27 C
Sidoarjo
Monday, December 15, 2025
spot_img

Kesenjangan Sosial Melahirkan Perbedaan Mendasar

Oleh:
Heny Agung Wibowo
Guru Sosiologi SMAS Al-Izzah Kota Batu

Masyarakat saat ini lebih mementingkan kehidupan pribadi daripada kehidupan sosial yang ada disekitar mereka. Bahkan, dari mereka sudah banyak yang tidak memperhatikan keadaan orang-orang disekitanya. Kenyataan seperti inilah yang membuat kita seperti hidup dalam hutan yang semuanya hanya bisa kita lakukan sendiri, padahal hakikatnya kita adalah mahluk sosial. Mahluk sosial merupakan bagian yang tidak pernah bisa kita lepaskan dari dalam diri kita, dan konsekuensinya adalah kita tidak bisa hidup sendiri bahkan membutuhkan bantuan dari siapapun dan dimanapun. Fakta ini yang mengahruskan kita akan sadar bahwa eksistensi diri kia sebagai manusia tidak hanya pada lingkup individu saja, melainkan sebagai mahluk yang penuh dnegan ketergantungan.

Selain sebagai mahluk sosial, kita adalah manusia dengan segala keunikan dan jenis yang berbeda-beda, yang tidak kemudian membuat kita menjadi angkuh dan tidak membutuhkan orang lain. Melainkan perbedaan mendasar itu menjadikan kita sadar kita berbeda untuk mengisi kekosongan orang lain disekitar kita, perbedaa itu jelas nampak pada fisik, sikap, budaya, dan lain sebagainya. Realitas sosial yang terjadi saat ini membentuk sebuah pola yang akhirnya menjadi kebiasaan di masyarakat, kebiasaan-kebiasaan tersebut berakibat kepada perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat saat ini. Sebenarnya, perubahan sosial yang terjadi saat ini merupakan bagian dari fenomena sosial yang bisa saja diminimalisir dan diantisipasi demi terjaganya keseimbangan sosial.

Ada beberapa pola mendasar yang menjadikan perbedaan itu menjadi masalah, dikarenakan kita tidak memahami konsep sosial dan analisis pokok dari perbedaan yang ada, sehingga masalah yang sering terjadi dari dulu sampai sekarang hanya berputar pada lingkup yang bersifat mendasar dan tidak ada penyelesaianya. Karena ketika kita mengetahui sebab-sebab tersebut diharapakan agar kita bisa lebih toleran atau menghargai keadaan orang disekitar kita, diantara konsep mendasar tersebut adalah Diferensiasi, Stratifikasi, dan Multidimensi, dan Heterogenitas.

Diferensiasi sosial adalah suatu bentuk pengklasifikasian atau pengelompokan sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat secara horizontal atau sejajar dan tidak bertingkat, artinya pengelompokan ini hanya pada perbedaan-perbedaan yang sifatnya sejenis atau sama saja. Seperti halnya yang sejenis atau sama adalah perbedaan suku bangsa, rasa, agama, dan klan/keturunan. Klasifikasi secara suku bangsa ditunjukkan dengan banyaknya suku bangsa yang ada di Indonesia dari mulai Sabang sampai Merauke. Sedangkan, dari segi Agama yang ada di Indonesia saat ini yang diakui oleh pemerintah ada 6, yaitu Islam, Kristen Protestan, Hindhu, Budha, dan Kong Hucu. Diferensiasi secara ras ditunjukkan pada keadaan yang ada di dunia, seperti ras mongoloid yang berkulit kuning sampai sawo matang, rambut lurus, mata sipit dan banyak tersebar di Asia Tenggara, Asia Selatan dan Timur. Kemudian ras Kaukaosid yang berkulit putih, tubuh jangkung, berhidung mancung. Kemudian ras Negroid yang berkulit hitam dan rambut kriting dan tersebar di benua Afrika.

Berita Terkait :  Pesantren Disakiti, Ratusan Santri Gelar Aksi Damai, Wali Kota Malang Siap Kawal Tuntutan

Diferensiasi secara klan atau keturunan merupakan pengelompokkan yang dilihat secara garis keturunan dari Ibu ataupun dari Ayah Dan di Indonesia sendiri terdapat dua klan yang diakui yaitu secara matrilineal atau garis keturuan dari seorang Ibu dan secara patrilineal atau garis keturunan dari seorang Ayah. Klan ini didasarkan pada hubungan kekerabatan dari nenek moyang yang sama, klan yang mendominasi di wilayah Jawa atau suku Arab adalah klan patrilinialisme atau ptriarki. Secara sadar atau tidak klan patriarki ini menunjukkan dominasi dari keturunan laki-laki terhadap perempuan, namun sebenarnya dominasi yang ada bukan untuk mendeskriminasi perempuan dan menindas mereka, malainkan sebagai bentuk perlindungan terhadap perempuan agar terhindar dari kekerasa seksual, kekerasan mental dan pembulian atas gender atau istilah lainnya adalah stereotip.

Kemudian Konsep Stratifikasi sosial merupakan klasifikasi atau pengelompokan sosial yang ada pada lapisan masyarakat secara vertikal atau bertingkat dan tidak sejenis atau sejajar yang membuat setiap orang akan merasa terdeskriminasi. Artinya bahwa dalam stratifikasi sosial ini ada beberapa tingkatan penggolongan seseorang yang dilihat secara status ekonomi, status sosial, dan status politik. Secara status ekonomi bahwa seseorang akan dibedakan sesuai dengan tingkat kekayaan dan pendapatan yang diperoleh setiap tahun atau bahkan setiap bulanya, dan akan ada perbedaan kelas secara orang-orang yang tergolong dalam ekonomi menengah keatas dan ekonomi menengah kebawah, penggolongan pada status ini memang dilihat seperti merendahkan orang-orang miskin karena melihat secara strata orang yang berada pada level bawah selalu mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya oleh kelas-kelas sosial atas.

