Oleh:
Susanto
Kepala SMAN 1 Sugihwaras Bojonegoro
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya”.
( Ir. Soekarno)
Momen Hari pahlawan tahun ini harus bisa dijadikan bahan kajian dan renungan agar semangat dan spirit kepahlawan dalam diri setiap warga masyarakat seiring perkembangan media sosial sebagai platform digital. Medsos dalam perkembangannya jelas menimbulkan pro dan kontra bila tidak dikelola dengan bijak oleh penggunanya dalam memaknai tata kehidupan. Artinya perlu kearifan secara bijak sehingga spirit kepahlawanan bisa menjadi penentu penyelaras harmonisasi hidup lebih bermakna.Dalam konteks yang sederhana, perlu sikap kepahlawanan setiap individu dalam bermedia sosial yg tidak merugikan publik dan orang lain.
Pahlawan antihoaks
Jujur harus diakui bahwa fenomena medsos itu telah menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Mulai dari anak-anak TK sampai para pejabat sekelas presiden sekalipun. Medsos kehadirannya telah āmembiusā masyarakat. Begitu memfenomena. Kehadirannya seakan membuat semua lupa esensi dan fungsinya. Justru kalau mau jujur kehadirannya berdampak. Ada ukuran baik buruk dan juga positif/negatif. Hal-hal inilah yang terkadang lepas kendali. Terkadang medsos digunakan untuk mengeluh (ungkapan perasaan), pamer, main hati, dan juga yang lain. Namun jujur harus kita akui juga bahwa kehadiran medsos juga berdampak positif bagi kehidupan manusia, misalnya berjualan (bisnis online), persahabatan, dan juga menambah sumber ilmu dengan share dengan komunitas.
Berbagai fenomena yang melibatkan medsos dalam kehidupan manusia tentunya harus menjadi benang merah terkait dengan bagaimana memanfaatkan medsos secara bijak. Siapapun sepakat bahwa medsos harus dimaknai sebagai media menjaga keutuhan bangsa dengan berprinsip kebersamaan di tengah keberagaman. Artinya perlu kearifan memaknai medsos jangan sebagai media menebar kebencian akan tetapi sebagai media syiar kebaikan kepada sesama. Medsos sebagai lucu-lucuan jangan untuk memfitnah apalagi merendahkan harkat kehakikian sebagai manusia.
Medsos kehadirannya harus dapat mengedukasi masyarakat secara cerdas di tengah keprihatinan meminimalisasi virus corona. Pertama, kebebasan berekspresi harus tetap dalam spirit untuk melihat realitas di tengah suasana keprihatinan. Artinya, berpendapat atau menyuarakan informasi harus menyesuaikan kondisi real di masyarakat. Apa yang dipikirkan harus menyesuai dengan alam sekitarnya. Dalam konteks, perlunya untuk menjaga sikap untuk menahan diri dari perkataan yang āasal bunyiā harus menjadi komitmen pola pikir yang cerdas dan sehat.
Kedua, perlunya meneguhkan sikap karakter bangsa yang menjunjung human interes terhadap kemanusiaan. Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.
Hakikat dari pendidikan karakter bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan.
Ketiga, medsos harus dapat dimanfaatkan untuk fastabiqul khoirot. Sudah saatnya medsos dengan berita-berita hoaks harus dijadikan musuh bersama. Harapannya menjadi bangsa yang beretika dengan selalu berbuat dengan ikhlas tidak mudah menghujat dan menghakimi orang lain. Apa yang ada harus bisa dijadikan bahan introspeksi. Orang tua yang saat ini melakukan pendampingan belajar di rumah dan guru saat di sekolah untuk terus melakukan penguatan pendidikan karakter dan memanfaatkan medsos.
Sudah saatnya perlu kearifan memaknai hoaks untuk menciptakan kebencian ditengah masyarakat. Perilaku dan budaya hoaks atau kebencian yang begitu marak di tengah hoaks dengan nada permusuhan melalui media bisa terkikis. Pengarusutamaan kebaikan saling menjaga keutuhan melalui medsos yang bersumber pada nilai-nilai luhur karakter bangsa dapat menjadi pilar utama dalam kehidupan keseharian masyarakat.
Makna kepahlawanan bagi era milenial harus bertransformasi dari tindakan heroik sekali seumur hidup menjadi komitmen berkelanjutan terhadap integritas, inovasi, dan dampak sosial yang positif. Mereka menghormati perjuangan masa lalu dengan menerapkannya pada tantangan masa kini. Pahlawan masa kini adalah setiap individu yang, terlepas dari latar belakangnya, memilih untuk bertanggung jawab, berkarya, dan menjadi agen perubahan yang mengharumkan nama bangsa di panggung regional maupun internasional.
Nah, bagi milenial, kepahlawanan berarti bertanggung jawab secara moral atas dunia mereka dan menggunakan privilege mereka untuk mengangkat orang lain. Pahlawan adalah pemimpin yang melayani (servant leader), bukan penguasa. Maknanya telah bergeser dari monumen batu menjadi dampak di ujung jari dalam mengawal perubahan peradaban.
———– *** ————-


