Oleh :
Ani Sri Rahayu
Dosen Civic Hukum dan Trainer P2KK Univ. Muhammadiyah Malang
Kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) menjadi permasalahan yang semakin mencuat di kalangan mahasiswa, khususnya setelah adanya pemangkasan anggaran pendidikan di berbagai perguruan tinggi. Kebijakan pengurangan dana ini memaksa banyak universitas untuk mencari sumber pembiayaan alternatif, salah satunya dengan meningkatkan UKT yang harus dibayar oleh mahasiswa. Dampak dari kebijakan ini tidak hanya terasa pada aspek finansial mahasiswa, tetapi juga berimbas pada akses mereka terhadap pendidikan tinggi yang seharusnya dapat dijangkau oleh semua kalangan. Pemangkasan anggaran pendidikan yang terus berlanjut dapat memperburuk ketimpangan dalam dunia pendidikan, menjadikan pendidikan sebagai barang yang semakin mahal, dan mengancam keberlanjutan pendidikan bagi mereka yang tidak mampu membayar.
Kenaikan UKT bagi mahasiswa kurang mampu
Kenaikan UKT memberikan dampak yang signifikan bagi mahasiswa dengan latar belakang ekonomi kurang mampu. Bagi mereka, beban finansial yang dihadapi semakin berat, karena UKT yang lebih tinggi semakin sulit dijangkau. Meskipun beberapa perguruan tinggi menawarkan bantuan beasiswa atau keringanan, tidak semua mahasiswa dapat memanfaatkannya secara maksimal. Hal ini menyebabkan banyak mahasiswa yang terpaksa harus memilih antara melanjutkan studi atau menghadapinya dengan berbagai keterbatasan. Dampak lainnya, beberapa mahasiswa terpaksa menunda kelulusan atau bahkan meninggalkan bangku kuliah, karena kesulitan membayar biaya kuliah yang terus meningkat.
Selain itu, beban finansial yang meningkat ini dapat memengaruhi konsentrasi dan performa akademik mahasiswa. Ketika fokus utama mahasiswa teralihkan pada pemenuhan kewajiban finansial, kualitas belajar mereka dapat terhambat, bahkan berdampak pada kesehatan mental. Kenaikan UKT juga memperburuk kesenjangan pendidikan di Indonesia, di mana mahasiswa dari keluarga kaya memiliki akses lebih besar terhadap pendidikan tinggi, sementara mahasiswa dengan latar belakang ekonomi rendah harus berjuang lebih keras untuk bertahan.
Sedangkan, dalam jangka panjang, hal ini berpotensi memperburuk ketimpangan sosial dan mengurangi kesempatan bagi generasi muda untuk mendapatkan pendidikan yang setara. Bahkan, kesulitan finansial akibat kenaikan UKT dapat memaksa mahasiswa untuk mencari pekerjaan sampingan demi memenuhi biaya kuliah. Meskipun niatnya baik, hal ini seringkali mengganggu waktu belajar mereka, menyebabkan stres, dan memperburuk kualitas akademik. Banyak dari mereka yang harus mengorbankan waktu untuk kuliah demi bekerja lebih lama, yang pada akhirnya mempengaruhi pencapaian akademik dan kemampuan mereka untuk berkompetisi di dunia kerja setelah lulus.
Dengan meningkatnya biaya pendidikan, mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu semakin terpinggirkan, sementara kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup melalui pendidikan tinggi menjadi semakin terbatas. Situasi ini semakin memperburuk kesenjangan dalam dunia pendidikan. Meskipun ada upaya dari pemerintah dan perguruan tinggi untuk menyediakan bantuan, jumlah penerima bantuan yang terbatas sering kali tidak cukup untuk mencakup seluruh mahasiswa yang membutuhkan. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk mencari solusi yang lebih efektif dan inklusif dalam memastikan pendidikan tinggi tetap terjangkau bagi semua kalangan.
Efektivitas pemangkasan anggaran pembelajaran
Pemangkasan anggaran pendidikan menjadi salah satu isu penting yang mempengaruhi kualitas pembelajaran di perguruan tinggi. Kebijakan pengurangan dana yang dialokasikan untuk sektor pendidikan, baik dari pemerintah maupun sumber lainnya, berpotensi mengurangi berbagai fasilitas pendukung proses belajar mengajar. Hal ini dapat berdampak pada minimnya sumber daya untuk meningkatkan kualitas kurikulum, pelatihan dosen, dan fasilitas pendidikan yang memadai.
Akibatnya, mahasiswa mungkin tidak mendapatkan pengalaman belajar yang optimal, sementara dosen juga terhambat dalam pengembangan profesionalisme mereka. Pada akhirnya dapat memengaruhi daya saing perguruan tinggi dan kualitas lulusan yang dihasilkan. Untuk memastikan pendidikan tinggi tetap terjangkau bagi semua kalangan meskipun ada pemangkasan anggaran pendidikan, berikut inilah beberapa langkah solusi yang efektif dan inklusif dapat diterapkan.
Pertama, peningkatan anggaran pendidikan yang progresif. Idealnya. pemerintah perlu meningkatkan anggaran pendidikan dengan pendekatan yang lebih progresif, di mana dana pendidikan diperuntukkan secara proporsional untuk sektor yang lebih membutuhkan, seperti perguruan tinggi negeri yang melayani mahasiswa dari latar belakang ekonomi rendah. Dengan alokasi yang tepat, kualitas pembelajaran dapat terjaga meskipun ada pemangkasan anggaran secara keseluruhan.
Kedua, penguatan program beasiswa dan keringanan biaya, yakni dengan memperluas jangkauan program beasiswa dan keringanan biaya kuliah untuk mahasiswa berpendapatan rendah sangat penting. Selain itu, perlu ada transparansi dan kemudahan akses agar mahasiswa tidak merasa kesulitan dalam mengajukan permohonan bantuan finansial, baik dari pemerintah maupun perguruan tinggi.
Ketiga, kemitraan dengan sektor swasta dan industri. Artinya, perguruan tinggi dapat menjalin kemitraan yang lebih kuat dengan sektor swasta dan industri untuk mendapatkan sumber pendanaan tambahan. Kemitraan ini dapat berupa sponsor, hibah penelitian, atau investasi dalam pengembangan fasilitas yang mendukung pembelajaran praktis. Selain itu, kolaborasi dengan perusahaan dapat membuka peluang magang atau program pelatihan yang meningkatkan keterampilan mahasiswa.
Keempat, pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran yang lebih efisien. Penggunaan teknologi dalam pendidikan, seperti pembelajaran daring dan e-learning, dapat mengurangi biaya operasional bagi perguruan tinggi. Dengan sistem pembelajaran berbasis teknologi, mahasiswa juga dapat mengakses materi dan kuliah dengan lebih fleksibel dan terjangkau, tanpa mengorbankan kualitas pendidikan.
Kelima, fokus pada peningkatan kualitas pengajaran. Artinya, untuk mengimbangi pemangkasan anggaran, perguruan tinggi perlu lebih fokus pada peningkatan kualitas pengajaran melalui pelatihan dan pengembangan profesionalisme dosen. Pengajaran yang lebih efektif dan efisien dapat mengurangi ketergantungan pada fasilitas fisik yang mahal, dan lebih menekankan pada metode pembelajaran yang interaktif dan berbasis kompetensi.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan dampak negatif dari pemangkasan anggaran pendidikan dapat diminimalkan, sehingga perguruan tinggi tetap dapat memberikan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau. Hal ini juga akan memperkuat posisi perguruan tinggi dalam mencetak lulusan yang siap bersaing di dunia profesional, serta memastikan kesempatan pendidikan yang setara bagi seluruh kalangan masyarakat.
————- *** —————-