Berita Terkait :  Ratusan Koperasi dan Usaha Mikro di Sidoarjo Harus Sehat dan Mandiri

Stratifikasi secara sosial bahwa sejak zaman Hindhu-Budha dahulu yang kita kenal dengan nama “Kasta”, dimana ada beberapa kasta mulai dari Brahmana, Ksatria, Waisha, Sudra dan Pariya. Status sosial ini memberikan kesan bahwa adanya pengelompokan dari tingkat para Cendikiawan sampai pada tingkat paling rendah dan tidak dianggap sebagai manusia atau juga disebut Pariya. Dan Stratifikasi secara politik ini bisa dikaitkan dengan kekuasaan yang dimiliki oleh setiap orang yang berkuasa. Pada status pengelompokkan secara politik ini terlihat jelas dan lebih berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, dikarenakan hanya orang-orang yang memiliki wewenang dan kekuasaan saja yang bisa berbuat apapun, sedangkan seperti rakyat biasa tidak bisa.

Pada kehidupan bermasyarakat tentunya setiap orang memiliki status dan peran yang melekat dan diterima dalam diri setiap individu sebagai konsekuensi dari mahluk sosial. Karena status dan peran yang melekat dalam diri individu tersebut tidak hanya atas dasar keinginan mereka sebagai mahluk individu melainkan sebagai mahluk sosial yang setiap harinya melakukan kebiasaan dan kegiatan. Identittas yang dimiliki oleh setiap individu tidak hanya satu saja, melainkan seorang individu bisa memiliki beberapa macam identitas dalam kehidupan sosialnya. Seperti halnya seorang Jendral TNI selain sebagai Jendral dalam kesatuan militer dan bagian dari pekerjaan, dia juga sebagai Bapak kepala Keluarga yang disisi lain menjadi tulang punggung keluarga dan sebagai pencari nafkah.

Perbedaan atau keanekaragaman yang ada di masyarakat merupakan sesuatu yang wajar, karena pada masyarakat saat ini sifatnya sudah lebih modern dan tidak lagi bersifat tradisional atau kedaerahan. Sehingga, perbedaan-perbedaan yang ada pada masyarakat termasuk dari segi ciri, perilaku, kebiasaan dan bahkan adat adalah suatu hal yang saat ini dianggap biasa dan baik. Artinya bahwa heterogenitas ini merupakan bagian dari masyarakat yang berkembang dan menuju pada era kemajuan teknologi yang lebih canggih lagi. Sifat heterogenitas ini harus tetap dijaga demi mencapai keseimbangan sosial dalam masyarakat. Karena masyarakat masih membutuhkan berbagai macam perbedaan yang ada untuk menumbuhkan sikap toleransi dan tenggang rasa.

Berita Terkait :  Sidang Paripurna DPD RI: Dukung Penguatan Koperasi Desa, dan Bahas RKP 2026

Heterogenitas dalam masyarakat yang sering muncul dan banyak menuai perbincangan adalah pada jenis “Gender” dimana gender ini menjadi hal pokok yang sedang diperbincangkan. Posisi seorang laki-laki dan perempuan dalam dunia modern sering dipertanyakan, termasuk dalam hal pekerjaan. Karena saat ini banyak perempuan yang merasa terdeskriminasi oleh tindakan kamu laki-laki. Namun, kenyataannya tidak seperti iu karena posisi seorang perempuan sendiri adalah istimewa dan selalu diutamakan. Dan mengenai permasalahan gender sebenarnya bukan menjadi utama karena pada dasarnya seorang laki-laki akan selalu membutuhkan bantuan dari perempuan dalam segala hal baik itu pekerjaan ataupun rumah tangga, dimana laki-laki tidak akan pernah bisa hidup sendiri.

Kesenjangan sosial yang terjadi saat ini seharusnya membutuhkan penanganan dan perhatian khusus, agar apa yang terjadi di dalam masyarakat seperti Diferensiasi sosial, Stratifikasi sosial, Multidimensi, dan Hiterogenitas ini tidak menjadi sebuah permasalahan yang semakin lama semakin memburuk. Karena hakikatnya perbedaan yang ada tersebut adalah hak bagi seluruh warga negara. Dan perubahan yang diakibatkan oleh kesenjangan di dalam masyarakat ini bisa dihindari, bahkan dikurangi demi tercapainya kedamaian negara yang adil dan makmur, dimana predikat adil dan makmur ini tidak akan tercapai jika masyarakatnya masih mempersoalkan hal-hal yang tidak esensial. Dan harus lebih mempersoalkan permasalahan yang sekiranya mengancam kedaulatan negara ini.

Pemahaman atas perbedaan pada konsep yang mendasar ini harus menjadi ukuran dalam bersikap dan menghargai kondisi lingkungan sosial yang tidak akan pernah sama, karena pada dasarnya kita hidup dalam kemajemukan atau dalam dimensi ruang dan waktu yang tidak pernah sama karena akan terus mengalami dinamika sosial baik secara kondisi masyarakat dan budaya yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Sehingga, konsep dasar ini harus mulai tertanam dan tidak menjadi kesalah pahaman diantara masyarakat, apalagi ada sebuah stigma mengenai perbedaan adalah konsep yang selalu melahirkan konflik dan kekerasan, hal itu tidak boleh terjadi dalam negara ini karena negara ini dibangun oleh perbedaan dan disatukan oleh kebhinekaan dalam lingkup Pancasila dan UUD 1945.

————- *** —————

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru