasis AI untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Secara lebih luas, untuk memastikan adopsi AI yang menyeluruh, penting juga bagi pemerintah untuk menyusun kebijakan yang mendukung transformasi digital dengan menyediakan insentif fiskal bagi perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi AI dan mengimplementasikan program pendidikan berbasis AI di tingkat sekolah dan universitas untuk menciptakan talenta masa depan yang siap menghadapi tuntutan pasar global.

Berita Terkait :  Pemkot Dukung PSN SWL di Pesisir Surabaya

Dengan langkah-langkah ini, kita bisa membangun masyarakat yang lebih siap dan lebih kompeten dalam menghadapi tantangan digital, mengurangi kesenjangan keterampilan, dan memperkuat daya saing dalam menghadapi era AI yang semakin mendominasi. Selain langkah-langkah tersebut, penting bagi individu dan perusahaan untuk terus memantau dan menilai kemajuan mereka dalam menguasai AI, serta mengadaptasi strategi mereka sesuai dengan perkembangan teknologi yang terus berubah. Selain itu, kolaborasi antara sektor publik dan swasta untuk menciptakan akses yang lebih luas terhadap pelatihan AI juga sangat penting, agar tidak ada pihak yang tertinggal dalam menghadapi transformasi digital. Melalui upaya kolektif ini, kita dapat menciptakan ekosistem yang lebih inklusif, di mana semua elemen masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi dalam revolusi AI.

————- *** —————

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru